Takaran Rezeki

Rezeki itu Allah yang mengatur, tapi kita wajib menjalankan sunatullah-Nya. Bagaimana, setuju ya?

Tentang masalah urusan rezeki, memang Allah yang mengatur-Nya. Setiap manusia sudah diukur takaran rezekinya. Tetapi rezeki itu tidak datang dengan sendirinya. Ibarat bola, untuk bisa masuk ke dalam gawang atau ring, maka kita harus menjemputnya. Bahkan kalau bisa kita menangkapnya, kemudian kita bawa lari sambil terus menggiring atau mendriblenya. Berusaha dengan berhati-hati agar tidak terlempar ke arah lawan, agar tidak salah sasaran. Dengan demikian, barulah kita bisa mendapat hasil yang memungkinkan. Itulah rezeki namanya,,, Dan siapa bilang, kalau kita tidak bisa menambah takaran rezeki yang telah Allah siapkan? Semua itu bisa kita lakukan, selagi kita mau berdoa dan berusaha untuk menjemputnya. Hanya kematian saja, yang tidak bisa kita ubah ketentuannya. 

Lihatlah semangat ini, Allah telah mengingatkan kita dlm Al qur'an: 

....Tidak ada yang mampu mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri.... 

Sekarang coba kita renungkan hal tadi? 

Rezeki kita, nasib kita, itu kita sendiri yang mampu mengubahnya. Kalau kita punya mimpi atau cita-cita yang tinggi, maka doa dan ikhtiar kita harus di gas full supaya penuh dan berisi. Ada totalitas di dalamnya. Kalau nanti di tengah perjalanannya terjatuh, maka jgn pernah patah arah. Kita harus bangun, bangun, bangun, dan bangun lagi. Sampai pada akhirnya Allah benar2 melihat diri kita. 

Sering kita melihat orang2 sukses dlm usahanya, namun apa yg kita lihat? Terkadang kita hanya melihat dari segi kesuksesannya pada saat ini saja. Enak ya si A, enak ya si B, dan sebagainya. Tanpa kita mau melihat bagaimana totalitas perjuangan mereka sebelumnya, ketika mereka berjuang semaksimal mungkin, dan jatuh bangun dlm menjemput kesuksesannya. Hingga Allah memberikan takaran rezeki yang berlebih baginya pada saat yang tepat. 

Ah malu kita, kalau msh muda hanya berdiam diri saja. Berkhayal mau jadi orang kaya, bisa sedekah semaunya, tapi doa&ikhtiarnya biasa2 saja. Apalagi instan maunya, apalagi hanya diberi maunya.  

Kecuali,,,,, 

Kita terlahir dari orang kaya, yang si nyak babeh nya punya harta berlimpah, perusahan yang tak ada putus hasilnya. Barulah kita bisa serba instan semua, tanpa bim salabim kita bisa langsung jadi orang kaya, bisa sedekah semaunya. Tetapi, kalau pada kenyataannya kita terlahir dari orang yg biasa2 saja, lantas kita punya keinginan agar Allah lebihkan takaran rezekinya, untuk kita bisa sedekah semaunya,... Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus berdiam diri?? Menunggu rezeki turun dari langit, atau menunggu ada orang yg baik hati yg kasihan dgn kita, dan kemudian mau memberi kita warisan atau sumbangan. 

Ini adalah renungan menjelang malam, untuk siapapun yg mempunyai mimpi, dan ingin menjemput keberlimpahan rezeki dari Allah. Termasuk diri saya sendiri.  Yuk, kita sama-sama berikhtiar sahabat sekalian. Sambil berdoa, mendekatkan diri pada Sang Pemilik Kekayaan, agar Dia berkenan menurunkannya untuk kita. Karena Allah Maha Menilai, bagaimana ikhtiar kita dalam proses menjemput takaran rezeki yang ditentukan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan

Cinta Sejati

🌴Kenali Dirimu, Butuh Refreshing atau Healing?🤔