Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Sopir Angkot

 Sopir-sopir angkot saling menyalip berebut penumpang. Takjauh di depan angkot yg kutumpangi seorang ibu dan 3 orang anaknya berdiri di tepi jalan. Setiap angkot yang berhenti dan berbicara dengan si ibu, langsung melaju kembali, hal ini terus terulang berkali-kali. Saat angkot yang kutumpangi berhenti, si ibu bertanya : “Dik, lewat terminal bus ya?” Sopir menjawab : “Ya bu”. Si ibu tak segera naik, berkata lirih : “Tapi saya ber-4 dengan anak-anak tidak punya ongkos.” Sambil tersenyum, sopir itu menjawab : “ Tidak apa-apa bu, naik saja. ”. Si ibu tampak ragu, sang sopir mengulangi perkataannya : “Ayo bu, naik saja, tidak apa-apa.” Disaat angkot lain berlomba mencari penumpang mengejar setoran, sopir yang satu ini rela 4 seat kursi penumpang nya di gratiskan. Sampai terminal bus, 4 orang penumpang itu pun turun, dan mengucapkan terima kasih kepada sang sopir. Namun di belakang ibu itu, ada seorang penumpang pria turun dan membayar *Rp. 50.000,-* Ketika Sopir akan memberi kembalian, pri

Misteri Sebuah Absensi

Seorang guru yang masuk kelas setiap pagi mengabsen murid-muridnya, yang barisan depan ini rajin semua. Datang duluan sebelum bel berdentang, duduk rapi siap menerima ilmu dan pelajaran. Dari 40 siswa di kelas itu, tentulah tak semuanya tertib. Ada yang badung pastinya, datangnya sering telat, duduk seenaknya, berisik selama pelajaran berlangsung, bahkan cium tangan guru pun ogah-ogahan. Sombong, merasa sudah hebat, guru hanya dianggap formalitas pelengkap sekolah. Sekolah pun hanya dianggap beban. Ada beberapa murid yang selain rajin tepat waktu, juga sangat dekat dengan guru itu. Mereka suka hadir ke rumah guru, sekedar untuk ngobrol, belajar tambahan, sambil membawakan cemilan dan makanan untuknya. Jika suatu saat guru itu ditanya oleh kepada sekolah, siapa murid teladan di sekolah ini. Pasti dia menjawab murid-muridnya yang rajin dan tertib belajarnya. Guru itu dengan mudahnya memberi nilai baik dan pujian untuk mereka. Jika ada tawaran beasiswa, tentu murid-murid teladan itu yang

Pintu Hidayah #3

 Cerbung.... (Bagian ketiga) Dengan wajah setengah tak percaya, ku pastikan kembali pada Zahwa tentang semua pertanyaan yang menjadi keinginannya. "Ini pertanyaannya benar-benar seriusankah Zahwa?". "Ya iya lah serius, masa cuma  ya iya dong Maysa. Kenapa aneh ya seorang Zahwa yang tomboy tiba-tiba menanyakan dan ingin diskusi soal yang begituan. Memangnya mukaku ini terlihat lagi bercanda ya? Jangan jadi syok begitu dong Maysa.  Coba lekat-lekat anda  tatap bola mata saya hahaha". (ledek Zahwa) "Oke kalau begitu, aku butuh beberapa waktu untuk bisa bahas dan diskusi tentang semua pertanyaanmu. Rasanya gak asik kalau kita bahas sekarang, dan hanya selayang pandang saja. Biar lebih mengena besok sore kita diskusikan, kita  akan kupas tuntas tentang hidayah dan jilbab syar'inya". "Ah besok lagi, besok lagi. Tertunda lagi, kelamaan May. Sekarang saja deh. Takutnya nanti dirimu lupa lagi seperti kemarin. (Zahwa khawatir) "InsyaAllah untuk kali in