🌴Kenali Dirimu, Butuh Refreshing atau Healing?🤔

Setiap manusia pasti memiliki porsi ujiannya. Baik yang kaya ataupun miskin, semua sudah Allah tentukan takaran ujian itu sesuai dengan kadarnya. Kalau kata Ustadz syafiq, kehidupan dunia itu memang tempatnya ujian. Tidak ada satu orangpun yang bisa luput darinya. Selagi manusia itu bernafas, ujian itu akan terus berdatangan secara bergantian. Sampai kata Allah jatah hidup kita di dunia selesai. Tapi terkadang sebagai manusia, kita merasa bahwa ujian yang kita terima itu begitu amat besar. Sehingga tak jarang hal itu melemahkan diri kita sendiri. Padahal Allah sudah memberi jalan keluar. Cuma kok kayaknya buntu gitu ya. Mungkin karena kita masih kurang rasa sabarnya. Allah memberi kita ujian, sebenarnya itu ada maksud dan tujuannya. Apa itu? Agar kita belajar. Belajar apa? Belajar ilmu sabar. Belajar ilmu ikhlas. Itu yang Bu Erlik katakan dalam sebuah event self healing kemarin. (Rabu/13 Oktober 2022; 19.45 Wib). 

MasyaAllah, nikmat Allah yang mana lagikah yang engkau dustakan? Manakala Allah mempertemukanmu dengan Jee Luvina dan Bu Erlik. Walaupun pertemuan itu hanya secara online. Dan pertemuan dengan Bu Erlik adalah perdana bagi saya. Namun semangatnya, love love banget deh! Ada cinta Allah bersemayam disana. Tiba-tiba saja aura positif itu merajalela, semakin memperlihatkan akar-akarnya, jika sebenarnya masalah ataupun ujian itu pasti bisa kita atasi dengan potensi yang kita miliki. Allah memberi kita ujian, karena Allah tahu bahwa hanya kita yang mampu menjalaninya. Makanya Allah itu pilih kita, untuk menjadi bagian yang istimewa menurut pandangan-Nya. Yakinlah, tak akan ada yang sia-sia. Sebab besar kecilnya pahala kesabaran itu, sebanding lurus dengan seberapa besarnya ujian yang kita hadapi. 

Akan tetapi, bagaimana jika ujian itu semakin meledak-ledak ke dalam tubuh kita? Membuat tubuh menjadi lemah, sakit, bahkan yang lebih parah menjadi tak tahu arah, depresi dan putus asa. Summa na'udzubillah. Semoga Allah senantiasa menolong hati-hati kita yang meresah dan merasa lelah ya, aamiin. Peluk sayang untuk diri kita semua. 

Refreshing dulu ah, kemudian baru healing. Itulah dua kata yang kerap dibutuhkan kita sebagai manusia. Ya, refreshing dan healing. Apa sih maksudnya? Yuk kita lihat. Biar kita tahu, apa sih sebenarnya yang sedang dibutuhkan oleh diri kita.

Yang pertama itu refreshing. Tujuannya untuk menghilangkan kepenatan dari teriknya aktivitas dunia. Kalau saya boleh bilang, bahasa kerennya itu nge-refresh otak, biar kita gak oleng kejauhan. Apalagi sebagai ibu rumah tangga, yang katanya 24 jam aktivitasnya itu di sumur, di kasur, dan di dapur. Tanpa ada cuti dan jam istirahat di dalamnya. MasyaAllah, luar biasa bangetkan? Kalian semua itu bunda-bunda hebat. Kalau saya sih, biasanya cukup nongkrong di coffe shop 15 menit saja, menikmati segelas capuccino sambil melihat orang lalu lalang. Atau lari ke Gramedia, muter-muter disana secukupnya. Pokoknya lihat banyak orang. Tapi ingat waktu ya. Dengan begitu, rasanya otak sudah cukup untuk dikembalikan ke pusaranya. Sebab sebagai Ibu Rumah Tangga, terkadang diri kita itu butuh me time, sekedar untuk mengistirahatkan tubuh dan otak yang lelah karena aktivitas seharian yang itu-itu aja, biar gak kebablasan ke negatif nantinya. Untuk refreshing ini, gak harus pake biaya yang mahal sih sebenarnya. Banyak hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan kok ya. Udah bisa dipahami ya, apa itu refreshing.

Yang kedua adalah healing. Nah, ini berkaitan dengan batin, psikologis atau kondisi kejiwaan kita. Yang kadang bisa bikin depresi dan putus asa. Bisa juga menjadikan diri kita, seorang yang minderan dan menutup diri dari pergaulan yang ada. Kebayangkan, yang tadinya kita adalah seorang yang open minded tiba-tiba berubah menjadi close minded. Karena kondisi batin yang sakit. Setahun yang lalu, itu yang saya rasakan. Setelah resign dari pekerjaan. Satu persatu ujian menyerang tanpa alasan. Ah, gak perlu ya saya ceritakan. Apalagi kalau ditambah sehari-hari ketemu sama lingkungan yang toxic. Aduh, pengen langsung nangis deh. Dan sampai hari ini, sebenarnya sih saya juga masih terus berjuang melawannya. Gak mudah memang. Tapi yakinlah, kasih sayang Allah itu melebihi rahmatnya. Cukup kita mencintai diri kita sendiri, kita sayangi diri kita sendiri, bahagiakan diri kita sendiri. Sebab kalau diri kita sendiri saja belum bahagia, bagaimana kita bisa membahagiakan orang lain. Kalau kata Bu Erlik, selesaikan dulu diri kita. Kenali dulu, siapa diri kita. Istilah kerennya sih self bonding

Kalau kita sudah bisa men-self bonding diri kita, maka kita bisa menemukan apa sih yang diinginkan diri kita, bagaimana sih menyelesaikannya, sehingga diri kita bisa merasakan bahwa happy itu ada. Begitu juga yang dikatakan oleh Jee Luvina. Perasaan negatif dalam tubuh kita itu perlu dikeluarkan semuanya, agar tidak menjadi sampah yang bisa membusuk di dalam tubuh. Dengan cara apa? Ya menulis. Karena dengan menulis, kita bisa berbicara dan berinteraksi dengan diri kita. Dan hal itu merupakan cara yang efektif. Sebab menulis bisa menjadi sarana, untuk terapi penyembuhan bagi jiwa kita. Kita pernah dengarkan istilah "self healing with writing atau writing is healing". Nah, itu benar adanya. Dan ada banyak orang yang telah membuktikannya. MasyaAllah hebat ya, padahal hanya beberapa jam saja mengikuti event mereka, tapi sudah memberi aura positif bagi kita para wanita.

Lantas bagaimana, jika kenyataan itu ternyata tidak berjalan sesuai harapan yang ada? Plan kita sih maunya A, ternyata Allah menjadikan plan itu C ditambah dengan tingkat kesulitan yang lebih rumit. Ketahuilah, bahwa Allah itu selalu memberi apa yang kita butuhkan bukan yang kita harapkan. Allah lebih tahu, apa yang terbaik untuk hamba-Nya, terlebih untuk kedewasaan imannya. Walaupun hasil di luar ekspektasi yang ada. Coba cek deh ke dalam masing-masing diri kita, bagaimana kualitas ibadah dan tingkat ketaqwaan kita, setelah adanya masalah atau ujian tersebut. Kalau hal itu membuat keimanan kita semakin membaik, maka ucapkanlah selamat kepada diri kita. Karena Allah ternyata begitu sayang kepada kita. Allah ingin kita selalu hadir untuk mengiba kepada-Nya. Allah ingin kita selalu mendekat dan melekat pada cinta-Nya.  

Yuk, sebentar saja kita self talk diri kita. Sejenak pejamkan mata, tarik nafas perlahan, ucapkan istighfar dengan penuh kekhusyu'an. Kemudian katakan pada diri kita "Wahai diri, aku mencintaimu, aku menyayangimu. Aku pribadi yang kuat, aku pribadi yang bahagia, karena Allah selalu bersamaku". Seperti itulah, yang setiap hari saya lakukan ketika hendak beranjak dari tempat tidur. Mengafirmasi dan mengapresiasi diri sendiri. Karena perkataan itu adalah doa kan? Sebab dengan demikian, berarti diri kita mulai belajar memahami bahwa setiap ujian ini adalah salah satu kasih sayang dari-Nya. Untuk kita bisa lebih mencintai diri kita sendiri, dan tidak lagi berharap dan bergantung pada manusia. Karna yang hidup di dunia semua akan mati, dan hanya Allah yang abadi. 

Selain memahami bahwa ujian adalah sebagai kasih sayang-Nya, ujian itu juga sebagai amanah, keberadaannya bisa mengangkat dosa-dosa kita. Bahkan yang lebih hebat lagi, ternyata ujian itu bisa membentuk kecerdasan interpersonal bagi diri kita. Coba kita lihat di luaran sana, berapa banyak orang-orang sukses, yang jalannya diawali dengan ujian-ujian berat yang bertubi-tubi. Saya ambil contoh saja, seperti seorang Jee Luvina. Gak mudah bagi dirinya, untuk bisa sampai menjadi Jee Luvina yang sekarang. Ada banyak perang batin yang harus dia hadapi sebelumnya. Dan itu bukan setahun dua tahun. Kita juga bisa lihat seorang ulama kita Ibnu Taimiyyah. Bagaimana Beliau dua belas kali dipenjara selama masa hidupnya. Namun Beliau tercatat banyak sekali menulis kitab-kitab risalah yang ringkas dan kecil, justru di masa ujian itu ada. Intinya, ketika kita dihadapkan ujian yang besar oleh Allah, cobalah kita melihat ke arah positifnya. Agar kita selalu tetap bisa bersyukur. 

Oke, kita kembali ke laptop ya? Hehee.. Nah, kalau diri kita sudah bisa memahaminya, selanjutnya adalah mau gak mau ya kita harus belajar menerima. Menerima bahwa ujian itu adalah bagian dari takdir kita dari-Nya. Dalam bentuk apapun yang Allah kasih, anggap itu nikmat tak terkira. Sebab mau kita mengelak atau menghindar ke ujung dunia sekalipun, tidak akan bisa lari dari ketetapan takdir-Nya. Bangun mindset bahwa ada pahala sabar yang sangat besar di dalamnya, yang bisa kita dapat diujung sana. Yaitu surga. Bayangkan saja betapa indahnya surga, dan kita adalah pribadi-pribadi yang berhak untuk mendapatkannya. Dan itu mampu menaikkan derajat kita sebagai manusia, menjadikan diri kita menjadi pribadi yang baru. Sebab sepanjang kita hidup di dunia, maka ujian itu akan terus menerus menyapa. Jadi bagaimana? Kalau saya healingnya ya disini, di blog ini. Saya menulis apa aja yang ada terbesit di otak saya. Anggap saja blog ini adalah catatan pribadi saya, sebelum saya punya buku single ya. Mimpi boleh kan ya hahaha..

Dan gold point dari ujian yang Allah berikan itu adalah kita jadi bisa lebih memahami apa arti hidup kita. Kita bisa mendapatkan penerimaan yang baik di hadapan Allah Swt dan orang-orang yang sayang kepada kita. Allah juga akan menuntun kita kepada hati yang lembut, sehingga kita mudah memaafkan diri sendiri, juga orang-orang yang mungkin toxic di sekitar kita. Kabar baiknya lagi, Allah perlahan membuka harapan baru untuk diri kita, serta mengumpulkan kita ke dalam orang-orang yang bertaqwa. Secara garis besarnya, akan tumbuh dalam tubuh kita sebuah understanding, acceptanced, forgive, hope, dan taqwa. 

Kalau boleh saya buat alurnya, maka seperti inilah gold point dari ujian yang kerap menyapa manusia. Itu kalau kita bisa sabar dan ikhlas ya, ridho dengan apa yang diberikan-Nya, agar Allah juga ridho kepada kita. 

Pemahaman➡️penerimaan➡️memaafkan➡️harapan➡️takwa

Wow, luar biasa kan ya? Maksud Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya. Yuk semangat yuk! Don't give up dears, remember writing is self healing. Sebab diri kita adalah istimewa. Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat ya. Jadikan ujian kita itu menjadi sebuah inspirasi untuk banyak orang. Dan tulisanmu bisa menjadi penolong banyak orang. I love you buat kalian, buat siapapun yang sudah membaca tulisan ini. Salam ukhuwah dari saya. Yang juga masih banyak belajar, di atas tapak ujian yang Allah berikan. 

Akhir kata dari tulisan ini,

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah: 216)

Dan ingatlah,

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al Baqarah: 286)

#selfhealingwithwriting
#writingishealing

Komentar

  1. MasyaAllah, baca tulisan ini dapat healingnya.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, jadi sejuk baca ini. Pengen dipeluk Evie Namina🤗

    BalasHapus
  3. Barokallah, keren👍

    BalasHapus
  4. Berarti aku butuh refreshing kak bukan healing, berarti selama ini salah sebut. Terima kasih, tulisannya bagus sekali kak👍

    BalasHapus
  5. Bermanfaat sekali tulisannya mba Evie Namina👍

    BalasHapus
  6. Fania Zayna Alfaruq23 Oktober 2022 pukul 15.39

    MasyaAllah, aku suka tulisannya👍

    BalasHapus
  7. MasyaAllah barokallah, sehat2 selalu mba Evie. Teruslah menulis utk berbagi kebaikan, yg bisa memotivasi banyak orang

    BalasHapus
  8. kereen vii..lanjutkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan