🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan

Hai sobat, apa kabarmu hari ini? Semoga tetap sehat ya. Dan masih penuh semangat.

Adakah yang masih lelah hati hari ini? Masih kecewa atau bertumpuk luka disini? Memang tidak enak rasanya, ketika semua rasa itu datang menghampiri. Bikin capek pikiran dan hati ya? Belum lagi mata menjadi sembab karena menangis sendiri. Tapi itu fitrah kok. Asalkan jangan sampai berlebihan dan berlama-lama di dalamnya. Agar tubuh kita tidak merugi. Jadi kurus kering nanti.

Wahai jiwa-jiwa yang kuat! Ketahuilah bahwa kehidupan ini sementara dan hanya persinggahan sejenak bagi diri kita. Kehadiranmu tidak boleh mati sebelum mati. Dunia ini, tempatnya berjuang untuk menjalani peran yang diberikan. Kadang ada suka, kadang ada duka. Kadang ada bahagia, kadang ada kesedihan menjelma. Kadang ada luka, kadang ada tawa tercipta. Dengan warna warninya, dunia mau mengajarkan kita bahwa hidup itu bukan untuk berleha-leha. Sebab kehadiran kita di dunia adalah sebagai aktor di dalamnya. Dan Allah sutradaranya. Apapun peran yang Allah berikan, ya sudah! Kita jalani saja dengan penuh keridhoan. Apapun warna yang sedang menghampiri saat ini, kita lukis saja. Karena sebenarnya, semua yang terjadi itu sudah tercatat sebelumnya. Hanya saja  kita lupa, karena catatan itu dibuat oleh Allah sebelum kita lahir ke dunia. 

Tahukah engkau bagaimana pelangi tercipta? Pelangi memiliki caranya sendiri, untuk bisa membuat langit tampak indah. Apakah kalian kira, warna warni pelangi itu muncul secara tiba-tiba? Tanpa didahului hujan lebat sebelumnya. Menurut saya tidak. Pelangi muncul setelah adanya hujan. Sebelumnya, keadaan bumi harus bisa menerima basah oleh siraman air hujan yang turun begitu banyak. Namun demikian, apakah bumi marah? Apakah bumi merasa lelah ataupun kecewa? Ketika tanahnya basah menjadi lumpur, ketika pohonnya tumbang oleh kerasnya hujan yang diiringi dengan angin yang kuat. Tidak! Sebab bumi yakin, kalau hujan itu adalah proses penempaan bagi dirinya. Agar tanahnya menjadi subur, agar akar pepohonannya menjadi kuat. Dan karena itu semua, menjadikan dirinya bisa terus melukis pelangi di tengah hujan lebat. Sehingga ketika hujan itu berhenti, Allah munculkan keindahan pelangi dengan warna warni yang mengagumkan hati. Sebab ia tahu, bahwa Allah selalu melihat bagaimana proses perjuangannya, dan Allah tidak akan mengkhianati hasil di atas proses tersebut. 

Begitulah kehidupan kita sebagai manusia. Perasaan sedih, kecewa, luka, dan sejenisnya, yang kita rasakan, itu diibaratkan seperti hujan lebat. Sementara self bonding, self healing, writing, berbagai ikhtiar yang kita lakukan untuk penyembuhan diri kita, itu merupakan proses melukisnya. Dan diujungnya, timbul perasaan lega, mampu menerima, bisa berdamai dengan keadaan dan diri sendiri, bahkan mampu menghasilkan sebuah karya tulisan/buku, itu adalah keindahan pelanginya. 

Kita hidup di dunia ini, hanya menjalankan peran saja. Di atas skenario yang sudah dibuat-Nya. Allah hanya ingin melihat diri kita mampu atau tidak menjalankan peran itu dengan kesungguhan hati. Allah juga ingin melihat bagaimana konsistensi keimanan kita ketika ujian itu menyapa diri. Menurun atau bertambah. Semangat kita menyerah kalah atau justru maju tanpa lelah. Seperti melukis pelangi di tengah hujan lebat. Tak mudah kan ya? Tapi itulah peran yang harus kita jalani saat ini. Menjadi pelukis pelangi di tengah hujan lebat.

Jalani saja peran itu dengan baik. Dengan penerimaan, bahwa Allah yakin kepada saya, makanya saya yang diuji. Sebab hasil lukisan tidak akan nampak keindahannya, jika kita tidak tahu kemana arahnya. Serta tidak tahu bagaimana cara melukisnya. Karena semakin deras hujan yang datang, kencangnya angin yang menyertai, maka akan semakin cerah warna pelangi yang datang. 

Mengutip kata-kata Jee Luvina dalam event webinarnya; ...jiwa kita ini tidak selamanya baik, tapi jiwa kita itu sebenarnya selalu memiliki potensi ke arah yang baik. Jadi apapun rasa yang kita rasakan, semua itu sesungguhnya bisa diolah menjadi sebuah rasa positif dan karya yang bermanfaat.(Sabtu/24 Oktober 2022). Kita garis bawahi ya kata "diolah". Yang menurut hemat saya, bobotnya sama dengan kata "dilukis". Kalau istilah Jee Luvina "mengolah rasa di tengah berbagai macam rasa". Kalau istilah saya, "melukis pelangi di tengah hujan".

Saya tahu kok bahwa hari ini, mungkin diantara hati kita masih ada yang sangat berat, menghadapi semua cerita dunia yang kian berkarat. Pernah ada rasa amarah menggelora, pernah ada rasa benci menyapa, bahkan mungkin pernah ada dendam yang bersarang di dada. Tak mengapa, selagi itu tidak dipupuk lama. Hanya menjadi emosi sesat saja. Jangan terlalu lama berada di dalamnya ya? Apalagi sampai membusuk, sehingga membuat mata tidak bisa lagi melihat ke arah mana dan bagaimana kita harus mengolahnya. Yuk, tundukkan kembali kepala kita di hadapan-Nya. Meminta pertolongan-Nya, agar Allah melembutkan hati kita dengan segala prasangka baik yang menentramkan jiwa. Menjauhkan diri dari amarah, benci, bahkan dendam yang kadang menyapa. Yang ternyata, itu semua bisa merusak jiwa kita. Kenapa kok bisa? Jadi begini ya, ketika terjadi penumpukan emosi negatif dan sedih di dalam diri kita, itu bisa beresiko terhadap fisik dan psikis kita. Yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah yang tinggi di dalam tubuh. Dan ini bisa berbahaya, jika dibiarkan dalam waktu yang lama.  Sementara rasa tertekan dengan perasaan sedih, dendam dan marah, yang kadang sering berulang, katanya dapat memicu dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Summa nau'udzubillah. Tentunya kita tidak mau kan seperti itu? Yuk semangat yuk. Jangan kalah hanya dengan sandiwara dunia. Ambil peran kita, mainkan peran kita, sesuai dengan porsinya. Percayalah, bahwa Allah akan menolong kita. Bukankah, Allah itu sesuai persangkaan hamba-Nya? Dan siapa saja yang berdoa kepada-Nya, pasti Allah akan mengabulkannya. 

Fainama'al usri yusro, innama'al usri yusro. Sesungguhnya, setelah kesulitan itu ada kemudahan. Cukuplah kata-kata itu sebagai penyemangat diri. Percayalah pada pelangimu sendiri, meskipun hujan lebat itu datang membanjiri. Tetaplah melukis tanpa henti, kenali arah kemana kaki kita harus menepi. Kenali diri kita kembali, terhubung dengan diri kita lagi. Begitu yang dikatakan  Bunda Erlik, seorang konselor parenting. Dan kenali apa yang diri kita butuhkan saat ini, sekedar refreshing atau healing, sebagaimana yang pernah saya bahas ditulisan sebelumnya. Agar lukisan itu bisa menjadi sebuah pelangi, yang warnanya membuatmu menjadi pribadi baru nan indah dan bermanfaat. Sungguh, kalian adalah orang-orang hebat. Semoga Allah memberi rahmat. Tetap semangat! Nulis yuk, berfastabiqul khoirot.

#selfbonding
#selfhealing
#Writingishealing




Komentar

  1. MasyaAllah keren 👍👍

    BalasHapus
  2. Barokallah, erima kasih mba tulisannya

    BalasHapus
  3. MasyaAllah, keep fastabiqul khoirot mba

    BalasHapus
  4. Tetaplah melukis pelangi, meski di tengah hujan lebat. InsyaAllah, semangat💪 Tulisan yg bermanfaat👍

    BalasHapus
  5. Vera Aulia Ningsih23 Oktober 2022 pukul 08.23

    Great writing, keren👍

    BalasHapus
  6. Syifa syahidatulloh23 Oktober 2022 pukul 15.13

    Benar2 healing bacanya, ditunggu tulisan-tulisan berikutnya mba

    BalasHapus
  7. InsyaAllah semangat💪 Mantap tulisannya, menjadi pengingat sekaligus motivasi utk diri saya. Terima kasih mba🙏

    BalasHapus
  8. viii klo ada guntur aq gak berani melukis ditengah hujan hehehehe..

    BalasHapus
  9. Hati2 geledek mba Evie, melukis di tengah hujan.. tapi keren tulisannya, saya suka.

    BalasHapus
  10. Cara airnya kayaknya anti luntur ya mba, makanya melukis sambil hujan2an. Hati-hati ada petir mba hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri