Pengamen Itu Guru Terbaikku #2

Malam ini banyak cerita yg tertuangkan olehku, bersama mereka ku ceritakan dan ku bagikan sambil kembali flashback ke belakang...Ternyata Allah begitu Maha Penyayang. Kau masih tetap memegang dan menjagaku. Walaupun KAU tahu, dulu diri ini hampir saja berpaling dan lalai dari-MU. Tapi, lewat pengamen itu kemudian Allah menampar keras pipiku. Entah kenapa tiba-tiba hatiku tergelitik oleh sosok pengamen cacat itu.  Masih ku ingat jelas semua perjalanan kala itu, bus dengan nomor jurusan 45 yang menjadi saksi bisu. Dan di dalam kerumunan sepanjang bantaran rel kereta itu.. Tak jauh dari situ, terdapat sebuah pemukiman kumuh dimana pengamen cacat itu mengistirahatkan lelahnya dari kegiatan mengamennya. Semua terasa hitam pekat menyerbu tubuhku. Seakan kilat siap menyambar kedua kaki dan tanganku.  Ku akui segala salah dan dosaku. Hanya sebuah tuntutan pekerjaan ku berani mengubah penampilanku, walau kerudung ini tetap setia di kepala dan tetap menutup dadaku. Namun, jilbab ini sudah tak lagi selebar dulu. Kini pakaianku, blezerku, celana panjangku, highills ku, dan juga juluran jilbab yang mulai setengah tiang menyelimuti tubuhku. Sangat kuakui jika aku telah jauh dari diriku yang dulu. Saat itu, hanya ukiran bersalahku yg menyerinai di mataku. Kata-kata pengamen itu benar-benar menusuk dadaku bak sembilu. Lantas apa arti semua kesenanganku? Lantas apa arti semua keangkuhanku? Lantas apa arti semua keberhasilanku? jika aku semakin jauh kepada-MU. Dimana rasa syukurku kala itu. Tersungkur aku dengan buih kristal dimataku. "Allah, aku benar-benar sangat rindu kepada-MU. Aku ingin sekali melangkah pergi dan kembali bertemu dengan orang-orang pilihan-Mu. Aku rindu diriku yang dulu. Maafkan segala kesalahan dan kelalaianku. Biarkan aku kembali merengkuh kasih-Mu dalam balutan cinta-Mu yang satu" teriak hatiku secara mendalam kala itu.

Sungguh, pengamen itu telah banyak mengajariku. Dia adalah guru terbaikku saat itu. Guru spiritual yang telah mengulurkan keikhlasan yang nyata. Dengan segala petuahnya yang mampu menyadarkan  diri di kala khilaf itu menjelma. Wajahnya memang sederhana, terlihat jelas kekurangan fisik tubuhnya, tapi keimanan selalu menyapa hatinya. Dan kini dia menjadi sahabatku di ibukota. Sejak pertemuanku di dalam Kopaja itu, aku lebih sering mengunjungi. Ia pemukiman kumuh itu ia hidup bersama istrinya, yang ternyata juga sama-sama cacat fisiknya. Tak perlu diceritakan bagaimana keadaan fisik istrinya. Yang terpenting adalah pelajaran yang di dapat dari mereka kala itu. Sebenarnya merekapun bukan penduduk asli di situ. Mereka sama-sama perantauan seperti diriku. Namun di tengah kekurangan mereka, tidak menjadikannya kufur dunia. Kebesaran iman masih sangat terjaga di dalam hati mereka. 

Suatu ketika, di kala diri ini mengunjungi rumahnya, sang pengamen itu pernah berkata, "Sekalipun hidup ini susah kita tidak boleh berpaling dari sang Maha Pencipta, jangan pernah gadaikan keimanan kita hanya karena keindahan dunia semata. Penampilan kita di dunia ini hanya kulit luar saja. Yang mampu terbakar kapan saja. Ini ibukota neng, banyak orang bekerja tanpa memperdulikan agama. Yang penting mereka bisa hidup kaya dan menjadi sukses di mata dunia. Biar bisa dipandang hebat ketika pulang ke desa. Karena keberadaanya yang bekerja di ibukota. Namun, hati-hati jangan sampai diri kita ini terperosok oleh halusinasi hedonismenya. Kamu tahu tidak neng, kenapa diriku ngamen? Kemarin waktu pertama kali ketemu, eneng pernah menanyakan hal itu kan? Sekarang saya jawab, begini neng; sekalipun tangan ini cacat, fisik ini ada yang kurang, tapi saya tidak boleh meminta-minta kepada manusia. Karena Allah sangat tidak suka terhadap manusia yang meminta-meminta. Selain itu, bukan manusia yang memberi kita rezeki di dunia, tapi Allah yang telah memberikannya. Lewat segala ikhtiar halal kita. Kami gak mau neng, sudah memiliki cacat fisik kemudian keberadaan kami dibenci sama Allah. Jangankan disapa, ditegur aja enggak. Kalau Allah sudah tidak mau menyapa dan menegur kita lagi, lantas apa yang bisa kita banggakan. Apa kita mau membanggakan hati yang mati, jiwa yang selalu haus akan dunia, yang semuanya bisa membakar kita dengan api neraka. Nauzubillah minzalik neng. Biarpun fisik kami banyak kekurangan, tapi semoga di mata Allah kami bisa terlihat sempurna. Dan orang seperti saya di ibukota seperti ini susah cari kerja, coba cari kesana kemari tapi tidak ada mau memberi saya pekerjaan. Jadi saya berpikir, saya menjadi pengamen saja. Menghibur para penumpang bus ibukota dengan lagu-lagu Islam, sambil mengingatkan mereka. Karena sudah kewajiban kita kan neng untuk saling mengingatkan satu sama lainnya. Janganlah kelemahan diri yang ada dijadikan alasan karena ketidak berdayaan kita. Kecuali jika tubuh ini sudah tidak bisa diajak lagi untuk berusaha dan bekerja. Begitulah perkataannya yang terurai. Dan kata-kata itu telah menegur hati yang semakin gelisah. Namun memantapkan hati ini, untuk kembali pada diri yang mulai menghilang. Sang pengamen yang secara kasat mata terlihat cacat tubuhnya, tapi tidak untuk penglihatanku. Keimanannya telah menutup semua kekurangannya yang ada. Sejenak terpesit pertanyaan dalam dada, "Lantas bagaimana dengan diriku?" Tak terasa mengalir buih kristal di mataku, aku tak segan lagi mengeluarkannya di hadapan sahabatku itu. Sang pengamen yang sempurna hatinya, sempurna di mata Sang Maha Penciptanya. Pertemuannya kala itu membuatku semakin bertambah rindu, dan semakin rindu akan pertemuan pada Robbku, rasa ingin kembali itu semakin tinggi memuncak di dadaku. Semua kenangan bersama sahabat-sahabat liqoanku, dan juga rumah takwaku di kala kuliah dulu menggantung di pelupuk mataku. Hatiku semakin menjerit ingin lekas kembali dan bertemu mereka. Melingkar menguatkan iman agar tak pudar. 

...............***........

Akhir tahun 2009; 

Pagi ini kuambil gamis dan jilbab lebarku. Kembali kukenakan pakaian taqwaku. Di depan kaca, ku ulas senyum bahwa aku bahagia. Telah kutemukan diriku yang dulu. Ku ucapkan selamat tinggal pada celana-celana panjang ku, juga sepatu highill ku. Ku lipat mereka satu persatu dan ku rapikan dalam sebuah kardus untuk kuberikan kepada mereka yang membutuhkan. Dan kakiku mulai kuat berpijak dan memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Ku putuskan untuk mencari pekerjaan halal disana, dan kembali berkumpul bersama sahabat-sahabat takwaku.

Kinipun aku berani mengatakan dengan kemantapan iman, inilah duniaku! semua terasa lembut menyentuh hatiku. Allah Maha Rahiim, telah merangkulku kembali untuk menitahkan kakiku. Allah telah mengirimkan  guru terhebat untuk menegur perjalananku. Allah telah mengirimkan seorang sahabat yang luar biasa di mataku. Kini perjalananku kembali pada-Mu. Mencoba untuk belajar  membesarkan asma-Mu, memperbaiki diri dan penampilanku, untuk mejadi sosok yang baru. Dan insyaAllah selamanya inilah diriku. Semoga Allah membantuku Istiqomah hingga ajal menjemputku.

Selamat tinggal kantorku, selamat tinggal ibu kota negeriku. Kini ku putuskan untuk kembali dimana tempat kelahiranku. Berharap jika esok Allah mengembalikanku lagi ke ibukota negeriku, aku sudah bisa berdiri tegak dengan pengendalian diri yang kokoh, untuk melawan arus dunia yang penuh tipu daya ini. Dan mampu bernyanyi merdu, dengan kidung cinta pada Rabb ku. Sebagaimana sahabat pengamenku itu mengajariku. Berharap ku temukan suasana baru  di tempat bumi kelahiranku, bersama balutan iman yang ku rindu, bersama sahabat-sahabat lamaku, aku ingin kembali berjuang bersama kalian di situ. Bismillah terucap lembut dari dalam hatiku.

Dan kantorku, BEJ tower, kawasan sudirman dan sekitarnya, perjalanan itu sungguh membuat kenangan indah dan banyak pelajaran dalam hidupku. Menelusuri lorong waktu bersamamu, merupakan pelajaran sangat berharga bagiku. Walaupun hanya dalam singkatnya waktu.

Biarkan semua kisah itu berlalu. Kini aku telah kembali, kembali menemukan jati diriku yang  hampir hilang disitu. Dan inilah dunia, fatamorgana dengan segala kisah yang memburu penghuninya. Bermacam cerita hadir untuk diambil pelajarannya. Dengan segala konsepsinya. Kadang mampu membuat mata menangis karenanya, bahkan kadang mampu membuat tubuh ini terlena dibuainya. Sehingga masih ada saja orang-orang yang lebih mengutamakan cinta dan puja dari manusia  dibandingkan dari Allah yang Maha Menciptakannya. Padahal apalah arti dunia dipuja oleh sesama, jika dalam pandangan Allah diri kita dinista. Apalah arti kebanggaan dunia, jika akhirat kita tersiksa dan mendatangkan murka. Disebabkan oleh rindu ini, maka hati memutuskan untuk menepi, merengkuh cinta-Nya kembali dengan pakaian takwa yang Allah sukai. Semoga Allah menjaga diri ini, dari segala hingar bingar dunia. Yang bisa meruntuhkan iman di dada. Faghfirlii ya Robb di atas segala dosa. Sungguh diri ini hanyalah hamba yang hina, jauh dari baik dan juga berlumur dosa. Rengkuhlah kembali aku dengan balutan cinta yang menentramkan raga. Terima kasih sahabat terbaikku. Sehat-sehat selalu untukmu juga istrimu. Dan kita sebagai makhluk Allah, jangan pernah memandang manusia dari rupanya. Akan tetapi pandanglah dari adab dan akhlaknya, pandanglah bagaimana keimanannya tertancap di dada. Sehingga ia mampu membawa kita melihat kebesaran Allah swt. Dan mengajak kita untuk kembali pada-Nya, bersama kalimat-kalimat indah yang menyejukkan sukma.

Runway.....
Semoga tulisan ini ada ikhtibar di dalamnya. Ditulis berdasarkan fakta, dari curahtan hati seseorang. Ambil hikmahnya jika ada manfaat di dalamnya. Namun minta maaf, jika banyak kekurangan di dalam penulisannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri