tag:blogger.com,1999:blog-25196170681998213382024-03-13T08:19:47.463-07:00EVIE NAMINACERITA MOTIVASI dan INSPIRASI...
Maka nikmat Tuhan yang mana lagikah yang engkau dustakan? - QS. Ar Rahman
Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.comBlogger108125tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-66136218303320883922023-09-04T10:50:00.000-07:002023-09-04T10:50:51.087-07:00 🧸Menang Atau Kalah, keep comeback stronger🌾<p style="text-align: justify;">Hidup ini adalah soal perjuangan dan perlombaan. Soal persaingan. Tanpa persaingan, tidak akan ada perubahan. Karena kita akan berada di zona nyaman: tidak ada yang mengganggu, dan tidak ada tolok ukur atau benchmark yang menjadi acuan dan pengawasan kinerja kita.</p><p style="text-align: justify;">Namun, dalam perlombaan itu sendiri yang terpenting bukanlah soal menang atau kalahnya. Karena dalam perlombaan, sudah pasti akan ada yang menang, dan juga ada yang akan kalah. Tidak mungkin semuanya menang kan? Hal terpenting dari perlombaan adalah jiwa kompetisi itu sendiri: berjuang untuk menjadi yang terbaik, walau apapun hasilnya. Jadi, kalah itu adalah hal yang biasa dalam sebuah perlombaan. Iya kan sahabat online, atau iya dong?</p><p style="text-align: justify;">Karena esensi dari sebuah perlombaan itu adalah berjuang. Berjuang untuk mencapai hasil yang lebih baik dari pencapaian pribadi kita sebelumnya; untuk menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Prinsipnya, kita harus tumbuh dan berkembang menjadi insan dan pribadi yang lebih baik, setiap harinya. Menang kalah itu hanya sebuah predikat utk hadiah. Bukan semata-mata menjadi tolak ukur keberhasilan yang sebenarnya. Sebab dalam perlombaan, akan selalu ada sebuah proses yang dilalui. Ada semangat dan keberanian untuk memulai melangkahkan kaki. Ada kekuatan diri untuk berlari, berjuang hingga ke tepi. Itulah yang harus dihargai, dan bisa dimaknai.</p><p style="text-align: justify;">Bahkan, saat kita kalahpun belum tentu kita gagal untuk menggapai mimpi. Belum tentu kita gagal dalam menjadi insan yang lebih baik. Karena sesungguhnya tidak ada usaha yang sia-sia. Dari usaha dan kekalahan itu, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang dapat memperkaya strategi kita, dalam berusaha di perlombaan berikutnya. Agar kita bisa mengetahui, jalan alternatif apa yang harus kita pelajari.</p><p style="text-align: justify;">Merdeka!! Semangat 45, HUT RI 78 jaya.</p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-47113561889884601212023-01-09T20:47:00.031-08:002023-02-04T02:06:29.350-08:00Mengenal Diri Sendiri<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Namun pada faktanya, masih ada sebagian manusia yang tidak bisa menggunakan kesempurnaan itu secara benar. Sehingga tidak sedikit membuat manusia lena dengan kehidupan dunia semata, sehingga lupa untuk apa tujuan utama diciptakannya. Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan non sosial dan non personal. Agar manusia bisa mengembangkan dirinya sesuai tahap kehidupan yang Allah berikan. Hingga manusia tumbuh menjadi individu dewasa dan memiliki lingkungan sosial, yang dalam perjalanannya manusia memiliki keinginan dan kebutuhan hidup. </span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Berdasarkan hal tersebut, disinilah letak titik point' kehidupan bagi manusia untuk bisa membentuk dirinya menjadi manusia yang mampu mengenal siapa dirinya. Karena dengan mengenali siapa dirinya, maka manusia mampu tumbuh menjadi manusia yang memiliki moral. </span><span style="font-family: helvetica;">Sebab nilai manusia terletak pada kepribadiannya, bukan pada pangkat, jabatan, gelar, kekayaan, kecantikan maupun ketampanannya. Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak bisa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan, sehingga seseorang akan berperilaku sesuai dengan kaidah dan norma yang benar. </span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Moralitas bisa dikatakan sebagai salah satu ciri khas manusia, yang berwujud kesadaran dalam diri manusia akan tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dilakukan dan dilarang, serta tentang yang harus dilakukan dan tidak pantas dilakukan. Dengan adanya moral yang baik, manusia akan lebih bisa menghormati satu sama lain. Dengan saling menghormati maka setiap manusia akan dapat menghargai perbedaan pendapat pada setiap individu, sehingga terjalin keselarasan dan keharmonisan. Moral dapat membentengi kita dari hal buruk. Adanya moralitas yang baik, maka manusia tersebut bisa membedakan perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk.</span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selain moral, agama juga penting. Ketika manusia memiliki moral dan penanaman agama yang baik dalam dirinya, maka setiap perbuatannya akan selalu tertuju pada siapa dirinya. Dirinya sebagai <i>Abdulloh</i>, yaitu sebagai hamba Allah. Dengan hal tersebut, ia akan lebih mengenali siapa dirinya, dan menyadari tentang hakikat atas penciptaan dirinya. Akan timbul rasa takut akan azab Allah, ketika ia melakukan perbuatan buruk atau a moral. Sehingga semua itu menjadi tameng dalam dirinya, yang berdiri sebagai benteng pertahanan untuk selalu tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan moralitas dan agama. Yang kapan saja bisa membuatnya celaka.</span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Sebab kemunduran zaman bisa saja disebabkan oleh prilaku manusia-manusia yang tidak memiliki kesadaran akan kedua hal tersebut. Ditambah lagi dengan tingkat pendidikan yang rendah. Terutama dalam hal pendidikan aqidah dan agama. Atau yang sekalipun memiliki pendidikan tinggi, namun tidak diiringi dengan akhlak dan moralitas yang baik. Sebab bergantung pada pendidikan dunia saja. Sehingga lenyap rasa tanggungjawab dalam diri, untuk menjadi pribadi yang berhati nurani. Pendidikan hanya dijadikan alas kaki, bukan pembungkus hati. Ilmu yang di dapat hanya sekedar untuk formalitas diri, guna mencapai tujuan di atas kepentingan pribadi. Tanpa diiringi dengan nilai-nilai agama yang membumi. Sebab hanya hukum dunia yang ditakuti. Dan lupa akan tujuan utama diatas penciptaan dirinya sebagai hamba Allah. Ilmu yang didapatkan tidak bisa mengubah diri, menjadi manusia yang memiliki jati diri, terlebih sebagai makhluk sosial yang berhati nurani. Ilmunya hanya menjadi sebuah tong kosong, yang tanpa arti.</span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Selaras dengan pernyataan Dr. Azmi Syahputra yang menyebutkan, bahwa dalam menempatkan kualitas seseorang hanya dari aspek pengetahuan dan keterampilan semata tidaklah cukup, banyak orang yang memiliki keahlian dan ketrampilan tanpa diikuti kekuatan prilaku atau karakter ternyata justru jadi risiko, orang pintar namun tidak berakhlak maka kepintarannya digunakan untuk memuaskan nafsunya, sehingga yang terjadi adalah membuat kerusakan terhadap dirinya, orang lain maupun lingkungannya.</span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Itulah mengapa betapa pentingnya moralitas itu ada, dan juga perlunya penanaman agama dalam diri manusia. Sebab moralitas menjadi penentu baik buruknya akhlak manusia. Agama juga menjadi tuntunan untuk manusia bisa mengenali siapa dirinya, bagaimana jati dirinya, dan apa tujuan diciptakannya. Sehingga ilmu yang di dapatkan dalam sebuah pendidikan tidak hanya seperti tong kosong. Akan tetapi, ilmunya menjadi sebuah tong berisi, yang bisa membawa dirinya menjadi pribadi yang berintegritas dan berakhlak tinggi. Di atas kesadarannya sebagai makhluk ciptaan Allah, ia tundukkan kepala dan hati berjalan di muka bumi. Dengan demikian, manusia mampu me-rem dirinya dari sifat-sifat negatif yang bersarang dalam diri. </span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span><span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">Adapun penanaman agama dan akhlak moralitas tersebut, penting dan harus dipupuk sejak usia dini. Agar keberadaannya mampu melekat dan mengikat hingga manusia itu tumbuh dewasa. Sehingga keberadannya mampu membawa dirinya menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia, manusia yang takut akan Tuhannya. Manusia yang mampu berjalan dalam koridor agama, akhlak dan moral, bersama ilmu yang dimilikinya. Tanpa merasa ada intimidasi. Sebab ia mampu mengenali siapa dirinya. Dan mengetahui untuk apa, tujuan dirinya diciptakan oleh Allah ke muka bumi.</span></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-81886213169040232652022-12-19T20:23:00.009-08:002023-02-03T22:21:19.287-08:00🥀Perang Melawan Diri Sendiri<div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Sifat maupun akhlak tercela yang dimiliki seseorang bisa mendatangkan dosa. Dan demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Seseorang yang terlalu mengikuti hawa nafsu akan berakhir dengan merugi dan bahkan celaka. Tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat nantinya. Artinya, tatkala hawa nafsu sudah menjadi sesuatu yang harus diikuti, maka sesungguhnya manusia itu telah mengalami kekalahan. Tentu mereka tidak merasakan bahwa dirinya sedang kalah perang, sebab akalnya berusaha untuk memberikan pertimbangan, namun nafsunya tidak berhasil dikendalikan.</span><span> </span><span style="font-family: arial;">Sehingga anggota tubuhnya secara sadar ataupun tidak, digerakkan untuk sesuatu hal yang bertentangan dengan kaidah moral. Oleh karena akal tidak mencukupi itu, maka matilah hati nuraninya sebagai manusia. Yang lebih ironisnya lagi, mereka tidak menyadarinya sama sekali. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Sebenarnya Allah telah menurunkan piranti lain dalam hidup manusia, sebagai penjaga bagi dirinya sendiri, yaitu agama. Dimana telah diatur di dalamnya, bagaimana hendaknya manusia itu bertindak dan menyusun strategi, untuk menghadapi peperangan yang sulit ini. Kaki, tangan, mata, bergerak karena bekerjanya hati dan akal (koalisi yang jernih dan seimbang antara Raja dan Perdana Menteri). Dimana hati bertindak sebagai Raja dan akal sebagai Perdana Menteri dalam diri manusia. Jika hati manusia itu kotor, maka akal tidak bisa bicara dengan jernih keberadaannya. Akal akan tunduk dengan hati yang menggerakkan perintahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Ini adalah bagian hal yang mudah namun sulit untuk diperangi. Tidak sedikit manusia yang kalah melawannya. Tidak sedikit pula manusia yang menang melawannya. Sebab hal tersulit itu adalah perang melawan diri sendiri. Yaitu perang terhadap hawa nafsu yang dimiliki. Bagaimana manusia tersebut mampu mengendalikan hawa nafsu yang terdapat dalam dirinya, bukan justru kebalikannya bagaimana hawa nafsu itu mengendalikan dirinya. Itulah yang membuat sebuah tatanan kehidupan dalam hidup manusia menjadi hancur. Karena manusia tersebut tidak mampu melawan dirinya sendiri, terutama dalam memerangi hawa nafsu yang menggelora. Memang sulit-sulit gampang, ketika yang menjadi lawan peperangan itu adalah diri kita sendiri. Apalagi jika hawa nafsu itu yang lebih mendominasi, dan mengendalikan diri dalam melangkahkan kaki. Bukan hanya satu atau dua kasus yang sering kita lihat secara fakta di dunia ini, tapi sudah banyak kejadian-kejadian yang membawa malapetaka, bagi kehidupan manusia yang tidak bisa memerangi dirinya sendiri, dari hawa nafsu yang menggoda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Di kehidupan sehari-hari, mungkin di sekitar kita, masih sering ditemukan orang yang belum bisa mengendalikan dirinya, dan bahkan bisa saja salah satunya itu termasuk diri kita sendiri. Sebagai contoh seseorang sudah dikaruniai jabatan, kekayaan, kehormatan dan lain-lain, namun ternyata masih bernafsu dan menggebu-gebu menambah yang lebih tinggi. Sampai-sampai berbagai usaha tanpa mengenal lelah diusahakan, hingga menempuh jalan yang tidak seharusnya dilalui. Untuk memenuhi dorongan nafsu yang terlalu kuat tersebut, seseorang berani menempuh cara-cara yang tidak patut, dan bertentangan dengan hati nurani. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Sebagai orang yang bertaqwa seharusnya mampu mengendalikan diri, tatkala harus menghadapi berbagai tantangan dan atau problem yang selalu datang. Seseorang disebut mampu mengendalikan diri manakala menghadapi masalah atau tantangan tidak tampak emosional, tidak berpikir subyektif dan irrasional. Selain itu, seorang disebut mampu mengendalikan diri ketika bisa melihat antara benar dan atau salah, dan bukan hanya menang atau kalah. Dengan demikian, berarti manusia tersebut telah mampu mengalahkan musuh dalam peperangan ini, mampu menaklukkan hawa nafsu yang bersarang dalam dirinya agar tidak merajai hati.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Kemampuan mengendalikan diri ternyata bukan pekerjaan mudah, sebaliknya adalah amat berat, bahkan melebihi perang fisik. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai manusia yang berketuhanan untuk selalu intropeksi diri. Agar kita bisa berdiskusi dengan diri sendiri, bahwa apa yang dilakukan perlu perbaikan yang lebih baik lagi. Sehingga timbul kesadaran bahwa hidup tidak sekedar untuk memenuhi hawa nafsu yang membumi, namun untuk bisa mengendalikannya agar bisa terhindar dari pertikaian akal dan hati nurani. Sehingga jalan yang dilalui selalu ada evaluasi untuk kebaikan di masa kini. Penuhilah jiwa dan hati dengan iman dan ketakwaan kepada Allah, agar timbul rasa bahwa setiap gerak dan langkah selalu diawasi, oleh Yang Maha Memiliki. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Lantas bagaimana dengan diri kita pribadi? Yuk kita sama-sama muhasabah diri. Sebab tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tidak pula ada yang hidup tanpa kesalahan dan dosa hingga hari ini. Jangan pernah merasa bahwa diri sudah menjadi lebih baik, tapi merasalah bahwa diri ini belum menjadi baik. Sehingga selalu timbul sebuah keinginan dan usaha untuk terus belajar memperbaiki diri, guna menjadi lebih baik lagi. Benarkan bahwa perang melawan diri sendiri itu ternyata lebih sulit, dibandingkan perang melawan musuh yang tampak di depan mata. Butuh pengendalian diri yang kuat dalam hal ini. Butuh strategi yang hebat agar hati tidak dikuasai. Sebab hawa nafsu itu memiliki kekuatan lebih dahsyat, yang bisa melumpuhkan diri. Sehingga menuntut diri kita untuk lebih berhati-hati, karena musuh dalam peperangan tersebut sangat lekat dengan tubuh yang kita miliki. Sedikit saja lengah, jangan salahkan kecepatannya yang lebih cepat dari sebuah kilat. Sebelum terlambat, segera atur strategi secara cepat dan tepat. Agar hati yang bertindak sebagai Raja, tidak berkarat dan sekarat. Dan akal selaku Perdana Mentri, tetap bisa menatap dengan mata jernih dalam menjalankan perintah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Ketahuilah, jika Allah yang telah menjadi tujuan utama hidup di dunia, maka dalam diri manusia itu akan timbul sebuh kesadaran untuk bisa memaksimalkan usaha dalam peperangan ini. Agar dirinya bisa mengambil solusi di atas tempat yang tepat, terhadap hawa nafsu yang siap menyergap. Sebab salah ambil posisi sedikit saja, maka pelurunya akan bisa membinasakan tubuh manusia itu sendiri. Apalagi jika peluru itu sampai menusuk ke dalam hati, maka kerja akalpun akan ikut terhenti, dan jiwa jatuh terbawa oleh keganasan hawa nafsu yang merajai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-6145136194224688832022-11-10T00:42:00.003-08:002022-12-01T00:50:35.517-08:00Dimanakah Letak Kebahagiaan Itu<div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Mau bahagia! Cari kaya, tenar, kekuasaan, atau sehat dulu? Jawaban apa yang anda pikirkan? Butuh siapa dan apa, agar hatimu bahagia. Yakin cuma butuh si dia, yakin cuma butuh tenar dan kaya, yakin hanya dengan kekuasaan, yakin juga dengan sehat. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ah, coba kita lihat👇</div><div style="text-align: left;"><br /></div>"YOU BECOME WHAT YOU BELIEVE"<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Inspiring banget ini.....<br /><br /></div><div style="text-align: left;">🌷 Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, tentunya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">🌾 Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, penyanyi terkenal di USA, tidak akan meminum obat tidur hingga overdosis.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">🍓 Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, presiden Brazil, tidak akan menembak jantungnya sendiri.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">🌺 Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia, tentunya Marilyn Monroe, artis cantik dari USA, tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">🌽Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter terkenal dari Perancis, tidak akan bunuh diri, akibat sebuah acara di televisi.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Ternyata... bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu, bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya, sehatnya atau sesukses apapun hidupnya. Tidak, tidak diukur dengan semua itu. Yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri. Dengan cara apa? Dengan cara menerima ketetapan-Nya di atas takdirnya, dengan sabar dan terus belajar ikhlas dalam menjalaninya. Yang sebenarnya, kita butuh Allah swt saja untuk bisa bahagia. Ya! Kita itu hanya butuh Allah saja untuk bisa bahagia. Mampukah kita sebagai manusia mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal. Sebab kebahagiaan adalah cara bagaimana kita bisa mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kita, bagaimana dan apapun itu bentuknya.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Kalau saja kebahagiaan bisa dibeli, pastilah orang-orang kaya yang memiliki banyak harta akan membeli kebahagiaan itu. Dan orang-orang yang ekonominya biasa-biasa saja, maka akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah diborong oleh mereka. Kalaulah kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti di belahan lain di bumi ini akan kosong. Karena semua orang akan pergi ke sana, dan berkumpul di mana kebahagiaan itu berada. Untungnya kebahagiaan itu letaknya berada di dalam hati setiap manusia. <br /><br /></div><div style="text-align: left;">Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi jauh untuk mencari kebahagiaan itu. Yang kita butuhkan adalah Allah, hanya Allah Swt. Karena mengejar kebahagiaan adalah ungkapan yang paling konyol. Jika kita mengejar kebahagiaan, maka kita tidak akan pernah menemukannya. Jika patokannya adalah dunia. Yang kita perlukan adalah menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Dan Allah lah yang memiliki kebahagiaan itu. Maka, jangan mencari kebahagiaan itu jauh dari-Nya. Apalagi menggantungkan kepada makhluk-Nya dengan memakai barometer dunia.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Yuk lebih semangat lagi mengenali siapa diri kita. Kenali diri sendiri, cintai diri kita sendiri. Jangan lupa apresiasi diri, sebab challenge di dunia ini masih belum berhenti. Apapun challenge yang Allah beri, wahai manusia! Engkau berhak bahagia. Lantas tunggu apa lagi? Gak perlu ngegalau hari ini apalagi pesimis diri. Sebab hidup sangat berarti. Bahagia itu adalah ketika jiwa yang telah menemukan Allah, sebelum menemukan dunia. Sehingga waktu yang kita punya tidak pernah sia-sia. Sebab yang paling penting adalah tentang bagaimana kehidupan setelah mati. Bukan kehidupan sebelum mati. Itulah kebahagiaan yang hakiki. <br /><br /></div><div style="text-align: left;">Waallahualam bisawab🫰</div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-25564114969596012902022-10-23T04:27:00.013-07:002022-10-23T06:38:56.050-07:00🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan<div style="text-align: justify;">Hai sobat, apa kabarmu hari ini? Semoga tetap sehat ya. Dan masih penuh semangat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adakah yang masih lelah hati hari ini? Masih kecewa atau bertumpuk luka disini? Memang tidak enak rasanya, ketika semua rasa itu datang menghampiri. Bikin capek pikiran dan hati ya? Belum lagi mata menjadi sembab karena menangis sendiri. Tapi itu fitrah kok. Asalkan jangan sampai berlebihan dan berlama-lama di dalamnya. Agar tubuh kita tidak merugi. Jadi kurus kering nanti.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Wahai jiwa-jiwa yang kuat! Ketahuilah bahwa kehidupan ini sementara dan hanya persinggahan sejenak bagi diri kita. Kehadiranmu tidak boleh mati sebelum mati. Dunia ini, tempatnya berjuang untuk menjalani peran yang diberikan. Kadang ada suka, kadang ada duka. Kadang ada bahagia, kadang ada kesedihan menjelma. Kadang ada luka, kadang ada tawa tercipta. Dengan warna warninya, dunia mau mengajarkan kita bahwa hidup itu bukan untuk berleha-leha. Sebab kehadiran kita di dunia adalah sebagai aktor di dalamnya. Dan Allah sutradaranya. Apapun peran yang Allah berikan, ya sudah! Kita jalani saja dengan penuh keridhoan. Apapun warna yang sedang menghampiri saat ini, kita lukis saja. Karena sebenarnya, semua yang terjadi itu sudah tercatat sebelumnya. Hanya saja kita lupa, karena catatan itu dibuat oleh Allah sebelum kita lahir ke dunia. <br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tahukah engkau bagaimana pelangi tercipta? Pelangi memiliki caranya sendiri, untuk bisa membuat langit tampak indah. Apakah kalian kira, warna warni pelangi itu muncul secara tiba-tiba? Tanpa didahului hujan lebat sebelumnya. Menurut saya tidak. Pelangi muncul setelah adanya hujan. Sebelumnya, keadaan bumi harus bisa menerima basah oleh siraman air hujan yang turun begitu banyak. Namun demikian, apakah bumi marah? Apakah bumi merasa lelah ataupun kecewa? Ketika tanahnya basah menjadi lumpur, ketika pohonnya tumbang oleh kerasnya hujan yang diiringi dengan angin yang kuat. Tidak! Sebab bumi yakin, kalau hujan itu adalah proses penempaan bagi dirinya. Agar tanahnya menjadi subur, agar akar pepohonannya menjadi kuat. Dan karena itu semua, menjadikan dirinya bisa terus melukis pelangi di tengah hujan lebat. Sehingga ketika hujan itu berhenti, Allah munculkan keindahan pelangi dengan warna warni yang mengagumkan hati. Sebab ia tahu, bahwa Allah selalu melihat bagaimana proses perjuangannya, dan Allah tidak akan mengkhianati hasil di atas proses tersebut. <br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitulah kehidupan kita sebagai manusia. Perasaan sedih, kecewa, luka, dan sejenisnya, yang kita rasakan, itu diibaratkan seperti hujan lebat. Sementara <i><a href="http://evinamina.blogspot.com/2022/10/kenali-dirimu-butuh-refreshing-atau.html?m=1" target="_blank">self bonding, self healing, writing</a></i>, berbagai ikhtiar yang kita lakukan untuk penyembuhan diri kita, itu merupakan proses melukisnya. Dan diujungnya, timbul perasaan lega, mampu menerima, bisa berdamai dengan keadaan dan diri sendiri, bahkan mampu menghasilkan sebuah karya tulisan/buku, itu adalah keindahan pelanginya. <br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Kita hidup di dunia ini, hanya menjalankan peran saja. Di atas skenario yang sudah dibuat-Nya. Allah hanya ingin melihat diri kita mampu atau tidak menjalankan peran itu dengan kesungguhan hati. Allah juga ingin melihat bagaimana konsistensi keimanan kita ketika ujian itu menyapa diri. Menurun atau bertambah. Semangat kita menyerah kalah atau justru maju tanpa lelah. Seperti melukis pelangi di tengah hujan lebat. Tak mudah kan ya? Tapi itulah peran yang harus kita jalani saat ini. Menjadi pelukis pelangi di tengah hujan lebat.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Jalani saja peran itu dengan baik. Dengan penerimaan, bahwa Allah yakin kepada saya, makanya saya yang diuji. Sebab hasil lukisan tidak akan nampak keindahannya, jika kita tidak tahu kemana arahnya. Serta tidak tahu bagaimana cara melukisnya. Karena semakin deras hujan yang datang, kencangnya angin yang menyertai, maka akan semakin cerah warna pelangi yang datang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengutip kata-kata Jee Luvina dalam event webinarnya; ...jiwa kita ini tidak selamanya baik, tapi jiwa kita itu sebenarnya selalu memiliki potensi ke arah yang baik. Jadi apapun rasa yang kita rasakan, semua itu sesungguhnya bisa diolah menjadi sebuah rasa positif dan karya yang bermanfaat.(Sabtu/24 Oktober 2022). Kita garis bawahi ya kata "diolah". Yang menurut hemat saya, bobotnya sama dengan kata "dilukis". Kalau istilah Jee Luvina "mengolah rasa di tengah berbagai macam rasa". Kalau istilah saya, "melukis pelangi di tengah hujan".<br /><br />Saya tahu kok bahwa hari ini, mungkin diantara hati kita masih ada yang sangat berat, menghadapi semua cerita dunia yang kian berkarat. Pernah ada rasa amarah menggelora, pernah ada rasa benci menyapa, bahkan mungkin pernah ada dendam yang bersarang di dada. Tak mengapa, selagi itu tidak dipupuk lama. Hanya menjadi emosi sesat saja. Jangan terlalu lama berada di dalamnya ya? Apalagi sampai membusuk, sehingga membuat mata tidak bisa lagi melihat ke arah mana dan bagaimana kita harus mengolahnya. Yuk, tundukkan kembali kepala kita di hadapan-Nya. Meminta pertolongan-Nya, agar Allah melembutkan hati kita dengan segala prasangka baik yang menentramkan jiwa. Menjauhkan diri dari amarah, benci, bahkan dendam yang kadang menyapa. Yang ternyata, itu semua bisa merusak jiwa kita. Kenapa kok bisa? Jadi begini ya, ketika terjadi penumpukan emosi negatif dan sedih di dalam diri kita, itu bisa beresiko terhadap fisik dan psikis kita. Yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah yang tinggi di dalam tubuh. Dan ini bisa berbahaya, jika dibiarkan dalam waktu yang lama. Sementara rasa tertekan dengan perasaan sedih, dendam dan marah, yang kadang sering berulang, katanya dapat memicu dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Summa nau'udzubillah. Tentunya kita tidak mau kan seperti itu? Yuk semangat yuk. Jangan kalah hanya dengan sandiwara dunia. Ambil peran kita, mainkan peran kita, sesuai dengan porsinya. Percayalah, bahwa Allah akan menolong kita. Bukankah, Allah itu sesuai persangkaan hamba-Nya? Dan siapa saja yang berdoa kepada-Nya, pasti Allah akan mengabulkannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fainama'al usri yusro, innama'al usri yusro. Sesungguhnya, setelah kesulitan itu ada kemudahan. Cukuplah kata-kata itu sebagai penyemangat diri. Percayalah pada pelangimu sendiri, meskipun hujan lebat itu datang membanjiri. Tetaplah melukis tanpa henti, kenali arah kemana kaki kita harus menepi. Kenali diri kita kembali, terhubung dengan diri kita lagi. Begitu yang dikatakan Bunda Erlik, seorang konselor parenting. Dan kenali apa yang diri kita butuhkan saat ini, sekedar refreshing atau healing, sebagaimana yang pernah saya bahas ditulisan sebelumnya. Agar lukisan itu bisa menjadi sebuah pelangi, yang warnanya membuatmu menjadi pribadi baru nan indah dan bermanfaat. Sungguh, kalian adalah orang-orang hebat. Semoga Allah memberi rahmat. Tetap semangat! <i>Nulis yuk</i>, berfastabiqul khoirot.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">#selfbonding</div><div style="text-align: justify;">#selfhealing</div><div style="text-align: justify;">#Writingishealing</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-75791505914680091302022-10-13T03:55:00.006-07:002022-10-13T03:57:14.176-07:00🌴Kenali Dirimu, Butuh Refreshing atau Healing?🤔<p style="text-align: justify;">Setiap manusia pasti memiliki porsi ujiannya. Baik yang kaya ataupun miskin, semua sudah Allah tentukan takaran ujian itu sesuai dengan kadarnya. Kalau kata Ustadz syafiq, kehidupan dunia itu memang tempatnya ujian. Tidak ada satu orangpun yang bisa luput darinya. Selagi manusia itu bernafas, ujian itu akan terus berdatangan secara bergantian. Sampai kata Allah jatah hidup kita di dunia selesai. Tapi terkadang sebagai manusia, kita merasa bahwa ujian yang kita terima itu begitu amat besar. Sehingga tak jarang hal itu melemahkan diri kita sendiri. Padahal Allah sudah memberi jalan keluar. Cuma kok kayaknya buntu gitu ya. Mungkin karena kita masih kurang rasa sabarnya. Allah memberi kita ujian, sebenarnya itu ada maksud dan tujuannya. Apa itu? Agar kita belajar. Belajar apa? Belajar ilmu sabar. Belajar ilmu ikhlas. Itu yang Bu Erlik katakan dalam sebuah event <i>self</i> <i>healing</i> kemarin. (Rabu/13 Oktober 2022; 19.45 Wib). </p><p style="text-align: justify;">MasyaAllah, nikmat Allah yang mana lagikah yang engkau dustakan? Manakala Allah mempertemukanmu dengan Jee Luvina dan Bu Erlik. Walaupun pertemuan itu hanya secara online. Dan pertemuan dengan Bu Erlik adalah perdana bagi saya. Namun semangatnya, love love banget deh! Ada cinta Allah bersemayam disana. Tiba-tiba saja aura positif itu merajalela, semakin memperlihatkan akar-akarnya, jika sebenarnya masalah ataupun ujian itu pasti bisa kita atasi dengan potensi yang kita miliki. Allah memberi kita ujian, karena Allah tahu bahwa hanya kita yang mampu menjalaninya. Makanya Allah itu pilih kita, untuk menjadi bagian yang istimewa menurut pandangan-Nya. Yakinlah, tak akan ada yang sia-sia. Sebab besar kecilnya pahala kesabaran itu, sebanding lurus dengan seberapa besarnya ujian yang kita hadapi. </p><p style="text-align: justify;">Akan tetapi, bagaimana jika ujian itu semakin meledak-ledak ke dalam tubuh kita? Membuat tubuh menjadi lemah, sakit, bahkan yang lebih parah menjadi tak tahu arah, depresi dan putus asa. Summa na'udzubillah. Semoga Allah senantiasa menolong hati-hati kita yang meresah dan merasa lelah ya, aamiin. Peluk sayang untuk diri kita semua. </p><p style="text-align: justify;">Refreshing dulu ah, kemudian baru healing. Itulah dua kata yang kerap dibutuhkan kita sebagai manusia. Ya, refreshing dan healing. Apa sih maksudnya? Yuk kita lihat. Biar kita tahu, apa sih sebenarnya yang sedang dibutuhkan oleh diri kita.</p><p style="text-align: justify;">Yang pertama itu refreshing. Tujuannya untuk menghilangkan kepenatan dari teriknya aktivitas dunia. Kalau saya boleh bilang, bahasa kerennya itu nge-refresh otak, biar kita gak oleng kejauhan. Apalagi sebagai ibu rumah tangga, yang katanya 24 jam aktivitasnya itu di sumur, di kasur, dan di dapur. Tanpa ada cuti dan jam istirahat di dalamnya. MasyaAllah, luar biasa bangetkan? Kalian semua itu bunda-bunda hebat. Kalau saya sih, biasanya cukup nongkrong di coffe shop 15 menit saja, menikmati segelas capuccino sambil melihat orang lalu lalang. Atau lari ke Gramedia, muter-muter disana secukupnya. Pokoknya lihat banyak orang. Tapi ingat waktu ya. Dengan begitu, rasanya otak sudah cukup untuk dikembalikan ke pusaranya. Sebab sebagai Ibu Rumah Tangga, terkadang diri kita itu butuh me time, sekedar untuk mengistirahatkan tubuh dan otak yang lelah karena aktivitas seharian yang itu-itu aja, biar gak kebablasan ke negatif nantinya. Untuk refreshing ini, gak harus pake biaya yang mahal sih sebenarnya. Banyak hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan kok ya. Udah bisa dipahami ya, apa itu refreshing.</p><p style="text-align: justify;">Yang kedua adalah healing. Nah, ini berkaitan dengan batin, psikologis atau kondisi kejiwaan kita. Yang kadang bisa bikin depresi dan putus asa. Bisa juga menjadikan diri kita, seorang yang minderan dan menutup diri dari pergaulan yang ada. Kebayangkan, yang tadinya kita adalah seorang yang open minded tiba-tiba berubah menjadi close minded. Karena kondisi batin yang sakit. Setahun yang lalu, itu yang saya rasakan. Setelah resign dari pekerjaan. Satu persatu ujian menyerang tanpa alasan. Ah, gak perlu ya saya ceritakan. Apalagi kalau ditambah sehari-hari ketemu sama lingkungan yang toxic. Aduh, pengen langsung nangis deh. Dan sampai hari ini, sebenarnya sih saya juga masih terus berjuang melawannya. Gak mudah memang. Tapi yakinlah, kasih sayang Allah itu melebihi rahmatnya. Cukup kita mencintai diri kita sendiri, kita sayangi diri kita sendiri, bahagiakan diri kita sendiri. Sebab kalau diri kita sendiri saja belum bahagia, bagaimana kita bisa membahagiakan orang lain. Kalau kata Bu Erlik, selesaikan dulu diri kita. Kenali dulu, siapa diri kita. Istilah kerennya sih <i>self</i> <i>bonding</i>. </p><p style="text-align: justify;">Kalau kita sudah bisa men-self bonding diri kita, maka kita bisa menemukan apa sih yang diinginkan diri kita, bagaimana sih menyelesaikannya, sehingga diri kita bisa merasakan bahwa happy itu ada. Begitu juga yang dikatakan oleh Jee Luvina. Perasaan negatif dalam tubuh kita itu perlu dikeluarkan semuanya, agar tidak menjadi sampah yang bisa membusuk di dalam tubuh. Dengan cara apa? Ya menulis. Karena dengan menulis, kita bisa berbicara dan berinteraksi dengan diri kita. Dan hal itu merupakan cara yang efektif. Sebab menulis bisa menjadi sarana, untuk terapi penyembuhan bagi jiwa kita. Kita pernah dengarkan istilah "<i>self healing with writing </i>atau <i>writing is healing"</i>. Nah, itu benar adanya. Dan ada banyak orang yang telah membuktikannya. MasyaAllah hebat ya, padahal hanya beberapa jam saja mengikuti event mereka, tapi sudah memberi aura positif bagi kita para wanita.</p><p style="text-align: justify;">Lantas bagaimana, jika kenyataan itu ternyata tidak berjalan sesuai harapan yang ada? Plan kita sih maunya A, ternyata Allah menjadikan plan itu C ditambah dengan tingkat kesulitan yang lebih rumit. Ketahuilah, bahwa Allah itu selalu memberi apa yang kita butuhkan bukan yang kita harapkan. Allah lebih tahu, apa yang terbaik untuk hamba-Nya, terlebih untuk kedewasaan imannya. Walaupun hasil di luar ekspektasi yang ada. Coba cek deh ke dalam masing-masing diri kita, bagaimana kualitas ibadah dan tingkat ketaqwaan kita, setelah adanya masalah atau ujian tersebut. Kalau hal itu membuat keimanan kita semakin membaik, maka ucapkanlah selamat kepada diri kita. Karena Allah ternyata begitu sayang kepada kita. Allah ingin kita selalu hadir untuk mengiba kepada-Nya. Allah ingin kita selalu mendekat dan melekat pada cinta-Nya. </p><p style="text-align: justify;">Yuk, sebentar saja kita self talk diri kita. Sejenak pejamkan mata, tarik nafas perlahan, ucapkan istighfar dengan penuh kekhusyu'an. Kemudian katakan pada diri kita "Wahai diri, aku mencintaimu, aku menyayangimu. Aku pribadi yang kuat, aku pribadi yang bahagia, karena Allah selalu bersamaku". Seperti itulah, yang setiap hari saya lakukan ketika hendak beranjak dari tempat tidur. Mengafirmasi dan mengapresiasi diri sendiri. Karena perkataan itu adalah doa kan? Sebab dengan demikian, berarti diri kita mulai belajar memahami bahwa setiap ujian ini adalah salah satu kasih sayang dari-Nya. Untuk kita bisa lebih mencintai diri kita sendiri, dan tidak lagi berharap dan bergantung pada manusia. Karna yang hidup di dunia semua akan mati, dan hanya Allah yang abadi. </p><p style="text-align: justify;">Selain memahami bahwa ujian adalah sebagai kasih sayang-Nya, ujian itu juga sebagai amanah, keberadaannya bisa mengangkat dosa-dosa kita. Bahkan yang lebih hebat lagi, ternyata ujian itu bisa membentuk kecerdasan interpersonal bagi diri kita. Coba kita lihat di luaran sana, berapa banyak orang-orang sukses, yang jalannya diawali dengan ujian-ujian berat yang bertubi-tubi. Saya ambil contoh saja, seperti seorang Jee Luvina. Gak mudah bagi dirinya, untuk bisa sampai menjadi Jee Luvina yang sekarang. Ada banyak perang batin yang harus dia hadapi sebelumnya. Dan itu bukan setahun dua tahun. Kita juga bisa lihat seorang ulama kita Ibnu Taimiyyah. Bagaimana Beliau dua belas kali dipenjara selama masa hidupnya. Namun Beliau tercatat banyak sekali menulis kitab-kitab risalah yang ringkas dan kecil, justru di masa ujian itu ada. Intinya, ketika kita dihadapkan ujian yang besar oleh Allah, cobalah kita melihat ke arah positifnya. Agar kita selalu tetap bisa bersyukur. </p><p style="text-align: justify;">Oke, kita kembali ke laptop ya? Hehee.. Nah, kalau diri kita sudah bisa memahaminya, selanjutnya adalah mau gak mau ya kita harus belajar menerima. Menerima bahwa ujian itu adalah bagian dari takdir kita dari-Nya. Dalam bentuk apapun yang Allah kasih, anggap itu nikmat tak terkira. Sebab mau kita mengelak atau menghindar ke ujung dunia sekalipun, tidak akan bisa lari dari ketetapan takdir-Nya. Bangun mindset bahwa ada pahala sabar yang sangat besar di dalamnya, yang bisa kita dapat diujung sana. Yaitu surga. Bayangkan saja betapa indahnya surga, dan kita adalah pribadi-pribadi yang berhak untuk mendapatkannya. Dan itu mampu menaikkan derajat kita sebagai manusia, menjadikan diri kita menjadi pribadi yang baru. Sebab sepanjang kita hidup di dunia, maka ujian itu akan terus menerus menyapa. Jadi bagaimana? Kalau saya healingnya ya disini, di blog ini. Saya menulis apa aja yang ada terbesit di otak saya. Anggap saja blog ini adalah catatan pribadi saya, sebelum saya punya buku single ya. Mimpi boleh kan ya hahaha..</p><p style="text-align: justify;">Dan gold point dari ujian yang Allah berikan itu adalah kita jadi bisa lebih memahami apa arti hidup kita. Kita bisa mendapatkan penerimaan yang baik di hadapan Allah Swt dan orang-orang yang sayang kepada kita. Allah juga akan menuntun kita kepada hati yang lembut, sehingga kita mudah memaafkan diri sendiri, juga orang-orang yang mungkin toxic di sekitar kita. Kabar baiknya lagi, Allah perlahan membuka harapan baru untuk diri kita, serta mengumpulkan kita ke dalam orang-orang yang bertaqwa. Secara garis besarnya, akan tumbuh dalam tubuh kita sebuah understanding, acceptanced, forgive, hope, dan taqwa. </p><p style="text-align: justify;">Kalau boleh saya buat alurnya, maka seperti inilah gold point dari ujian yang kerap menyapa manusia. Itu kalau kita bisa sabar dan ikhlas ya, ridho dengan apa yang diberikan-Nya, agar Allah juga ridho kepada kita. </p><p style="text-align: justify;">Pemahaman➡️penerimaan➡️memaafkan➡️harapan➡️takwa</p><p style="text-align: justify;">Wow, luar biasa kan ya? Maksud Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya. Yuk semangat yuk! Don't give up dears, remember writing is self healing. Sebab diri kita adalah istimewa. Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat ya. Jadikan ujian kita itu menjadi sebuah inspirasi untuk banyak orang. Dan tulisanmu bisa menjadi penolong banyak orang. I love you buat kalian, buat siapapun yang sudah membaca tulisan ini. Salam ukhuwah dari saya. Yang juga masih banyak belajar, di atas tapak ujian yang Allah berikan. </p><p style="text-align: justify;">Akhir kata dari tulisan ini,</p><p style="text-align: justify;"><i>“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah: 216)</i></p><p style="text-align: justify;">Dan ingatlah,</p><p style="text-align: justify;"><i>“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al Baqarah: 286)</i></p><div style="text-align: justify;">#selfhealingwithwriting<br />#writingishealing</div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-69604068992386498742022-10-07T22:21:00.004-07:002022-10-12T23:17:03.049-07:00🌺Kehilangan Sayap (Berbakti kepada Ibu/Orang tua yang telah meninggal dunia)<div><span style="text-align: justify;">Tadinya aku berharap, bisa mengatakan kehilangan seorang ibu itu menjadi lebih mudah. Tetapi pada kenyataannya, tidak! Tidak sama sekali! Sekalipun hari ini, aku sudah memiliki keluarga sendiri. Faktanya, tak bisa! Aku masih saja merindukannya dan berkhayal cintanya setiap hari.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Kehilangan ibu adalah sebuah kehampaan, menjadi perih yang sangat tak terperi. Bak sayap yang patah, menjadi kehilangan sayap sebelah. Ku kira, aku akan mudah menepis semua kenangan. Tapi nyatanya, aku tidak bisa! Justru kerinduanku semakin dlm tertawan</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kematian adalah satu hal yang keberadaannya paling dekat dengan diri manusia. Kematian tidak mengenal waktu, hari, ataupun bulan. Bahkan usia manusia itu sendiri. Hadirnya bisa kapan saja dan dimana saja. Tak peduli ia masih belia, anak-anak atau sudah tua, maupun seorang bayi. Tak ada manusia yang bisa menghalangi, jika giliran itu telah tiba menghampiri. Siap-siap suatu hari nanti, akan ada dan tiba giliran diri kita yang akan menemui. Lantas sudah sampai manakah persiapan diri kita hingga hari ini?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ah, semoga saja Allah memudahkan diri kita untuk senantiasa berjalan di atas titah-Nya. Sehingga tertancap dengan sempurna, bahwa akhirat adalah orientasi tujuan hidup kita di dunia. Agar diri kita memiliki persiapan bekal, guna kelak menuju alam baka-Nya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setiap harinya, kematian demi kematian itu silih berganti di sekitar lingkungan hidup kita. Mulai dari orang yang tercinta, hingga alim ulama. Bagaimana rasanya, jika yang hilang karena kematian itu adalah orangtua kita? Ibu atau ayah misalnya, atau bahkan keduanya. Mereka, orang yang paling kita cintai keberadaannya di dunia. Tentulah hilang sudah, doa-doa mustajab dari mereka untuk diri kita. Sebab mereka adalah penyambung tangan Allah, dimana ridho mereka adalah ridhonya Allah juga.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apalagi ibu. Kehilangan dirinya, rasanya adalah patah hati terbesar dan terdalam. Sebab keberadaan seorang ibu adalah kenyamanan universal bagi setiap anak. Kehadirannya, sentuhannya, dan cinta ibu tidak pernah bersyarat serta tak terukur. Jika ibu kita sudah meninggal, kita pasti merindukan semua kenangan dan waktu yang dihabiskan bersamanya. Patah semangat, itu pasti ada. Kehilangan Sayap rasanya. Sampai kapanpun, kita akan sulit melupakan. Sebab cintanya yang tak berkesudahan, sudah sangat melekat tanpa karat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagi kita yang memiliki orang tua yang masih hidup, tentunya sangatlah bersyukur. Karena akan menjadikan jalan kita jauh lebih mudah untuk berbakti kepadanya. Dan kita masih bisa dengan indah, merasakan doa-doa mustajab yang berasal dari mulut mereka. Lantas bagaimana jika ibu atau orang tua kita sudah meninggal dunia? Sementara hasrat kita masih ingin bisa berbakti padanya, membahagiakannya walau hanya lewat cara yang sederhana. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Subhanallah ya, tak bisa mengelak kita dari rasa sedihnya. Tak bisa berlari kita dari rasa merindunya. Tapi apalah daya, Allah sudah kembali mengambil apa yang menjadi miliknya. Akan tetapi, Allah masih menyediakan jalan terbaiknya bagi setiap anak manusia, guna berbakti kepada ibu atau orangtua yang telah meninggal dunia. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana caranya? Yuk, kita lihat bagaimana cara Allah mengajarkannya:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">🌱Hal pertama adalah mendoakan mereka setiap hari. Sebab doa dari anak-anaknya lah yang mereka butuhkan setelah mereka berpindah ke alam baka. Seorang Alim pernah mengatakan, doa yang dipanjatkan oleh anak untuk kedua orangtuanya, akan langsung diterima oleh orangtua yang telah tiada.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">🌱Bersedekah atas nama ibu/orangtua kita. Sebab pahala dari bersedekah tersebut, bisa langsung sampai kepada ibu/orangtua yang telah tiada.</div><div style="text-align: justify;">🌱Merekatkan jalinan silaturahim (kekerabatan) dan silaturahmi terhadap orang-orang yang pernah dikenalnya secara baik semasa hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">🌱Meneladani dan meniru akan sifat-sifat baiknya. Karena setiap orang tua pasti selalu memiliki sifat baik yang bisa dicontoh oleh anak-anaknya. Tak heran jika ada pepatah yang mengatakan, kalau buah tak jatuh jauh dari pohonnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">🌱Menjaga nama baik orangtua yang telah meninggal dunia, dengan cara menebar kebaikan dan ilmu yang bermanfaat. Sehingga kebaikan demi kebaikan itu bisa menjadi ladang pahala, bagi ibu atau orangtua yang telah meninggal dunia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">🌱Menepati janji orangtua dan melunasi hutang-hutangnya, jika semasa hidupnya memiliki hutang. Agar jalan ibu/orangtua yang telah meninggal akan menjadi lebih mudah dan lapang di alam kuburnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Itu sekelumit cara bagaimana Islam mengajarkan kepada kita, bahwa sekalipun ibu atau orangtua telah tiada, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak lagi berbakti kepada mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah Saw, ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi Saw menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” </i></div><div style="text-align: justify;"><i>(HR. Abu Daud)</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selama manusia itu masih hidup, dan Allah masih memberi kita kesempatan bernafas di dunia, itulah kesempatan terbaik kita untuk berbakti pada ibu/orang tua. Sekalipun mereka telah tiada. Karena berbakti pada keduanya adalah jalan termudah untuk masuk surga. Sebab orangtua adalah pintu surga paling tengah. Dan bisa menjadi sarana terbaik bagi seorang anak untuk memasuki pintu surga-Nya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lantas bagaimana dengan anak wanita yang sudah menikah di masa hidupnya? Yang surga katanya sudah berganti, pada kesabaran dalam mentaati suaminya. Ketahuilah bahwa kewajiban berbakti kepada ibu atau orangtua, itu masih tetap ada bagi wanita yang sudah menikah ya. Hanya saja keberadaannya sudah berbeda. Jika anak wanita itu telah menikah, maka jalan bakti kepada ibu/orangtua memiliki batasan di dalamnya. Sebab taatmu pada suami wahai wanita, selagi taat itu bukan di luar batas agama, maka di dalamnya akan mengalir juga pahala untuk kedua orangtua kita. MasyaAllah ya. Indah sekali Islam mengajarkannya. Namun, berbeda halnya untuk anak laki-lakinya. Sebab sepanjang hidupnya, surga mereka tak pernah terganti. Surga mereka tetaplah berada pada ibu atau orangtuanya. Jadi anak laki-laki punya tanggungjawab istimewa dalam hal berbakti. Apalagi jika sudah menikah, harus bisa menyeimbangkan diantara kedua wanitanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi jangan terlalu lama menyimpan sedih, jika kita sudah kehilangan ibu atau orangtua di perjalanan hidup kita. Bukan kita tidak cinta. Melainkan, itulah cara terbaik untuk perjalanannya. Bawa saja nama mereka selalu di dlm setiap doa dan langkah kaki kita. Bawa nama mereka dalam segala aktivitas harian kita, dengan kebaikan yang membawa aliran banyak pahala untuk ibu/orangtua kita yang telah tiada.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tertata dan rapih sekali bagaimana Islam mengajarkannya. Mungkin saja Ibu atau orangtua kita memang sudah tiada di dunia, tetapi tidak demikian di dalam hati kita. Sebab namanya tak kan pernah hilang dan tetap selalu terukir di setiap doa dan aktivitas harian kita. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Waallahualam bisawab.</div></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-75816801649284564002022-09-30T22:00:00.002-07:002022-10-12T23:21:34.145-07:00Pemuda Milenial<div>Hidup adalah perjalanan</div><div>Bukan pertandingan<br />Bekerjalah demi masa depan<br />Sebelum datang penyesalan<br />Nestapa di kandung badan<br /><br /></div><div>Bersatulah wahai pemuda <br />Membangun bangsa Indonesia<br />Tanpa mengeluh dan merekayasa<br />Demi satu, bhinneka tunggal Ika<br />Berbeda tetapi tetap satu jua<br /><br /></div><div>Walau diri bukanlah ningrat<br />Semangat tak boleh berkarat<br />Tekad jangan sekarat<br />Tangguh! tumbuhlah menjadi kuat<br />Untuk Indonesia hebat<br /><br /></div><div>Kobarkan semangat pada dunia<br />Banggalah terlahir sebagai Indonesia<br />Bertanah air, berbangsa, dan berbahasa <br />Sebab kuncupnya harapan bangsa<br />Mekarnya adalah cita-cita dunia<br /><br /></div><div>Kemajuan bangsa di genggamanmu<br />Raihlah mimpi tanpa menipu<br />Ibu Pertiwi tersenyum tersipu<br />Melihat kejujuran menyatu padu<br />Ridho Tuhan melekat di qolbu<br /><br /></div><div>Bangkitlah! wahai tunas bangsaku<br />Berdiri tanpa riya<br />Berjalan tanpa amurka<br />Duduk tanpa angkuhnya<br />Hidup tanpa sia-sia<br /><br /></div><div>Ya, kalian! pemuda milinial<br />Rawatlah hati agar tak terpental<br />Tak tergelincir lisan dan akal<br />Terjaga kebaikan moral<br />Di atas dunia yang kian brutal<br /><br /></div><div>Yang muda yang berkarya<br />Agar waktu tak termakan oleh masa<br />Ukirlah nama itu pada tulisan pena<br />Satu pemuda bisa mengubah dunia<br />Dengan moral, ilmu, dan takwanya</div><div><br /></div><div>Indahkan dirimu, pemuda Indonesia!</div><div>Demi pancasila lambang negara</div><div>Kokoh, kuat, berprinsip nyata</div><div>Ketuhanan Yang Maha Esa</div><div>Menjadi penompang jiwa</div><div><br /></div><div>Ah! Diriku malu</div><div>Jika tanpa adab dan ilmu</div><div>Apalagi jika tidak bersatu padu</div><div>Indonesia, membutuhkanmu!</div><div>Wahai pemuda negeriku</div><div><br /></div><div>Selamat hari kesaktian Pancasila</div><div>Wahai tanah kelahiranku❤️</div><div>Aku bangga bertanah air satu</div><div>Indonesiaku</div><div><br /></div><div>01 Oktober 2022</div><div>Pelataran Sunyi; 12.00 Wib<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div><p><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-127967335322830562022-09-25T22:03:00.000-07:002022-10-12T22:29:29.515-07:00🌱Inilah Kehidupan☀️<div style="text-align: left;">Inilah kehidupan itu....!<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Saat hati berkata ingin, namun Allah berkata tunggu. Maka bersabarlah, bahwa Allah sangat tahu tentang segala kepentingan hidupmu.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Saat air mata harus menetes, namun Allah berkata tersenyumlah. Maka belajarlah ikhlas, sebab Allah lebih tahu bagaimana kondisi dirimu.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Saat segalanya terasa membosankan, namun Allah berkata teruslah melangkah. Ingatlah! Bahwa duniamu masih memiliki sisa waktu. Jadi janganlah kau sia-siakan ke dalam kehancuran itu.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Kita merancang, Allah juga merancang. Akan tetapi, perancangan Allah itu lebih baik dari apapun. Jangan mengeluh dengan kegamanganmu. Lihat kupu-kupu, apakah ia tercipta langsung indah dalam pandangan matamu? Tidak.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Maka dari itu, jangan berburuk sangka dulu terhadap ketetapan Allah yang menghampiri jalanmu. Sebab sesuatu yang buruk menurut kita, tetapi baik menurut Allah. Allah yang lebih mengerti tentang semua itu. <br /><br /></div><div style="text-align: left;">Buat kamu, jangan berkecil hati apabila jalanmu sedang buntu. Buat kamu, jangan merasa selalu tersakiti apabila hakmu terdzolimi. Buat kamu, jangan menjadi pilu jika dunia belum berpihak kepadamu.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Subhanallah....<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Allah itu Maha Tahu, dan sebaik-baik perancang perjalanan hidup manusia di dalam dunia. Perbesarlah rasa percaya dirimu kepada Allah, agar tetap terjaga iman dan aura positif itu.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Maha Suci Allah yang telah memberikan kita kesejukan dan ketenangan hati untuk siapapun. Ketahuilah, bahwa semua rencana Allah itu adalah yang terbaik. Tak ada yang percuma, apalagi sia-sia. Yuk semangat yuk! Jalani hari-harimu dengan penuh rasa syukur yang menggebu. Agar ringan hatimu. Agar mampu berucap syukur lidahmu. Di dalam segala suasana itu. <br />***</div><div style="text-align: left;"><br />Semoga hati kita selalu diberi-Nya petunjuk dan hidayah, agar kita tetap berada dijalan yang Allah ridhai. <br />Ya ALLAH...<br />✔ Muliakanlah orang2 yang membaca tulisan ini<br />✔ Lapangkanlah hatinya<br />✔ Bahagiakanlah keluarganya<br />✔ Luaskan rezekinya seluas lautan<br />✔ Mudahkan segala urusannya<br />✔ Kabulkan cita-citanya<br />✔ Jauhkan dari segala musibah, fitnah dunia, dan juga penyakit berbahaya.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Aamiin ya Rabbal'alamin.</div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-9039390293954359232022-09-11T22:12:00.001-07:002022-10-13T07:16:45.477-07:00Tanyakan Kabar Hati❤️<div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Apa kabar hatimu hari ini?</div><div style="text-align: justify;">Masihkah ia bersih dari debu-debu kelabu?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Debu kehidupan akan kian pekat warnanya, jika tidak engkau bersihkan setiap saat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Masihkah ia seperti embun?</div><div style="text-align: justify;">Yang senantiasa bening, namun tetap merunduk di pucuk-pucuk daun pagi hari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Masihkah ia setegar karang?</div><div style="text-align: justify;">yang berdiri tegar menantang gelombang kehidupan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Masihkah ia sehangat mentari?</div><div style="text-align: justify;">Yang menghangatkan sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Ataukah ia sedang kelabu?</div><div style="text-align: justify;">Dirundung awan mendung yang disertai gerimis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Ataukah ia sedang gulita?</div><div style="text-align: justify;">Gelap, tanpa cahaya penunjuk arah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Ataukah ia sedang rapuh?</div><div style="text-align: justify;">Terhempas, tak kuasa menahan besarnya gelombang hidup.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Ataukah ia sedang beku?</div><div style="text-align: justify;">Seperti es, setiap yang mendekat enggan menyentuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Apa kabar hatimu hari ini?</div><div style="text-align: justify;">Masihkah cahaya taqwa bertahta disana, atau mungkin justru syahwat yang sedang gagah berkuasa disana.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Ah! Hanya dirimu sendirilah yang bisa menghejanya. Hanya dirimu sendirilah yang bisa membacanya. Menerawang dan menelaahnya, tentang kabar hatimu hari ini. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Dalam hadits yang cukup panjang, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :</div><i><div style="text-align: justify;"><i>"Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati. </i></div></i></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><i>(Bukhari dan Muslim)</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Maka marilah kita lebih jauh menerawang hati kita, kemudian berusaha mempereloknya, agar kelak hanya tauhid yang tegak kokoh di dalamnya. Dan iman yang membuat kuat keberadaannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejenak coba kita pejamkan mata. Tersenyum, tarik nafas seraya mulut beristighfar. Rasakan keberadaan-Nya, bayangkan dekapan-Nya. MasyaAllah, ada bisikan di telinga kita, kemudian memeluk erat tubuh kita dengan hangat, dan menanyakan.. Apa kabar hatimu hari ini? Tetap semangat ya, tetap sehat! </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yuk berpositif diri. Berterima kasih pada diri sendiri. Mencintai tubuh kita, yang ternyata lebih kuat dari apa yang kita bayangkan selama ini.</div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apa kabar hatimu hari ini?</div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semoga ia selalu dalam keadaan baik-baik saja dan tidak berkarat ya. InsyaAllah, Aamiin.</div></div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-79464188055578695932022-08-29T22:33:00.001-07:002022-10-12T22:37:50.356-07:00Berbicara Tentang Rindu 💌<div><div style="text-align: justify;">Wahai manusia,</div><div style="text-align: justify;">merindulah kepada Ia yang berhak kau rindu saja</div><div style="text-align: justify;">Agar Ia tak lantas cemburu kepada kita</div><div style="text-align: justify;">Sebab hadirnya tak pernah memberi rasa kecewa</div><div style="text-align: justify;">Siapakah Dia?</div><div style="text-align: justify;">Ya, Allah Sang Maha Pemberi Cinta</div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Rindu sebenarnya adalah bagian dari perasaan yang tergolong fitrah. Karna rindu wujud rasa yang ada di dalam hati dan bukan yang dibuat-buat. Sebab ia merupakan buah dari cinta, yang tertanam dalam hati manusia. Merindukan seseorang sebenarnya tidaklah dilarang, asal tidak melampaui batas kewajaran yang ditetapkan syariat. Kerinduan terhadap seseorang yang belum halal misalnya. Maka keberadaannya, mesti kita kontrol agar tidak menjadi berkarat-karat. Sampai membuat manusia hilang emosi dan perasaannya. Dan tak tahu lagi mana yang menjadi jalan selamat. Jika sudah demikian, maka hal utama yang harus dilakukan adalah mendalami ilmu agama. Agar rindu yang menyerbu tak langsung membawa kita kepada jalan laknat. Na’udzubillah ya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Ah, bicara tentang rindu. Berarti kita tidak bisa lepas dari soal cinta. Sebab rindu dan cinta, adalah kesatuan golongan yang Allah berikan kepada manusia. Fitrah yang Allah titipkan, sebagai anugerah terindah di dalam hidup kita. Dan keberadaannya terkadang melekat pada syahwat. Eits! Hati-hati kalau lewat. Jangan lupa kuatkan dengan syariat. Sebab rindu bisa tercipta kepada siapa saja. Rindu bisa lewat kapan saja. Rindu juga bisa mengingat apa saja. Hadirnya tidak bisa dipungkiri. Hadirnya tidak bisa kita mengerti. Namun keberadaannya bisa kita gali, bagaimana ia mesti. Misalnya, seperti rindu terhadap orang tua, anak, keluarga ataupun sahabat. Suami kepada istri, atau istri kepada suami.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Namun hati manusia, tak bisa dipungkiri. Jika kadang rindu datang kepada mereka yang tak mesti. Sebab Allah titipkan cinta di dalam hidup ini. Memiliki rasa kagum kepada makhluk-Nya, memandangnya tanpa sengaja lewat di hadapan muka. Dan ini bisa dialami oleh siapa saja, setiap manusia. Sehingga dengan adanya cinta kemudian memutuskan untuk melebihkan sebuah rasa menjadi mencintai, hingga kemudian sampailah pada rasa rindu yang menggebu. Kalau sudah begini menjadilah urusannya gaswat, eh hati-hati syahwat lewat. Aduh! Jadi pusing saya, untuk menuliskannya sampai tamat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Disinilah pentingnya kita mengelola syariat dalam taat. Sebab rindu yang lewat bisa menjadi hal yang dahsyat, jika hanya mengedapankan syahwat. Akan tetapi, jika kita mampu menyatukan syahwat dan syariat, maka itu adalah puncak keindahan. Sebaliknya syahwat, cinta dan rindu tanpa syariat, justru akan membuat mereka sengsara akhirnya, karena hanya kesenangan sesaat. Dan ingatlah akan pedihnya azab akhirat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Rindu kepada mereka yang belum halal bisa disiasati. Apabila rindu kepada seorang yang bukan mahram, dan mampu menjaga syahwatnya tanpa ada hal yang menyimpang, maka ketika ia meninggal, termasuk orang yang syahid. Hal itu lantaran karena termasuk orang yang memerangi hawa nafsu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Lantas bagaimana caranya menyikapi rindu yang menggelora biru, agar keberadaannya tidak membuat hati kita terjerumus ke lembah syahwat. Yuk kita lihat, bagaimana Islam menjawab:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">1. Simpan rindu itu dalam diam, dan jangan berlebihan. Rindu harus mampu dijadikan sebagai perasaan biasa dan perasaan yang tetap dikelola oleh nalar atau logika manusia. Sehingga rasa yang hadir tidak merusak diri dan tetap mampu membuat kita berpikir positif.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">2. Kembangkan rasa rindu itu ke hal yang baik, dengan tidak meninggalkan aturan syariat. Rindukanlah hal yang baik, dan hal yang memang tidak melanggar perintah Allah. Dengan cara menjaga pandangan kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">3. Tetap manusiakan manusia, jangan melebihi apapun juga. Sebab rindu yang paling utama adalah rindu atas cinta kepada Allah dan Rosul-Nya. Berikanlah rasa rindu itu sesuai tempat dan kadarnya, sebagaimana mestinya. Sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia, yaitu untuk menghamba kepada Allah Swt.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">4. Kelola hati dengan benar, menjaga jangan sampai rasa rindu itu melebihi rasa rindu kita kepada Allah. Dengan cara berpegang teguhlah pada rukun Islam, jagalah hubungan antara iman, Islam, dan ihsan. Agar tidak salah jalan, yang ada rasa rindu itu mampu membawa kita kepada jalan kebaikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ibnu Hajar berkata dalam kitab Tuhfatul Hama," Tidaklah cinta itu dilarang dan dosa di mata manusi dan hukum. Karena Hati dalam kekuasaan Allah Azza wajala". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana hati itu atas kekuasaan Allah, tentunya manusia tak bisa berbuat ketika Allah telah menetapkan takdir. Seseorang yang tidak punya rasa cinta, bahkan disebut jiwanya cacat. Adapun jika cinta diiringi dengan syahwat, maka perlu diimbangi dengan syariat. Awas ya hati-hati membawa rindu berat. Terlebih jika rindu itu terulur kepada pasangan yang belum dihalalkan lewat akad. Ah! Pokoknya berat, berat, berat, berat!!. Kalau salah ambil jalan, bisa-bisa tidak selamat. Sebab hawa nafsu yang melibat, yang akhirnya nikmat sih nikmat, tetapi siap-siap ada laknat. Godaan setan kian mendekat, aduhai.. jangan sampai salah alamat. Sehingga hanya nikmat sesat, namun jauh dari makrifat. Semoga Allah menjaga kita semua, di atas rindu yang satu. Yaitu rindu yang membawa kita terbang ke alam biru, bersama kidung merdu Yang Maha Merindu. Yang keberadaan cintanya tak terhingga dan tak membawa malapetaka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Yuk jaga hati kita, antara syahwat dan syariat buatlah mereka merekat. Sehingga arah kita selamat. Sebab hal yang paling berat, adalah memerangi syahwat di atas hawa nafsu yang tak terawat oleh syariat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Waallahualam bisawab.</div></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-15787759867569525282022-08-08T21:55:00.001-07:002022-10-13T15:29:04.267-07:00🍂 Fatamorgana <div style="text-align: left;">Dunia indah dicipta<br />Menawan hati kadang menggoda<br />Jelita dipandang dirasa <br />Harum semerbak mewangi dunia<br />Mencinta tiada akhirnya<br />Merindu menjadi pilunya raga<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Dunia menarik di mata<br />Mendamba entah pastinya<br />terlena, datang sembilu luka<br />Wahai diri manusia! <br />Apakah gerangan akhirnya<br />Menerka tanpa menyimpan asa<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Hidup tiada lama<br />Jalanlah kemana engkau suka<br />Kian hari waktu terus menua<br />Namun raga asik bercengkrama<br />Rasanya, tak akan usai masa<br />Menggelitik sukma lara<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Menangis, tertawa, terluka, bahagia<br />Ah, itukah sukma dicinta?<br />Kapankah lagi kembali ke jalan-Nya<br />berserah diri setulus jiwa<br />Menundukkan mata<br />Melembutkan hati dari gemerlapnya<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Jalan ini fatamorgana<br />Dunia hanya tempat singgah saja<br />Sebelum nanti akhirnya<br />Gembala pulang berganti sangka kala<br />Membuat mulut tak lagi bisa berkata<br />Selain penyesalan tiada akhirnya<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Wahai Dzat Sang Pemilik Jiwa<br />Selamatkanlah jiwa raga<br />Sebelum keriput tua menjelma<br />Jangan cintakan hati pada dunia<br />Jika azab-Nya adalah sengsara<br />Manusia adalah kaum pendosa<br />Namun ampunan-Nya setia selamanya</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Indahkan harimu ya!</div><div style="text-align: left;">Dengan kebaikan menata<br />Agar nafas tidak sia-sia<br />Tidak buta karena dunia<br />Ini fatamorgana<br />Dunia mayapada<br /><br /></div><div style="text-align: left;">CGV Teras Kota BSD City<br />Minggu, 8 Agustus 2022<br />10: 30 Wib<br /></div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-90172422944654241312022-07-21T22:54:00.003-07:002023-02-03T22:50:18.059-08:00MBA alias Married by Accident😱<div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Deg! Detak jantungku seperti terhenti tiba-tiba, ketika mendengar apa yang petugas KUA katakan. Sementara otak menerka-nerka, siapa aku, kok bisa begini. Mataku ingin basah, tapi aku malu dengan khalayak ramai disini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Ayahmu tidak bisa menjadi wali nikahmu, begitupun dengan adik laki-laki, paman, dan kakekmu. Jadi pernikahanmu nanti hanya bisa diwakilkan oleh wali hakim saja".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Kenapa bapak bisa bilang begitu?"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Nanti dirumah kamu tanyakan saja kepada orangtuamu, sebab mereka yg lebih mengerti. Saya disini selaku petugas hanya menjalankan tugas sesuai syariat dan mandat saja"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Terima kasih pak".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Akupun keluar dari gedung KUA tersebut dg pikiran kacau balau, banyak praduga yang mengelilingi otakku terhadap diriku sendiri juga tentang orangtuaku. Mengapa bisa seperti itu, rasanya tak mungkin sekali.</div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Assalamualaikum", kuucapkan salam dengan nada lunglai, utk kedua ortuku yang saat itu sdg duduk santai di ruang tamu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Wa'alaikumsalam", jawab ortuku dengan lembut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Tanpa banyak bicara, akupun langsung duduk berhadapan tepat di depan mereka. Seketika itu pula mataku mengeluarkan buih kristal yang lebih dulu tak mengenal aba-aba. Ingin rasanya langsung ku teriak, kenapa begini. Kenapa petugas itu berkata demikian kepadaku. Tapi aku sadar, bahwa itu bukanlah hal yang benar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Kuatur nafasku dg sempurna, meski buih kristal itu tak bisa lagi dibendung kehadirannya. Kuceritakan perlahan kepada mereka tentang penjelasan yang telah kuterima dari petugas KUA.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Ayah, ibu, maafkan Riana sebelumnya. Kenapa, kenapa, kenapa?" Aku terus mendesak mereka dengan tangis yang mulai pecah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Sementara ayah dan ibuku hanya terdiam, dan berkata, "Maafkan kami nak". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Lirih terdengar suara istighfar terucap dari mulut mereka. Mereka terus saja istighfar, derasnya airmata tak bisa dibendung lagi. Istighfar yang terus menyertai mulut mereka di atas isak tangis yang menjadi. Akupun mulai membuat praduga di atas jawaban dan isak tangis mereka. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Jangan-jangan ada yang tidak beres" batinku dalam hati. Pikiranku sudah benar-benar kacau balau, tak bisa berpikir jernih lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Tolong jelaskan ibu, kenapa? Ayah? Lebih baik batalkan saja pernikahan ini. Terlebih tentang nasabku. Aku ingin nama ayah yg ada di belakang namaku. Karena..."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Belum sempat mulutku melanjutkan perkataan, tiba-tiba datang kedua adikku dengan calon suamiku. Mereka mengulurkan senyum kepadaku. Ibu menyambut calon suamiku dengan rona bahagia, dan mempersilahkan mereka duduk di sofa ruang tamu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Teh, apa kata petugas KUA itu benar. Dan aku sudah mengetahui semua tentangmu. Maafkanlah kekhilafan masa lalu ayah dan ibu". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Calon suamiku yang saat itu masih memanggilku dengan sebutan teteh, memulai kata dan menjelaskan semuanya dengan panjang lebar terkait tentang diriku. Bagaimana Islam mengaturnya di atas kejadian masa lalu yang pernah terjadi terhadap orangtuaku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Mendengar penjelasan yang sama untuk kedua kalinya di rumahku sendiri, rasanya dada ini tak kuat untuk menahan sesaknya. Akupun langsung lari ke kamar, menangis sejadi-jadinya. Tak kuat rasanya menerima semua kenyataan ini. Apalagi ketika akad nanti aku harus memakai binti nama ibuku, bukan ayah biologisku. Hari itu aku langsung mengurung diri di kamar, tanpa peduli bagaimana suasana hati orangtuaku. </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Tiga hari lagi adalah hari H akad nikahku. Sementara hatiku masih saja dirundung pilu karena statusku. Rasanya tak percaya, rasanya tak bisa menerima, tapi ini terjadi dan inilah takdirku. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Malam semakin larut dan suasananya terasa syahdu. Aku termenung di atas sedihku. Di keheningan malam, aku bersimpuh ke hadapan Sang Pemilik Waktu. Memohon bantuan-Nya untuk menguatkan bahu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Benar kata calon suamiku, bahwa aku tidak menanggung dosa atas perbuatan orangtuaku dulu. Meskipun secara Islam aku ikut menanggung konsekuensi duniawinya. Tapi itulah hukum dalam agamaku yang sempurna itu. Dan akupun telah menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku, telah bertobat dengan sebenar-benar tobat atas perbuatan masa lalunya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kuterima takdirku diatas statusku, demi keabsahan pernikahanku. Tak mengapa memakai wali hakim dan nasab ibuku. Toh, calon suamiku pun tak mempermasalahkannya. Ia menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Ku kubur dalam-dalam tentang statusku. Ku tatap masa depan lewat doa tengah malamku. Semoga Allah menerima tobat nasuha kedua orangtuaku, dan mengampuni dosa-dosa masa lalunya, apabila di masa kelamnya mereka pernah berzina hingga terlahirlah diriku. Sebab selama ini, aku benar-benar telah menyaksikan mereka orang yang alim. Banyak dalam istighfar, dan mengajarkanku banyak kebaikan. Salah satunya pentingnya menjaga Izzah/kehormatan bagi seorang wanita. Bagaimana mereka selalu mengingatkan, hati-hati jangan MBA alias hamil di luar pernikahan, dan terpaksa cepat2 menikah karena sudah kecelakaan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pagi harinya, aku langsung beranjak menemui ibuku dan membantunya. Yang kala itu terlihat sedang sibuk memasak di dapur. </div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Belum sempat kakiku melangkah ke dapur, tiba-tiba ibuku langsung membalikkan badan dan langsung memelukku dengan begitu eratnya sambil menangis tergugu. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian mengucapkan sebuah kata "Maafkan ayah dan ibu nak, di atas kekhilafan masa lalu kami".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">"Sudah Bu, sudah. Itu masa lalu, jangan diungkit-ungkit lagi. Nasi sudah menjadi bubur, semua masa lalu itu sudah selayaknya dikubur".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Hatiku kini terasa lega dan lapang, menerima kenyataan. Kuambil ibroh dari semua perjalanan. Masa depanku lebih penting sekarang, untuk bagaimana menjaga keturunanku agar tidak terjerumus ke dalam lembah kebebesan yang kebablasan. Dan semoga kelak, Allah menjaga dan melindungi keturunanku. Hidup itu memang penuh liku dengan beraneka warna masa lalu. Namun seperti apapun warna masa lalu itu, jangan menjadi belenggu untuk kita bisa menjemput hari yang baru dan memperbaiki iman yang pernah terbelenggu. </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dan kehidupan manusia pastilah semuanya punya masa lalu. Namun bagaimanapun masa lalu itu, jangan sampai keberadaannya tidak mampu mengubah sikap kita untuk menjadi lebih baik dan taubat nasuha. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketahuilah! Bukan main-main tentang MBA (Married by Accident) ini, karna selain dosa juga banyak kerugiannya bagi anak keturunan sang pelaku. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Apa sajakah itu? Antara lain:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">1. Anak hasil hamil diluar nikah tidak dinasabkan ke bapak biologisnya. Melainkan dinasabkan kepada ibunya. Jadi binti/bin nya gak boleh pakai nama bapaknya, tetapi memakai nama ibunya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">2. Tidak ada saling mewarisi antara bapak biologis dengan anak hasil hamil di luar nikah. Artinya anak yg lahir tersebut, kehilangan hak waris dari bapak biologisnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">3. Bila anak itu perempuan, jika sudah dewasa ingin menikah, maka walinya bukan bapak biologis nya, akan tetapi memakai wali hakim, karena anak hasil di luar nikah tidak memiliki wali. Sekalipun bapak biologisnya tsb telah menikahi ibunya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">5. Ayahnya tidak memiliki kewajiban untuk menafkahi anak hasil di luar nikah tersebut.</div><i><div style="text-align: justify;"><i>"Anak dari hasil hubungan diluar pernikahan dengan wanita merdeka maka, anak tersebut tidak dinasabkan ke bapak biologis nya dan tidak mewarisinya." </i> <i>(HR. Ahmad, Abu Daud)</i></div></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Waallahualam bisawab.</div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cerpen ini hanyalah cerita fiktif belaka. Untuk diambil ibrohnya/ pelajarannya. Tidak ada satupun tujuan menjudge di dalamnya. Hanya untuk saling mengingatkan dan sama-sama belajar. Semoga Allah melindungi dan menjaga, seluruh anak cucu keturunan kita dari hal-hal demikian. Dan menjadikan mereka anak-anak yg sholih/sholihah. Aamiin.</div></div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-60158897191674095442022-07-15T22:07:00.001-07:002022-10-12T22:11:49.953-07:00Pintu Kebaikan dan Senjatanya Orang Beriman<p style="text-align: justify;">Bismillahirrahmanirrahim</p><p style="text-align: justify;">Do’a tak mampu mengulang waktu, namun mampu membuat kesempatan datang kembali. Do’a memberikan kekuatan kepada orang yang lemah. Membuat orang yang tidak percaya menjadi yakin. Memberikan keberanian kepada orang yang ketakutan. Sesungguhnya di setiap doa Allah memberi jawaban. Setiap kesulitan Allah memberi kemudahan. Setiap ketidakmungkinan masih ada keajaiban.</p><div style="text-align: justify;">Harapan untuk memperbaiki masa depan, masih terbentang selagi kita tabah dan tidak mudah menyerah. Sekuat apapun godaan yang kita hadapi, jangan berhenti berharap pertolongan dari Allah. Harapan adalah sumber kekuatan, do’a adalah pintu kebaikan dan senjatanya orang beriman. Juga pilar agama dan cahaya langit dan bumi. Janganlah berputus asa, jika Allah menunda apa yang kita inginkan.Tetap bersabar dan tersenyumlah, karena Allah berfirman dengan penuh kasih sayangnya; </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS.Al-Insyirah:6)</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Akan ada masanya, bagaimana Allah akan mengurai do'a-do'a kita. Mengabulkan doa yang sering kita panjatkan berulang-ulang. Jika tidak dikabulkan sekarang, yakinlah Allah akan menggantikan do'a tersebut dengan sesuatu yang lebih baik, atau bahkan ditunda guna kepentingan&kebaikan akhirat kita nanti.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><i>"Tiada seorang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kecuali dikabulkan-Nya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana)." (HR. Ath-Thabrani)</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Jangan pernah lelah dalam berdoa. Sebab segala masalah tidak bisa diselesaikan hanya dengan usaha sendirian. Setiap masalah di dunia akan bertemu arah baiknya, jika selalu dicarikan solusinya untuk dipecahkan, sembari diiringi dengan doa. Sebab doa adalah kekuatan dahsyat yang bermanfaat dan bisa membantu menyelesaikan persoalan hingga tuntas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><i>"Perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)</i></div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Robbana🤲</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Perbaikilah untuk kami agama kami </div><div style="text-align: justify;">yang merupakan penjaga urusan kami, </div><div style="text-align: justify;">dan perbaikilah untuk kami dunia kami </div><div style="text-align: justify;">yang di dalamnya adalah kehidupan kami, </div><div style="text-align: justify;">dan perbaikilah untuk kami akhirat kami </div><div style="text-align: justify;">yang kepadanya kami kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Jadikanlah kehidupan kami ini menambah setiap kebaikan kami, dan kematian menghentikan kami dari setiap kejahatan. Dan Allah adalah sebaik-baiknya tempat untuk kembali. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Allah tidak akan pernah mengecewakan hamba-hamba-Nya, yang banyak berdoa dengan penuh harap dan hati yang ikhlas, serta sabar menunggu Allah mengabulkan doanya tanpa pernah merasa letih berdoa. Ia tidak akan pernah berhenti berdoa. Begitulah seorang mukmin sejati, menjadikan doa sebagai kekuatan dalam dirinya. <i>"Berdoalah kepada-Ku, niscaya pasti akan Ku perkenankan bagimu."</i></div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-39984426740239357652022-06-29T21:51:00.001-07:002022-10-12T22:07:36.628-07:00💞Nada Cinta Ilahi<div style="text-align: left;">Hidup ibarat bunga<br />Indah jelita dipandang mata<br />Akan mekar pada akhirnya<br />Bila disiram iman dan taqwa<br />Ah! sudah berapa lama</div><div style="text-align: left;">Kita berjalan hidup di dunia?<br />Menamba surga tiada akhirnya<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Begitupun cinta manusia<br />Akan indah dan penuh warna<br />Nada jingga selaksa permata<br />Bersinar bersama mahabbah-Nya<br />Indah bukan nada cinta-Nya?<br />Bersamanya, insan mendamba surga<br />Tapi apalah daya, aku hny insan pendosa<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Aku tak menuntut menjadi Ali<br />Sebab aku bkn Fatimah Az-Zahra disini<br />Tapi percayalah wahai akhi! <br />Bahwa cintaku ikhlas menanti<br />Hingga ajal menjemput hari<br />Ku ingin raih baiti jannati <br />Bisakah kau, menciptakannya wahai diri?<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Jika bukan krn Allah, siapa lagi?<br />Yang menurunkan keromantisan hati<br />Ah! rasanya seperti terbang tinggi<br />Duduk tanpa sekat disampingmu kini<br />Akad terucap meringai bumi<br />Gemuruh hati tiada henti<br />Inikah kidung cinta surgawi?<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Kaki enggan beranjak pergi<br />Buih kristal menggunung tinggi<br />Tertatih namun pasti<br />Walau duri mungkin saja siap mendatangi<br />Inilah hari dimana perjanjian itu terjadi<br />Dua insan mulia mengikat hati<br />Mengagungkan nada cinta Ilahi<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Ya Robbi,<br />Kau lengkapi setengah Dien ini<br />Dengan kehalalan diantara kami<br />Jangan biarkan jiwa-jiwa mati<br />Sebelum kematian itu menghampiri<br />Jaga mata dan hati agar tetap terlindungi<br />Dalam mahabbah yang tak terganti<br /><br /></div>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-72725503733457190182022-06-19T21:17:00.000-07:002022-10-12T22:07:19.380-07:00Merindu Dalam Sekam🌷<div>Bukan kehilangan yang menjadi sesal<br />Jiwa meronta bak hilang akal<br />Merintih, mengaduh, kian menjejal<br />Berteriak hati kesal<br />Membasuh wajah kian brutal<br /><br /></div><div>Ada pilu yang menjalar<br />Mendesir jantung penuh kelakar</div><div>Akankah tunas tumbuh mekar<br />Bak indah dan harumnya bunga mawar<br />Ah! Pandangan kian memudar<br /><br /></div><div>Waktu dan kesempatan diri</div><div>Kenangan yang perlu dihargai<br />Tiga hal penting dalam hidup ini<br />Sebab hadirnya takkan pernah kembali<br />Seiring masa bergulir tanpa mau mengerti<br /><br /></div><div>Raga kian tak peduli<br />Bukan ketiadaan yang kutangisi<br />Namun kenangan yang sulit menepi<br />Menjelajahi jiwa tanpa henti<br />Membuat beku hari-hari<br /><br /></div><div>Ya Ilahi Robbi<br />Diriku merindu tiada henti<br />Dalam sekam yang terbakar api<br />Di bawah teriknya matahari<br />Tubuh bersimbah peluh kini<br /><br /></div><div>Kenangan membawa pelajaran berarti<br />Bahwa setiap yang hadir akan pergi<br />Tak ada cinta sejati nan abadi<br />Selain cinta-Mu yang melengkapi<br />Tersenyum jiwaku yang hampir saja mati</div><div><br /></div><div>Jangan tinggal aku sendiri</div><div>Meringkuk bak tiada arti</div><div>Menangis tiada henti</div><div>Aku tahu, semua hanya ilusi</div><div>Perlahan pasti akan pergi</div><div><br /></div><div>Wahai diri...</div><div>Kau kuat hari ini</div><div>Kau hebat menjalani hari</div><div>Untuk apa berteriak menyalahkan diri</div><div>Sebab kau manusia pilihan-Nya disini</div><div><br /></div><div>Lihat! Bagaimana pesonamu</div><div>Bangkit! Seperti apa ketegaranmu</div><div>Berlari! Sebab Allah memilihmu</div><div>Peluk haru tubuh dengan sabarmu</div><div>Berkatalah! Ada Allah yang akan membantu</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div><p><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-32589479680394215202022-06-07T21:44:00.001-07:002022-10-12T22:12:21.064-07:00Sayangi Puterimu<p style="text-align: justify;"> >>> spesial untuk para ibu dan calon ibu, sebagai seorang muslim. Inilah tips sederhana yang perlu diingat.</p><p style="text-align: justify;">#10 Langkah Agar Puteri Kecilmu Menyukai Hijab#</p><p style="text-align: justify;">1. Mulailah langkah ini sejak puteri anda masih kecil,jangan menanti hingga ia tumbuh remaja,sebab jika anda menunggu sampai ia dewasa,mungkin sudah agak sulit untuk merubah dirinya sesuai yang anda inginkan,khususnya jika hal tersebut tidak sesuai dengan kemauannya.Hendaknya anda melakukan ini secara perlahan-lahan karena ia masih kecil.</p><p style="text-align: justify;">2. Menampakkan kekaguman anda terhadap hijab dihadapan dirinya,dan katakan padanya bahwa hijab itu adalah kemuliaan seorang wanita,serta menyempurnakan wibawa dan aura seorang pemudi…juga mengajarkannya bahwa para wanita yang mengenakan hijab syar’i menunjukkan akan bagusnya pembinaan dan pertumbuhan mereka.</p><p style="text-align: justify;">3. Mengajarkan dirinya bahwa hijab merupakan perintah Allah subhaanahu wata’ala,dan dia harus mengenakannya karena Allah semata,dan bukan agar dipuji manusia,,ajarkan padanya bahwa Allah ta’ala selalu mengawasi dirinya kapan dan dimanapun ia berada,,bahwa Allah sangat mencintai dan meridhai wanita yang menutupi dirinya dengan hijab sebagai perwujudan perintahNya.Bacakan padanya ayat hijab yang ada dalam AlQuran,dan tegaskan hal tersebut dengan menyebutkan hadis-hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.</p><p style="text-align: justify;">4. Kisahkan padanya tentang figur seorang wanita berhijab yang terpandang dan sukses,mulailah dengan istri-istri Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam,para wanita shahabiyah dan wanita-wanita shalihah setelah mereka,kemudian mengisahkan figur wanita-wanita berhijab yang sukses di zaman ini.</p><p style="text-align: justify;">5. Bandingkan pada dirinya tentang perbedaan figur wanita-wanita shalihah tersebut dengan figur wanita tidak berhijab yang tidak mentaati perintah Allah ta’ala,yang mana hal tersebut ,menyebabkan mereka terjatuh kedalam kenistaan dan pergaulan bebas. Jelaskan pada mereka bahwa jilbab adalah identitas muslim.</p><p style="text-align: justify;">6. Ceritakan padanya tentang akhlak wanita shalihah,pahala konsisten dengan amal-amal shalih,serta ganjaran yang didapatkan oleh wanita-wanita shalihah,dan bahwasanya wanita shalihah adalah sosok muslimah yang selalu menjadi sebab perbaikan dan tersebarnya hidayah dikalangan kaum hawa.</p><p style="text-align: justify;">7. Awasilah anak kita agar selalu bergaul dengan wanita baik yang berhijab,tidak membiarkannya bergaul dengan wanita-wanita yang suka menampakkan aurat,agar ia terbiasa melihat dan meneladani orang-orang baik.</p><p style="text-align: justify;">8. Sang Bunda harusnya menjadi tauladan yang baik bagi puterinya,terkhusus dalam masalah hijab,bahkan seorang bunda hendaknya mengadakan jilsah/pelajaran khusus dengan puterinya untuk mengajarkannya hijab serta mengisahkan padanya kisah-kisah wanita shalihah yang berhijab.</p><p style="text-align: justify;">9. Sang bunda hendaknya selalu menyertakan anaknya dalam majelis-majelis ilmu,atau halaqah-halaqah AlQuran,sebab sewaktu menghadiri pertemuan-pertemuan ini,ia disuruh untuk selalu berhijab,sehingga sedikit demi sedikit ia akan mencintai hijab dan terbiasa dengannya.</p><p style="text-align: justify;">10. Berikan puteri kita hadiah jika ia memakai hijab,sembari mengajarkan padanya bahwa hadiah yang paling besar adalah berasal dari Allah ta’ala yaitu surgaNya.</p><p style="text-align: justify;">Bagaimanapun keadaannya, mereka adalah mutiara hati yang diberikan langsung oleh Allah SWT. Ingat selalu hal ini ya? Bukan tentang apa yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu, melainkan apa yang kamu tinggalkan dalam diri anak-anakmu. Ajarkanlah mereka bagaimana caranya menutup aurat, sebelum oranglain yg menutup karna sebab kematian.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Waalualam bisawab, semoga bermanfaat 🙏</p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-9791595235105660862022-05-27T18:01:00.001-07:002022-06-05T18:04:56.597-07:00Pesona Dunia Dan Segala Isinya<p style="text-align: justify;">Dunia begitu mempesona, semua yang tertata terlihat begitu eloknya. Hamparan pasir di lautan yang putih, sampai hijaunya pegunungan yang menakjubkan mata. Semua menyuguhkan keindahan cerita dengan sendirinya. Seolah-olah semua hidup, dan mampu diajak bicara. Berbagai macam kisah dengan dialognya yang membahana, menghiasi setiap pandangan mata manusia yang hidup di dalamnya. Pesona dunia, dimana isinya penuh dengan segala keindahan lukisan Sang Pencipta. Ada lukisan yang bercerita tentang tawa dan tangis, ada yang bercerita tentang manusia bermuram durja, dan juga tentang segala indahnya keceriaan alam raya. Semua terlukis dengan beraneka macam warna-warni yang begitu mempesona. Dunia dijadikan indah ke dalam pandangan mata manusia, namun terkadang penuh jalan berliku di atasnya. Sebagai manusia kita hanya mampu menatapnya, dan bermain peran di atas singgasananya. Dengan keimanan dan juga keilmuan yang kita punya. </p><p style="text-align: justify;">Indah nuansa warna dunia, pesonanya terkadang membuat hati kita menjadi merah muda. Namun tak jarang nuansa warnanya pun membuat hati kita menjadi abu-abu tua, bahkan hitam hingga jingga. Pekatnya dunia selalu mewarnai hari-hari, ceritanya selalu saja lengkap dan ada untuk kita dinikmati. Beraneka cerita beserta alurnya, Allah telah siapkan untuk manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Ada yang terlena oleh pesonanya, ada yang terbuai oleh alunan syairnya, ada pula yang terlelap oleh gemerlapnya. Itulah dunia dengan segala keelokan dan daya pikatnya. Dunia telah meiupkan angin sepoi-sepoinya di kedua kelopak mata. Sehingga terkadang membuat sebagian dari kita tertidur dengan pulasnya. Semerbak wanginya, terkadang juga membawa sebagian manusia pada sifat tamak pada dunia. Yang tak lagi menghiraukan aturan Tuhannya, yang menciptakan segala keindahan alam raya. Terabaikan segala yang diperintahkan-Nya, karena semata-mata nafsu dunia telah mengusai dirinya. Itulah manusia yang tidak pandai bersyukur di atas pesona dunia yang ada. Tanpa tersadar, dirinya telah dijadikannya budak oleh dunia. Na’udzubillah, semoga kita tidak termasuk di dalamnya.</p><p style="text-align: justify;">Sesungguhnya pesona dunia dengan segala isinya ini bisa membawa manfaat, namun bisa juga membawa bencana. Berhati-hatilah ketika memijakkan kaki di dunia, agar tubuh tidak terlena oleh pesonanya yang indah namun hanya bersifat sementara. Bagi manusia yang pandai bersyukur kepada Tuhan-nya, dunia hanyalah tempat persinggahan untuk menuju jalan kehidupan yang sesungguhnya. Bukan menjadi segala-galanya. Semerbak keharuman dunia tidak lantas menjadikannya lebih mencintai dunia. Segala pesonanya tidak lantas melenakan mata. Justru segala pesonanya, membawanya semakin dekat kepada yang menciptakannya. Tidak membuatnya terbuai dan tertidur pulas di dalamnya. Apalagi sampai mengabaikan perintah Tuhan-nya di atas kesibukan dunia yang ada. Sungguh tidak pantas bagi kita untuk berleha-leha, apalagi sampai mengabaikan segala ingin-Nya. Karena kita harus menyadari bahwa Allah lah yang telah menciptakan dunia dengan segala peristiwa dan keindahan pesona di dalamnya. Hidup ini laksana seperti matematika, yang banyak perhitungannya, yang penuh dengan rumus aritmatika dan logaritma. Yang butuh kehati-hatian dan ketelitian di dalam memasukkan rumus ke dalam perhitungannya. Jangan sampai salah meletakkannya. Karena jika sampai salah meletakkan rumus saja, maka hasil akhirnya akan menjadi kurang atau kelebihan jawabannya. Atau bahkan sama sekali kita tidak akan menemukan hasil jawaban yang mendekati kebenaran di dalamnya. Sehingga yang tampak indah sebelumnya, lama-kelamaan mampu memberikan hasil akhir yang tidak mengindahkan pandangan mata. Karena kesalahan kita dalam menentukan rumusnya. Ini bukan hanya cerita, tapi adalah nyata. Kita tidak bisa memungkirinya, jika sedikit saja kita terbuai dan terlena didalamnya, maka bersiaplah perlahan-lahan dunia akan mengancam kita dengan segala keburukannya.</p><p style="text-align: justify;">Begitulah dunia, hingar bingarnya telah banyak membuat mata manusia terlelap di atas keindahannya. Dari yang katanya modernisasi, emansipasi, bordeless word, sampai ghazul fikri telah ikut semarak mewarnainya. Kesemuanya mampu membuat sebagian penghuninya tertawa dengan renyahnya, karena menganggap itu semua sebagai suatu perubahan yang mengantarkan mereka pada kesempurnaan jalan dalam kehidupannya. Dan sebagai simbol kebebasan atas dirinya. Lihat saja di sekeliling kita, mulai kita temui ada anak muda yang sudah mulai sedikit berkurang rasa sopannya kepada orang yang lebih tua. Tawuran antara anak sekolah terjadi dimana-mana. Tontonan televisi yang kurang mendidik acaranya. Seragamnya saja SD, SMP, dan SMA, namun isi di dalamnya 90% kebanyakan drama percintaan saja. Yang terlihat ceritanya berlebihan dan terkesan mengada-ada. Sehingga pergaulan bebaspun kini tak luput dari sorotan mata dunia. Zina sudah dianggap biasa, akibatnya married by accident jadi hal lumrah di mata manusia.</p><p style="text-align: justify;">Andaikan saja seluruh penghuni dunia itu tahu jika dunia dan segala pesonanya ini hanya fatamorgana dan tidak kekal, mungkin kita tidak akan terlena di dalam kebebasannya. Andaikan saja seluruh penghuni dunia tahu, jika satu hari di dunia ini sesungguhnya seribu hari di alam akhirat sana, mungkin manusia tidak akan terlena dan terlelap dalam tidur panjangnya. Jika saja seluruh penghuni dunia tahu dan mampu menyadari akan semua hal itu, kita pasti akan segera bangkit untuk memperbaiki diri. Dan bersegera memenuhi sanubari dengan keindahan iman dan ilmu agama yang mempuni. </p><p style="text-align: justify;">Itulah dunia dengan segala pesonanya, tak jarang keberadaannya telah memalingkan muka penghuninya. Budaya barat sampai eropa, menjadi asupan bagi manusia yang terbuai oleh nyanyian dunia yang fana. Berlimpah ruah segala gejala yang dibawa, dengan keindahan yang penuh tipu daya, sampai-sampai mampu melenakan hati pengemudinya. Iman tak lagi dijaga di dalamnya, bahkan moral terkadang menjadi ancaman manusia. Mereka palingkan muka terhadap perintah agama, pelanggaran terhadap kaidah sosial sampai dosa kecil hingga besar dianggapnya biasa. Entahlah, ini berita atau suatu bencana kelihatannya. Hanya satu hal yang mampu membawa keselamatan di dalamnya, yaitu manusia yang mampu berjalan di pelataran dunia dengan kemantapan iman dalam jiwanya. Manusia yang mampu melawan segala hingar bingar dunia dengan agama yang terpatri kuat di dalam qolbunya. Manusia yang mampu mengokohkan pondasi keislaman di dalam tubuhnya. Dan manusia yang takut akan azab Tuhannya. Wahai manusia para penghuni mewangi dunia, mari kita sama-sama belajar memperbaiki diri, sebelum dunia menenggelamkan kita ke dalam keganasan gelombangnya. Agar diri kita tidak terjerumus oleh keelokan dunia yang tak bertepi. Sebab dunia bercerita dengan kegarangannya, diiringi oleh segala pesona yang menghiasai pandangan mata. Hanya dengan membangun kedekatan diri kepada Sang Maha Pencipta, kita mampu mengendalikan dunia dan segala isinya. Dan secara pribadi diri inipun mengakui bahwa semua yang ada tak seindah pandangan mata, di kala dunia berkata bahwa sang penulis pun tak luput dari dosa. Kepada Allah sajalah semua bermuara, karena pengampunannya yang selalu ada. </p><p><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-61121128972932877472022-05-10T16:53:00.004-07:002022-06-05T18:07:43.594-07:00❤️Kuingin Mengenangmu, Lewat Bagaimana Caramu Mendulang Pahala Melalui Kehadiran Sang Tamu🍂<p style="text-align: justify;">Kita sebagai makhluk sosial tentunya pernah menjadi tamu ataupun menerima tamu di dalam kehidupan kita. Yang menandakan bahwa kehidupan kita tidaklah bisa terlepas dari kata silaturahmi di dalamnya, yang merupakan suatu amalan dalam tali ukhuwah islamiyah. Selain itu, bersilaturahmi juga akan memperpanjang umur, serta melapangkan rezeki bagi siapa saja yang senantiasa melakukannya. Tapi silaturahminya bukan untuk menggosip atau mengghibah ya.</p><p style="text-align: justify;">Menjadi tamu dengan disuguhkan minuman dan makanan oleh pemilik rumah, pasti siapa saja pernah mengalaminya. Begitupun sebaliknya. Menerima tamu dan kita menyuguhkan segala makanan terbaik yang ada di rumah kita untuk mereka. Pasti juga kita kerap merasakannya. Sungguh ternyata memuliakan tamu itu adalah sebuah anjuran bagi kita semua. Dan mengandung pahala kebaikan di dalamnya. Ada pahala sedekah, ada pula pahala silaturahminya. Bahkan agama Islam sendiri telah mengatur sunatullohnya dengan begitu indahnya.</p><p style="text-align: justify;">Tahukah kalian wahai semua?</p><p style="text-align: justify;">Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, Beliau bersabda: </p><p style="text-align: justify;">“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].</p><p style="text-align: justify;">Hadits ini memberikan panduan kepada orang yang beriman, agar kita melakukan 3 (tiga) hal : </p><p style="text-align: justify;">1. Ucapkan ucapan yang baik atau diam. </p><p style="text-align: justify;">2. Muliakan tetangga</p><p style="text-align: justify;">3. Muliakan tamu</p><p style="text-align: justify;">Sungguh membaca hadist di atas, saya jadi terkenang dengan almarhumah nenek saya. Masih teringat jelas dalam ingatan, dimana pada masa hidupnya ia selalu menganggap tamunya yang datang ke rumahnya itu seperti raja. Service bintang lima sih lewat menurut penglihatan saya. Jika ia mendengar dan mendapati kabar sanak saudara, kerabat, sahabat, atau teman dari jauhnya akan datang bersilaturahmi ke rumahnya, maka ia pun akan mulai sibuk merancang segala sesuatunya. Menyiapkan service istimewa untuk menyambut kehadiran sang tamu tersebut. Sampai kepada cerita-cerita bahagia yang mengandung gelak tawa pun ada dalam daftar list menunya. Pokoknya service hotel mah lewat deh begitu saja. Percaya gak percaya, itulah yang saya lihat dan saya rasakan selama hidup bersamaan dengannya. Apresiasi terbaik untuk dirinya, di kala masa hidupnya.</p><p style="text-align: justify;">Sementara saya, sebagai cucunya yang dulu belum tahu bagaimana agama kita memerintahkan dalam memuliakan tamu, bagaimana agama mengajarkan cara memperlakukan tamu, terkadang bibir ini sering jadi cemberut lima sentimeter dikala melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang diamanahkannya, yang saya anggap super lelahnya. Nguprek di dapur berhari-hari selama tamu itu ada di rumahnya. Kala itu, jadi inem iya, jadi office girl iya, jadi notulenpun iya, jadi bodyguard nya juga iya, bahkan sampai jadi tukang kebun pun iya. Membantunya merumput serta menyapu halaman dan rumah dan hingga terlihat bersih semua. Pekerjaan rangkap alias double job ceritanya. Dari mengantar nenek belanja ke pasar, menyiapkan segala keperluan yang ada, mencatat persiapan belanjaan yang mau dibeli untuk dimasak, sampai menyiapkan makanan kecil dan minuman untuk menjamu kedatangan tamunya. Tak terlepas rumah yang harus terlihat rapi dan bersih keberadaannya. Ah perfect deh rasanya. Tak jarang kadang membuat mulut terlepas mengeluh capek kepadanya, sambil bibir manyun panjang sedemikian rupa, hahaha... Ah! Pokoknya kalau ingat itu, subhanallah sekali ya. Akan tetapi setelah kesini, setelah saya sering mengkaji dan mempelajarinya, ternyata itu semua menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi diri saya. Apa yang saya kerjakan walau mungkin lelah, ternyata di dalamnya menyimpan sebuah pahala. Dan satu hal lagi pelajaran baiknya, saya jadi pribadi yang pandai memasak dan cinta akan kerapihan serta kebersihan.</p><p style="text-align: justify;">Subhanallah lucunya kalau diingat-ingat lagi, kalau sudah capek hampir dipastikan bibir ini menjadi cemberut tiba-tiba. Ah, tapi itu dulu ya. Mungkin sebuah kesalahan buat saya. Ketika belum tahu ilmunya, sebelum saya mengetahui bagaimana keharusan dalam memuliakan tamu yang datang berkunjung ke kediaman kita. Faghfirlii ya Robb, maafkan cucumu ini ya nek yang kadang sering manyun kalau sudah kerasa bgt capek.</p><p style="text-align: justify;">Sebab ketidaktahuan itu, dulu saya menganggap pekerjaan itu seperti sebuah beban yang tiada pahala disisi-Nya. Jujur, kadang tersirat di hati menganggap bahwa apa yang seringkali nenek saya lakukan kala itu, terkesan seperti terlalu berlebihan di mata saya. Ternyata oh ternyata, saya sudah salah kaprah dalam penafsirannya. Semua yang nenek saya lakukan itu semua ternyata ada beralasan. Walau saya yakin pasti nenek tidak tahu tentang dalilnya, bagaimana anjuran Rasulullah Saw dalam memuliakan tamu dengan sebenarnya. Katanya dia hanya mengambil pelajaran dari orangtuanya terdahulu saja. Satu kalimat darinya yang masih teringat sampai sekarang, nenek saya pernah berkata, “Jangan pernah pelit sama tamu, mau kita benci ataupun tidak kepadanya, kita harus bisa menghormatinya. Buatlah mereka betah ketika singgah dan berada di rumah kita, sebab tamu itu ibarat raja. Apalagi jika tamu itu datang dari jauh, tidak setiap hari setiap bulan singgah ke rumah kita. Suka atau tidak suka, jangan pernah tunjukan ketidaksukaan kita kepada mereka. Jamulah tamu itu sebatas kemampuan kita. Tawarkan makan, walau hanya pakai sambel dan tempe goreng saja. Sebab tidak akan habis nasi di rumah kita, hanya dengan kita memberi sepiring makanan kepada tamu ataupun tetangga”. Itulah pesan yang disampaikannya, pesan yang sarat makna sekali menurut saya. </p><p style="text-align: justify;">MasyaAllah nek, pelajaranmu begitu sangat berharga. Ah, membuat kerinduanku kembali terurai. Membawa terbang mataku ke dalam bayangan wajahmu. Maafkan jika dulu cucumu ini, sempat menganggap sikapmu itu terlihat berlebihan dalam menjamu tamu. Sehingga terkadang menjadikan apa yang dikerjakan, hilang pahala ikhlasnya. Hanya karena bibir cemberut yang kadang datangnya tiba-tiba.</p><p style="text-align: justify;">Barokallah nenekku, pelajaranmu sungguh luar biasa. Bagaimana caramu memuliakan tamu dan bermuamalah kepada tetangga, terbukti nyata imbasnya hingga kau tiada. Kebaikan demi kebaikanmu tersiar oleh siapa saja yang pernah merasakannya. Bahkan sampai kepada teman-teman sekolah dan kuliahku tempo dulu, yang pernah merasakan bagaimana indahnya sambutanmu di kala mereka datang ke rumahmu. Cerita dan canda tawamu yang terurai, membuat mereka mudah akrab dan nyaman duduk berlama-lama di dekatmu. Bahkan kemarin lusa sebagian dari mereka ada yang bertanya tentangmu, dan kuberitakan bahwa kau telah meninggal dunia. Apa tanggapan mereka? Doa-doa terbaik yang tersampaikan, “Semoga surga untuk nenek ya Vi, nenek orangnya baik, ramah, dan tidak pelit. Teringat sewaktu kita-kita silaturahmi main ke rumah, nenek maksa kita semua untuk menginap di rumahnya, tidak memperbolehkan kita menginap di hotel/losmen. Dia juga menjamu anak-anak kost seperti kita ini, dengan masakannya yang serba enak dirasa. Anak kost jadi perbaikan gizi selama berada di situ. Nenek sudah membuat anak kost merasa bahagia. Sepertinya kami ini raja dan ratu saja. Dan kamu Vi, waktu itu yang jadi kepala kokinya. Ah, jadi kangen masa-masa bertemu dengan nenek. Apalagi nenek orangnya humble banget.” </p><p style="text-align: justify;">Begitulah ungkapan mereka, terurai cerita kebaikan. Bersama gelak tawa bahagia yang menyatu ke dalam diri mereka. Sekali lagi barokallah nenekku tercinta, doa dan al fatihah insyaAllah tiada pernah terputus untukmu, dari cucumu. Semoga Allah benar-benar menempatkanmu disurga-Nya bersama almarhum kakek. Bagi hidup saya, kalian adalah duo komplit, guru terbaik di dalam perjalanan hidup, guru yang telah mengajarkan tentang banyak hal. Salah satunya bagaimana bermuamalah terhadap sesama, pentingnya berbagi kepada tetangga, walau itu hanya dengan sepiring pisang goreng saja. Terlebih bagaimana caranya memuliakan tamu di atas kehadirannya. Kebaikan-kebaikanmu selalu terkenang, padahal kau sudah lama tiada. Namun di segala suasana terkadang masih ada saja, kujumpai tentang cerita-cerita kebaikanmu selama hidup di dunia. Entah dari mana datangnya, dan asal mulanya, kadang cerita itu mengalir dengan sendirinya. Bukan dari para cucumu tercinta, tetapi dari orang-orang di sekelilingku yang pernah merasakan indahnya kebaikanmu. Bahkan yang membuat diriku salut dan kagum terhadapmu adalah, di penghujung masa akhir-akhir perjalanan usiamu itu. Yang jarang sekali terpikirkan oleh kebanyakan orang. Dimana tiga tahun sebelum datangnya kematianmu, engkau selalu saja mengingat tentang kematian. Kau persiapkan dirimu dengan matang, untuk perjumpaanmu Kepada Allah Yang Maha Pencipta. Mulutmu tak pernah henti selalu saja menggetarkan kata maaf atas segala sikap, perkataan, dan perbuatanmu kepada semua orang yang bertamu ke rumahmu. Bahkan juga kepada tetangga di sekitarmu. Kata yang seringkali kudengar kala itu, adalah selalu terucap dari mulutmu, “Saya minta maaf ya kalau ada kata-kata dan perbuatan saya yang gak berkenan, namanya saya ini sudah tua. Tidak tahu akhir umur saya, kapan ajal saya akan datang. Bisa saja besok atau lusa, saya gak tahu. Sebab badan saya udah mendekati bau tanah, jadi saya minta maaf kalau ada kata-kata dan perbuatan yang salah”. Selalu saja kalimat itu, yang terucap dari mulutmu kepada setiap orang yang singgah ke rumahmu. Seolah-olah dengan kata itu, engkau esok pasti akan menemui ajalmu. </p><p style="text-align: justify;">Itulah sekelumit tentangmu. Tentang kisah yang selalu menyatu di hatiku. Yang tak akan pernah terbuang dalam kehidupanku. Disini ku hanya ingin mengenangmu, di atas rasa rinduku yang kadang datang begitu menggebu. Ya, memuliakan tetangga dan tamu adalah satu kisah yang terkenang secara dalam, dari sekian banyak kisah kebaikan-kabaikan yang engkau ajarkan kepada cucumu ini. Dan hari ini, sayapun mengambil banyak ikhtibar dari semua pelajaran itu. Langsung dari tanganmu. Setelah hari ini diriku selesai mengikuti kajian, yang mengupas habis tentang bagaimana bertetangga yang baik dan memuliakan tamu. MasyaAllah, semua pelajaranmu itu sarat manfaat dan sarat ilmu, untuk cucumu dalam belajar berhabluminannas dan caranya memuliakan tamu.</p><p style="text-align: justify;">Ternyata setelah membaca hadistnya itu, nenekku... caramu tak pernah salah. Adapun menghormati tamu sudah menjadi kewajiban bagi setiap pemilik rumah. Siapa saja yang berkunjung ke rumah kita, harus kita hargai dan jamu mereka sedemikan rupa dengan baiknya. Terlepas siapa mereka, dan bagaimana kedudukannya di hati kita. Menghormati tamu juga merupakan anjuran dari Rasulullah Saw. Siapapun itu, meskipun itu mungkin orang yang tidak kita suka, ataupun kita suka, meskipun itu orang yang istimewa di hati, ataupun orang yang biasa saja di hati. Sebagai seorang muslim yang, kita tetap memiliki keharusan untuk bisa menghormati dan memperlakukan mereka dengan baik, serta menjaga akhlak kita dalam memuliakan kehadirannya. Allahumma..., ketika kita berusaha memuliakan setiap orang yang datang ke rumah kita, tanpa melihat siapa dan bagaimana kedudukan mereka di hati kita, maka semoga kelak Allahpun berkenan memberikan ganjaran pahala kebaikan, dengan kembali memuliakan kedudukan diri kita kelak di hadapan-Nya. Ingatlah pahala itu akan tetap mengalir ada, dan tak akan menghilangkan prestis kita di kala kita mampu mengalah ego, untuk selalu belajar memuliakan setiap orang yang hadir dan singgah di kediaman kita. Tanpa melihat siapa mereka dan siapa kita. InsyaAllah, aamiin.</p><p style="text-align: justify;">Begitulah caraku mengenangmu, ketika rindu menggebu di hatiku. Namun mulut kita tak lagi bisa sharing dengan indahnya seperti dulu. Semoga bukan hanya diriku yang sering merindu. Pendidikan akademisimu memang biasa-biasa saja nenekku, namun pengalaman asam garammu itu yang luar biasa. Mungkin saja mengalahkan diri kami yang sekolah. Terutama tentang keramahanmu dan kebaikanmu dalam bertetangga juga memuliakan tamu. Bahkan terhadap orang yang menyakitimu sekalipun. Kau berikan mereka balasan permata dalam jamuannya. Banyak ilmu dan petuah yang mengalir dari bibirmu. Segala ajaran dan pelajaran yang tersimpan di kalbu, yang membuatku merasa kau masih seperti ada di dekatku. Detak nadiku, mungkin kelak bisa menjadi saksi di atas kebaikanmu. Bayangan dirimu tak akan bisa lepas oleh waktu. Sebab kebersamaan denganmu, sungguh telah menyatu ke dalam jiwaku. </p><p style="text-align: justify;">Sederhana namun penuh makna katamu, "Cintai tetangga seperti kau mencintai dirimu, cungku. Hargai keberadaan mereka. Jika kau nanti hidup jauh dari orangtua dan keluarga, maka tetangga terdekatmu itulah yang menjadi saudaramu. Maka muliakan mereka, maka baik-baiklah terhadap mereka, dan berbagi rezekilah sebatas yang kau bisa. Walau itu hanya sebatas satu potong roti saja, atau hanya semangkok sayur hasil olahanmu".</p><p style="text-align: justify;">Semoga Allah ridho terhadapmu, untuk bertemu dengan kakekku. Dan menjadikan keindahan surga-Nya, menjadi bagian dari akhir cerita perjalanan hidup kalian.</p><p style="text-align: justify;">Waallahualam 🙏</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-47781493883173924562022-04-04T08:36:00.003-07:002022-10-13T07:13:52.957-07:00Balada Ramadhan Bersama Zn, Belajar Puasa <p style="text-align: justify;">Mama: "Zn keren udah 2 hari belajar puasanya. Mama bahagia bgt, apalagi kemarin Zn belajar puasanya bisa sampai magrib. Terus hari ini lanjut puasa lagi, udah Dzuhur memang Zn gak laper</p><p style="text-align: justify;">Zn: "Zn cuma pengen jajan ma, beli eskrim Upin Ipin. Haus nih. Mama sih gak ngebolehin Zn main ke luar dan jajan. Itu kan aak Haikal dia makan eskrim, terus Arvi juga gak puasa.</p><p style="text-align: justify;">Mama: "Boleh jajan tapi nanti sudah magrib. Biarin aja mereka gak puasa yang penting Zn tetap puasa. Mama kan mau ajak Zn masuk surga, jalan di jalan yang ada tamannya, bukan jalan di jalan yang ada apinya. Memangnya Zn mau jd temannya setan, yang suka menggoda manusia.</p><p style="text-align: justify;">Zn: "Gak mau ma, Zn mau ikut sama mama ke jalan yang ada tamannya. Gak mau jadi temannya setan, Zn takut" (jawabnya sambil mau mewek)</p><p style="text-align: justify;">Mama: (nahan ketawa) "Zn tau gak, Zn mmg masih kecil tapi klo Zn bisa belajar puasanya hebat. Zn juga dapat pahala dari Allah seperti orang dewasa bisa masuk surga, dan selalu dilindungi sama Allah. Mama sih maunya dilindungi sama Allah, gak mau juga jadi temannya setan. Klo Zn mau, Zn aja sendirian deh jangan ngajak Mama. Mama gak mau ikutan. Zn masih mau main keluar dan ribut ngerengek mau jajan eskrim, mama bukain nih pintunya biar Zn bisa keluar.</p><p style="text-align: justify;">Zn: (Mewek) "Gak mau ma. Ya udahlah klo gitu Zn mau nonton YouTube di tv aja. Jawabnya sambil cemberut.</p><p style="text-align: justify;">Mama: "Oke. Tapi janji ya gak ngerengek minta jajan lagi, apalagi ribut mau beli eskrim. Kata hafiz hafizah yang di smarth hafiz itu kan kita harus berani lawan godaan setan. Klo gak bisa dan gak berani ngelawan, ya jangan keluar. Biar gak jadi temannya setan dan tergoda dengan teman yang makan. Kan gitu kata Zn kalau bilang ke mama, ..gitu loh ma kata hafiz hafizah yang di smarth hafiz itu. Ingat gak?</p><p style="text-align: justify;">Zn: "Iya ya. Tapi nanti mau buka puasa kita ke Alfa ya, beli eskrim Upin Ipin sama naik angry bird.</p><p style="text-align: justify;">Mama: "Iya. Tapi nonton YouTube di tv nya jangan lama2 ya, jam setengah dua Zn tidur siang. Nanti sorenya baru kita jalan ke Alfa.</p><p style="text-align: justify;">Zn: "Iya ya ma. Makasih ya ma, Zn sayang mama" (sambil meluk erat ke mama)</p><p style="text-align: justify;">**</p><p style="text-align: justify;">Itu tadi adalah sedikit cuplikan obrolan antara Zn dan mamanya. Yang tahun Zn melaksanakan ibadah puasa. Untuk pertama kalinya, proses belajar tentunya.</p><p style="text-align: justify;">Belajar puasa adalah hal yang paling berat untuk anak-anak, tak jarang bahkan menguras kesabaran para emak seantero jagad raya. Ada kalanya begitu banyak drama yang harus dilewati dimasa belajar ini. Namun itulah tantangannya. Memang tidak perlu dipaksakan, tapi perlu diajarkan sejak dini. Ada yang bilang jika anak gak kuat sehari full, ajarkanlah dulu setengah hari saja. Setelah ia berbuka di waktu Dzuhur, suruh anak tersebut kembali melanjutkan puasanya lagi. Hingga ia terbiasa menjalani.</p><p style="text-align: justify;">Selain itu juga, kita perlu sesekali mengajaknya bicara atau bercerita dengan bahasa anak kita.. bagaimana pentingnya puasa, dan apa yang akan dia dapatkan kalau dia melakukan ibadah puasa. Tanamkan yang utama nilai akhirat di dalamnya. Setelah itu barulah tambahkan dengan pelengkap nilai dunianya, untuk menambah penyemangat bagi dirinya. Sebagai apresiasi dari kita karena proses belajarnya. Namanya juga anak-anak, jadi kita harus bisa menyesuaikannya. Seperti kemarin, alhamdulillah Zn bisa melalui proses belajar puasanya full hingga magrib. Apa tidak ada rengekan di dalamnya, apa tidak ada drama yang kadang ingin buat mamanya naik pitam. Ya namanya juga awalan, apalagi usianya yang masih dini, pastilah ada. Tapi itu semua sebenarnya bisa diatasi, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua pandai mengemasnya dengan ektra kesabaran di dalamnya. Klo saya kemarin bisa 5x kasih Zn apresiasi. Setiap Zn bisa melewati apa yang menjadi keinginannya, stp dia bisa lepas dari rengekannya. Saya selalu ucapkan 'terima kasih ya, mama bahagia Zn sdh bisa melewatinya sampai jam segini masih bisa puasa'. Sambil diajak ngobrol dengan gaya bahasa kecilnya. Sebagai bentuk motivasi untuknya, tanpa kesan bahwa kita memaksakannya</p><p style="text-align: justify;">Tapi ada satu lagi point yang paling penting, ketika kita mau memulai mengajak anak belajar puasa. Yaitu sudahkah kita mendoakan anak-anak kita di setiap harinya, memohon agar anak kita diberi kekuatan dan kelancaran dalam melalui proses belajar puasanya. Sudahkah kita berdoa memohon bantuan Allah, agar kita (orangtua) diberi kemudahan dalam mendidik, sehingga kita bisa menuntunnya dalam proses belajar puasa ini dengan benar. Mungkin ini merupakan hal yang sangat sederhana, tapi tak jarang hal ini sering kali terlupakan.</p><p style="text-align: justify;">Alhamdulillah ramadhan kali ini adalah tahun pertama Zn belajar ibadah puasa, diusianya yang 4 tahun 8 bulan. Hari pertama walau penuh drama, tapi alhamdulillah Allah beri kemudahan utk Zn mumtaz sampai adzan magrib. Dan ini hari kedua, sudah agak berkurang dramanya. Walau masih ada sedikit di dalamnya. Setiap ditanya, apakah lapar, masih kuat, Zn selalu jawab gak lapar ma, Zn cuma ingin jajan es doang, haus ma. Jangankan dia yg masih kecil ya, kita yang dewasa saja terkadang masih merasa demikian. Karena pengaruh cuaca yang memang subhanallah panasnya, mulai memasuki musim kemarau. Semoga hari kedua ini bisa mumtaz kembali, sehingga ke depannya pelan-pelan akan menjadi terbiasa. Semangat belajar puasa, semangat berproses untuk Zn sholihnya mama </p><p style="text-align: justify;">Jadi bagaimana dengan cerita kalian semua moms, yang juga sedang berproses mendampingi sang buah hatinya belajar puasa. InsyaAllah semua bernilai ibadah di dalamnya, jadi jangan menyerah ya terus melangkah hingga senyum anak merekah karena puasa yang penuh berkah.</p><p><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-14465758856098116522022-03-08T07:08:00.029-08:002022-05-20T08:16:41.523-07:00🖌️Tinta Ungu Untukmu, Salimahku💜<p style="text-align: justify;">Barokallah, happy Milad 22 Tahun usiamu.</p><p style="text-align: justify;">Ku tulis kata lewat tinta unguku, untukmu yang terspesial Salimahku. Miladmu mengharu biru dalam kalbu. Ah, sangat bermakna untukku.</p><p style="text-align: justify;">Tidak sebentar aku berjalan bersamamu, tidak pula hanya setapak aku melangkah bersamamu. Kala semangat itu besar dan menjadi satu, Budi cinta tak terbalas sekalipun oleh logam mulia bagimu. Hari ini adalah hari cerah untukmu, dimana bertambah usiamu. Semakin dewasa kiprahmu, semakin melangkah ke depan prestasimu. Semua terukir dengan indah karena kesabaran dan perjuangan para muslimah di pelosok negeri, yang tak kenal menyerah. Ah, rasanya aku tak bisa move on dari pesonamu. Kebersamaan itu, masih saja terukir di dalam ingatanku. Kalian adalah sahabat2 surgaku, insyaAllah.</p><p style="text-align: justify;">Pesona ungu yang mungkin belum semua orang tahu, tak mengapa... karena disitu ternyata letak perjuangan yang hendak Allah tunjukkan untuk langkah ke depanmu. Banyak rintangan yang mungkin terbentang, tak mengapa... Karena disitu ternyata letak keindahan yang hendak Allah tunjukkan untuk kemajuan kiprahmu. Namun bagiku, pesona ungu itu bukan hanya sekedar warna simbolis saja untuk wilayahmu. Akan tetapi warna ungu itu adalah sebuah kemuliaan dan kemakmuran. Warna ungu itu ekslusif, karena belum tentu semua orang menyukai warna itu. Karaktermu yang kuat, wunik, anggun, dan lembut itu, menjadikan berjuta-juta pesona untukmu. Ini bukan sedekar olah kata, akan tetapi begitulah aku mengenalmu. Entah kapan jarak ini akan mengembalikan diriku, bisa kembali untuk duduk dan berdiri bersama kalian lagi Salimah Tanggamusku. Jujur, bahwa hatiku merindu. </p><p style="text-align: justify;">Melalui tinta ini, aku mengukir segala kata kagumku untukmu. Biasanya dalam setiap tulisan aku lebih sering menyebutnya tinta elektronik, namun hari ini aku akan menyebutnya dengan kata tinta Ungu. Karena sesuatu yang terspesial ada disini, Salimah ku. Teruslah maju, mendulang berjuta manfaat bagi negerimu. Menggiring muslimah agar taat kepada Robbmu. Sehingga bumi dan langit bahagia dan tersenyum memiliki wanita-wanita hebat, yang tidak hanya memiliki adab. Tapi juga akhlak dan ilmu yang bermanfaat. </p><p style="text-align: justify;">Barokallah fikum para muslimah terhebat💜 Setiap hembusan nafas yang diberikan Allah padamu bukan hanya berkah, tapi juga tanggung jawab. Dan angka dua puluh dua, menunjukkan bahwa keberadaanmu semakin mendewasa. Kagumku semakin tak berasa, cintaku semakin membahana, rinduku semakin menggoda. Ah, kapan bisa bersua. Semoga wabah Corona ini segera berlalu ya, sehingga silaturahmi itu kembali semakin terasa hangat. Bisa kembali saling berjabat dan berpelukan sangat erat.</p><p style="text-align: justify;">Lewat tinta ungu, ku mengukir semua kenangan itu, dimana aku menyaksikan betapa hebatnya pesonamu. Bagaimana diriku tidak tertawan? Sebab kalian adalah wanita-wanita muslimah yang menggunakan mulut untuk mengatakan kebenaran, suara untuk kebaikan, telinga untuk welas asih, dan hati untuk mencintai mereka yang tidak menyukainya. Sungguh diriku banyak belajar kepadamu. Terima kasih Salimah ku SalimahTanggamus ku, sudah merangkulku untuk bisa berjalan bersamamu. Kebersamaan itu mengajarkan aku bagaimana kita hidup agar menjadi muslimah yang bermanfaat. Walau hanya lewat tinta yang hanya berisikan ruang kata, yang mungkin sederhana dan tak terlalu indah rupa dan nilainya. </p><p style="text-align: justify;">Semoga ada berkah Allah dimana-mana, memenuhi segala ruang gerakmu. Sehingga keberadaanmu di negeri Indonesia, menjadi sebuah organisasi muslimah terbesar nantinya. Tetaplah bermanfaat untuk umat dan negeri tercinta, Salimah ku satu untuk selamanya💜💜💜</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-3521755514436760632022-02-21T07:38:00.001-08:002022-05-20T09:06:16.139-07:00Jalan Surga Itu Gak Mudah<p style="text-align: justify;">Siapa pun yang berjalan dan hatinya ingin berharap menuju surga, pastilah akan melewati beberapa tantangan. Namanya dunia, sudah pasti banyak jalan kelok-keloknya, tanjakan dan juga turunan. Itulah tantangannya. Ibarat jalan surga, ya isinya juga banyak tantangan, bukan tentengan ya. Pokoknya selagi kita masih bisa bernafas, dalam perjalanannya kita akan temui semua itu. Dan apa aja nih tantangannya;</p><p style="text-align: justify;">Siap-siap ya, kita intip yuk...</p><p style="text-align: justify;">Tapi slow down baby bacanya, to the point aja, langsung pada pokok bahasannya.</p><p style="text-align: justify;">yang pertama...</p><p style="text-align: justify;">👉🏻Siap-siap kita ketemu dengan yang namanya "ORANG-ORANG S I N I S"</p><p style="text-align: justify;">Well, siapa mereka??</p><p style="text-align: justify;">Mereka yang di zaman Rasulullah adalah orang-orang yang berkata : "Jangan dekat-dekat dengan Muhammad, Muhammad itu orang gila. Muhammad itu tukang sihir, Muhammad itu adalah org yang memisahkan anak dengan orang tuanya."</p><p style="text-align: justify;">Mereka tanpa merasa dosa melempar Rasulullah dengan batu sampai akhirnya Rasulullah berdarah, dan dicekik sampai ada bekas selendangnya. Dilempari kotoran ternak dan membunuh para sahabat. Dan inilah perlakuan orang-orang sinis di zaman Nabi.</p><p style="text-align: justify;">And now... bagaimana dengan hari ini, di zaman yang katanya serba modern. Sekarang orang-orang sinis itu masih ada gak sih ya? Jawabannya, masih.</p><p style="text-align: justify;">Siapa mereka??</p><p style="text-align: justify;">Mereka adalah orang-orang yang apabila didakwahkan ISLAM, dia langsung berkata;</p><p style="text-align: justify;">🍃"Alah...sok suci lo! " (daripada sok najis)</p><p style="text-align: justify;">🍃"Alah sok islami lo! " (daripada sok kafir)</p><p style="text-align: justify;">🍃"Alah sok sosial Lo!" (daripada sok sial)</p><p style="text-align: justify;">🍃"Gak usah bawa-bawa agama deh!" (daripada bawa-bawa bencana)</p><p style="text-align: justify;">🍃"Sholat-sholat, dari dulu sholat-sholat, ingat kerajaan Allah telah dekat, hidup cuma sesaat. Udah lah,,Islam itu gak usah terlalu ekstrim kenapa, kayak dimekkah aja lo hidup, dikit-dikit sholat mulu. Nikmati hidup biasa-biasa aja."</p><p style="text-align: justify;">Nah, seperti inilah sebagian contoh dari "orang-orang S I N I S di era kita"</p><p style="text-align: justify;">Gatel mulutnya, perih matanya, dan panas telinganya, manakala mendengar nasihat kebaikan dan ayat-ayat Allah. </p><p style="text-align: justify;">Tepat sekali seperti yang Allah katakan : "Mereka itu kalau dibacakan ayat-ayat Al-Quran langsung berpaling, langsung sombong, seolah-olah mereka tidak pernah mendengarkan kata-kata Al-Qur'an, dan mereka tidak pernah mau untuk mengkajinya padahal mereka tahu itu.</p><p style="text-align: justify;">Subhanallah, naudzubillah. Begitulah orang-orang sinis.</p><p style="text-align: justify;">yang kedua...</p><p style="text-align: justify;">👉🏻Siap-siap kita ketemu dengan musibah dan cobaan.</p><p style="text-align: justify;">Allah berfirman: </p><p style="text-align: justify;">“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al Baqarah: 214)</p><p style="text-align: justify;">Mereka berkata karena sangat sulit sekali.</p><p style="text-align: justify;">Level para Nabi, level para sahabat saja, sampai ngomong seperti itu, seperti apa sih sulitnya cobaan yang mereka terima? MasyaAllah luar biasa, cobaan dan ujian mereka gak seperti kita. Sebesar-besarnya cobaan yang kita hadapi, gak sampai membawa kita mati berdiri. Allah masih memberi jalan keluarnya untuk kita nikmati.</p><p style="text-align: justify;">Coba bayangkan ini, yang seperti difirmankan Allah tadi. Musibah dan cobaan itu pasti ada, selagi nafas kita merajalela menghirup udara dunia. Guncangan-guncangan itu ada terus berkelanjutan, untuk mematahkan semangat juang kita. Panas2an dijalan, habis-habisin uang, capek-capek dakwah, eh tiba-tiba dijauhi banyak orang. Apes hidup! No! Tidak sama sekali.</p><p style="text-align: justify;">Terus ada yang bilang, dakwah mah kesana kesini, tapi gak sesuai dengan apa yang disampaikan. Mending biasa-biasa aja lah, daripada rajin ngaji tapi akhlaknya masih level murahan. Astagfirullah, usap dada aja ya. Minta Allah memberi kesabaran.</p><p style="text-align: justify;">Hustttt, jangan marah dulu teman🤫</p><p style="text-align: justify;">Itu hanya sebagian pengamatan dalam diam-diam, sepoi-sepoi angin yang membawanya pulang. Saya mah hanya nyalin ditulisan doang. Semoga kita dijauhkan dari fitnah akhir zaman.</p><p style="text-align: justify;">Coba kita bayangkan, kalau semua cobaan-cobaan itu belum kita dapatkan, mungkin gak sih kita akan masuk Surga teman-teman? Ibaratnya kita jalan-jalan menginginkan keindahan alam, ambil contohnya saja keindahan air terjun. Kira-kira ada gak rintangan atau jalanan terjal yang harus teman-teman lalui untuk bisa sampai ke tujuan. Selalu lewat jalan tol yang mulus dan lurus gak, untuk mendapatkan keindahan air terjun yang indah itu. Kayaknya gak ya. Sudah bukan rahasia umum lagi, kalau untuk mendapatkan sebuah keindahan alam tersebut, kita meski terlebih dahulu melalui beberapa medan jalanan. Yang tidak selalu dataran dan semulus seperti jalan tol yang terbentang.</p><p style="text-align: justify;">Begitulah kira-kira pola sederhananya. Bahwa jalan menuju surga itu gak mudah. Pernah dengar hadist ini, "surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa), dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR. Muslim)</p><p style="text-align: justify;">Jadi kesimpulannya apa? Kesimpulannya bahwa, manusia itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa. Begitupula sebaliknya, manusia itu tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwatnya. </p><p style="text-align: justify;">Waallahualam bisawab...</p><p style="text-align: justify;">Semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan renungan untuk masing-masing diri kita, terutama saya.</p><p style="text-align: justify;">Maaf jika kata-kata dalam tulisan ini kiranya ada yang dianggap agak-agak mainstream di dalamnya. Yang gak suka udah jangan dilihat, dilewatin, dan dibiarin jangan dipusingin. Maunya sih saya main sambil ngantongin SIM, bawa motor ngacir keliling pantai kotaagung, terus pulangnya mampir makan iwan galau. Ah, enaknya. Kangen euy😍😀</p><p style="text-align: justify;">Semangat malam dan salam damai untuk kita semua. Yuk selalu berpikir positif di setiap rekam jejak kehidupan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-26847041739850404332022-01-02T07:05:00.002-08:002022-05-20T19:13:43.822-07:00🌹Prinsip Dan Pandangan Hidup🍂<p style="text-align: justify;">Bismillahirrahmanirrahim</p><p style="text-align: justify;">Selamat pagi para pembaca yang baik hati, semoga semangat baikmu senantiasa mengiringi. Walau hujan rintik belum jua bertepi. Namun kesejukan udaranya membuat kita mensyukuri atas segala yang hadir saat ini. Jangan harap ada cinta hari ini, jika hati kita masih penuh dengan prasangka dan sakit hati. Yuk kita jemput bahagia kita dengan berpositif diri? Dengan prinsip dan pandangan hidup yang kita miliki. Sebab prinsip dan pandangan hidup itu kelak yang akan menentukan siapa sebenarnya diri kita selama ini. Sesungguhnya bahagia itu menanti, menunggu diri kita berlari. Bagaimana kita mampu menjalani setiap proses kehidupan yang Allah beri tanpa basa basi, dengan prinsip dan pandangan hidup yang baik guna menjalani setiap langkah demi langkah kehidupan kita saat ini. Ukurlah kebahagiaan itu dengan cara paling sederhana sekali. Ukurlah ia dengan prinsip dan pandangan hidup, yang membuat jiwa kita tak bertepi, pada kebaikan yang hakiki terhadap apa yang telah menjadi pijakan kaki. </p><p style="text-align: justify;">Setiap manusia memiliki prinsip dan cara pandang yang berbeda hari ini, dalam mengukur kebahagiaan yang sedang menyelimuti. Karena yang paling mempengaruhi seseorang dalam mengukur kebahagiaan, adalah prinsip dan pandangan hidup yang dipijakinya. </p><p style="text-align: justify;">Bagi seorang Muslim, kebahagiaan tidak selalu berupa kemewahan dan keberlimpahan materi duniawi. Ada yang bilang bahagia itu sesungguhnya diri kitalah yang cipta. Sebab bahagia itu terletak ada pada pijakan dan genggaman kita. Kuncinya jangan pernah mengukur pakaian kita dengan pakaian orang lain. Karena bahagia itu sebenarnya sederhana, cukup dengan tips sederhana pula. Seperti tips-tips di bawah ini:</p><p style="text-align: justify;">🍂 Pandai bersyukur</p><p style="text-align: justify;">🍂Jangan selalu melihat ke atas, utk urusan dunia</p><p style="text-align: justify;">🍂 Hidup sederhana</p><p style="text-align: justify;">🍂 Keep positive, selalu berprasangka baik kpd Allah</p><p style="text-align: justify;">🍂 Merasa cukup dengan apa yang Allah berikan</p><p style="text-align: justify;">Percayalah, tidak ada kehidupan yang sempurna. Apalagi paling sempurna. Yang ada hanyalah, kehidupan yang mampu menerima dengan lapang dada di atas segala kekurangan kita. Jangan lupa untuk belajar bahagia, ucapkan terima kasih pada diri kita. Yang telah tanpa lelah selalu mengikuti dan mengerti kemana harus kaki melangkah. Karna diri kita sudah menjadi mukmin yang kuat, sehingga kita mampu tersenyum bahagia meskipun sandiwara dunia mengacaukan perjalanan kehidupan dengan hebat. Bersyukur dan tersenyumlah, sebab diri kita sudah bisa memaknai apa arti bahagia secara paripurna menurut kacamata-Nya. Sehingga membawa diri kita bisa memahami, bahwa cinta Allah kepada kita ternyata tak bertepi dan selalu setia. Maka nikmat Allah yang mana lagikah yang engkau dustakan hari ini? </p><p style="text-align: justify;">Tetaplah pada prinsip dan pandangan hidup yang bisa menguatkan pijakan kaki. Bahwa bahagia itu bukan soal mimpi. Bukan pula soal eloknya dunia kita saat ini. Akan tetapi, soal bagaimana kita memaknai perjalanan hidup yang mendatangi. Bisakah kita memperlakukan semua kisah yang ditulis-Nya dengan baik hati. Sekalipun keadaannya melukai. Namun diri kita tetap mampu berdiri tegak tanpa mencaci maki, dan memberi prasangka buruk ketetapan Ilahi.</p><p style="text-align: justify;">“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Surah al-Qashash: 77).</p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-3298769518926775322021-12-24T05:25:00.001-08:002021-12-29T05:28:46.639-08:00🍃Aku Dan Tinta Elektronikku <p style="text-align: justify;">Pada awalnya, memang berat menulis untuk dakwah. Sebab aku bukan manusia hebat. Bukan pula malaikat. Sebab aku, manusia sama seperti para sahabat. Manusia biasa yang masih punya dosa. Awalnya memang ragu untuk memulai. Akan fokus di ruang mana dan jenis tulisan apa. Kadang aku mendapat cacian dari orang yang mungkin tidak suka dengan tulisanku, dengan cara dakwahku. Aku dibilang sok alim, sok baik dan sebagainya. Tetapi tak mengapa. Nitizen +62 disini sih bebas berkomentar apa adanya. Sebab tidak semua nitizen berlaku demikian adanya. Aku anggap itu suatu keindahan selaksa peristiwa, yang mendewasakan sebuah perjalanan. Namun jujur, terkadang dari cacian dan ejekan itu, kadangkala membuat semangatku mulai menurun. Ah rasanya, jika tidak ingat ada pahala kebaikan di dalamnya, ibarat bedak semangat ini mungkin sudah langsung luntur dan hancur. Akan tetapi, di saat itu ada kakak tingkatku sewaktu kuliah yang memberiku nasihat sehingga semangatku kembali membara lagi. Membuat kakiku semakin kuat, dan semangatku tak menjadi karat. Bahkan aku berazam untuk menulis dakwah setiap pekan satu kali, InsyaAllah. Dan dengan rahmat Allah tersebut, dakwah yang kulakukan ini cukup efektif. Setelah kebiasaan menulis dakwah ini kulakukan, aku menjadi menyukainya, bahkan mencintainya. Ibarat orang dimabuk cinta, aku jadi falling in love. Dalam dua hari saja tidak membuat reel editing, rasanya tangan ini sudah terasa gatal. Seminggu tidak menulis, rasanya ada suatu beban dan sesuatu yang kurang.</p><p style="text-align: justify;">Aku mabuk. Ya, aku dimabuk cinta oleh jalan dakwah yang katanya sederhana. Karena dakwah adalah cinta. Mengajak kembali ke jalan Allah dengan cinta. Menulis dengan cinta, berharap mendapatkan cinta-Nya yang unlimited. Menulis dengan cinta, berharap orang-orang tersentuh hatinya dan kembali kepada-Nya dengan cinta pula. Yang berduka lara semoga menjadi bergembira. Yang kecewa semoga tak mati rasa. Yang hampir putus asa semoga bertemu kembali kepada jalan-Nya. Yang lelah semoga ada tersisa semangat menggelora. Tidak terasa kini hendak masuk di tahun 2022, entah kira2 lebih dari 5 tahun adanya, aku bergelut dengan dunia menulis bergenre religi isinya. Tayangan blog-blog dakwahku semakin bertambah setiap harinya. Aku senang mengetahuinya karena tulisan dakwahku dibaca banyak orang. Aku harap, semakin banyak yang membaca, semakin banyak orang yang tercerahkan. Aku dan tinta elektronik yang mendunia. Ya lewat tinta elektronik aku menggoresnya, kemudia mengeksposnya. Meski tidak dengan buku fisik yang nyata, meski tidak berada di dunia nyata, tetapi masyaAllah efeknya luar biasa. Aku senang berada di jalan dakwah ini. Meski berat dan banyak rintangan, tapi hasil akhirya insyaAllah akan manis rasanya. Rintangan inilah yang akan menjadi pemanis di jalan dakwah ini. Bukan soal uang, tetapi tentang bagaimana berbagi ilmu, motivasi dan kebaikan. Tidak hanya sekedar dakwah, tapi juga healing. Sebab aku sangat menyukai membuat foto sederhana, reel video editing dan writing. </p><p style="text-align: justify;">Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkanku ke jalan dakwah ini. Jika bukan karena rahmat-Nya, tentu aku menjadi orang-orang yang merugi.</p><p style="text-align: justify;">****</p><p style="text-align: justify;">Begitu indahnya ketika kita bisa berbagi, tidak harus dengan sejumlah uang yang begitu banyak. Setidaknya dengan sedikit ilmu yang kita miliki. Tidak harus selalu dengan lisan yang begitu lantang. Karena setiap orang berbeda keahlian. Setidaknya dengan tulisanpun sudah jadi, untuk kita berfastabiqul khoirot. Sebab ada yang mengatakan, ilmu yang tidak diamalkan itu bagaikan pohon yang tak berbuah. Jadi percuma. Kini, aku dan tinta elektronikku" telah menginspirasi hidupku. Bertahan atau bersabar?? Ketika lelah menyergap, ketika jenuh membumbung tinggi, saat itu Allah terus menarikku untuk tetap bertahan. Hingga akhirnya Allah memilihku untuk menjaga dan menanamkan bibit-bibit mawar di taman cinta. Dari situlah babak baru itu dimulai, sampaikanlah walau satu ayat, dan sampaikanlah kebenaran itu walaupun terasa pahit.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2519617068199821338.post-32347168557763544542021-12-16T04:35:00.000-08:002021-12-29T05:29:06.543-08:00💜Dear Sahabat🌷<div style="text-align: justify;">Sahabatku… <br />Kita tak lahir di tempat yang sama.<br />Bahkan hidup kita pun jauh berbeda.<br />Sikap, sifat, gaya, cara kita tersendiri.<br />Benci, murka, marah, duka pun tersendiri.<br />Tapi kita disatukan impian yang sama.<br />Diperjalankan dengan langkah tak beda<br />Digandengkan dengan cita-cita tak ternilai<br />Diikat dengan harga yang takkan terbeli</div><div style="text-align: justify;">Terkadang kita berbeda pendapat dan berselisih.<br />Bagiku aku benar, bagimu kamu lebih benar.<br />Bagiku kamu salah, bagimu aku lebih salah.<br />Begitulah kisah kita diuji, apakah karena Allah?<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Berteman memang tak mudah, <br />Karena harus memahami.<br />Berteman memang tak gampang, <br />Ada pengorbanan disana.<br />Terkadang aku berpikir haruskah sendiri menapaki kehidupan ini, <br />berjalan atau menepi? </div><div style="text-align: justify;">Atau mungkin lebih baik sendiri.<br />Nampaknya memang kita bisa lebih cepat sendiri, </div><div style="text-align: justify;">tapi tidak akan jauh.<br />Canda, tawa, ceria, duka, lara yang dibagi,</div><div style="text-align: justify;">itulah arti.<br />Aku ditanya tentang arti engkau bagiku, <br />aku pun tak tahu.<br />Yang jelas bersamamu aku malu bermaksiat, <br />aku jauh dari dosa.<br />Dengan amalan dan tutur lisanmu <br />aku lebih mudah mengingat Allah.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Itulah arti engkau bagiku, <br />sahabat adalah seseorang yang selalu mengingatkan dalam ketaaatan<br />Saat manusia di dalam kebingungan, <br />saat kita semua dikumpulkan. <br />Senantiasa berharap engkau dan aku,<br />Diteduhkan kita dengan naungan-Nya,<br />dilegakan kita dengan wajah-Nya<br />Dan jika engkau tak menjumpaiku di surga-Nya</div><div style="text-align: justify;">Semoga dirimu bisa mencariku,</div><div style="text-align: justify;">dan bersaksi bahwa kita pernah berjalan bersama</div><div style="text-align: justify;">Menyusuri pelataran dakwah-Nya</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selamat berjuang untukmu dan untukku</div><div style="text-align: justify;">Kebaikan itu insyaAllah akan selalu ada</div><div style="text-align: justify;">Jika pertemuan dan perpisahan ini</div><div style="text-align: justify;">semata-mata hanya karna Allah saja</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi, setiap nama selalu terukir dalam doa</div><div style="text-align: justify;"><br />Catatan:<br />Jika engkau punya teman atau sahabat yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah melepaskannya, karena mencari teman atau sahabat baik itu susah, tetapi utk melepaskannya sangat mudah sekali. Apalagi jika dia seorang yg peduli, sekalipun musibah melilit diri. Karena sahabat adalah seseorang yang menari bersamamu di bawah matahari, dan berjalan bersamamu di kegelapan. Meskipun kalian tidak bicara setiap hari, namun ia tak akan pernah berhenti mengirimkan doanya untukmu disini.</div><p><br /></p><p>=Evi Ihza=</p>Evie Naminahttp://www.blogger.com/profile/12922244829203427282noreply@blogger.com0