🥀Perang Melawan Diri Sendiri

Sifat maupun akhlak tercela yang dimiliki seseorang bisa mendatangkan dosa. Dan demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Seseorang yang terlalu mengikuti hawa nafsu akan berakhir dengan merugi dan bahkan celaka. Tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat nantinya. Artinya, tatkala hawa nafsu sudah menjadi sesuatu yang harus diikuti, maka sesungguhnya manusia itu telah mengalami kekalahan. Tentu mereka tidak merasakan bahwa dirinya sedang kalah perang, sebab akalnya berusaha untuk memberikan pertimbangan, namun nafsunya tidak berhasil dikendalikan. Sehingga anggota tubuhnya secara sadar ataupun tidak, digerakkan untuk sesuatu hal yang bertentangan dengan kaidah moral. Oleh karena akal tidak mencukupi itu, maka matilah hati nuraninya sebagai manusia. Yang lebih ironisnya lagi, mereka tidak menyadarinya sama sekali. 

Sebenarnya Allah telah menurunkan piranti lain dalam hidup manusia, sebagai penjaga bagi dirinya sendiri, yaitu agama. Dimana telah diatur di dalamnya, bagaimana hendaknya manusia itu bertindak dan menyusun strategi, untuk menghadapi peperangan yang sulit ini. Kaki, tangan, mata, bergerak karena bekerjanya hati dan akal (koalisi yang jernih dan seimbang antara Raja dan Perdana Menteri). Dimana hati bertindak sebagai Raja dan akal sebagai Perdana Menteri dalam diri manusia. Jika hati manusia itu kotor, maka akal tidak bisa bicara dengan jernih keberadaannya. Akal akan tunduk dengan hati yang menggerakkan perintahnya.

Ini adalah bagian hal yang mudah namun sulit untuk diperangi. Tidak sedikit manusia yang kalah melawannya. Tidak sedikit pula manusia yang menang melawannya. Sebab hal tersulit itu adalah perang melawan diri sendiri. Yaitu perang terhadap hawa nafsu yang dimiliki. Bagaimana manusia tersebut mampu mengendalikan hawa nafsu yang terdapat dalam dirinya, bukan justru kebalikannya bagaimana hawa nafsu itu mengendalikan dirinya. Itulah yang membuat sebuah tatanan kehidupan dalam hidup manusia menjadi hancur. Karena manusia tersebut tidak mampu melawan dirinya sendiri, terutama dalam memerangi hawa nafsu yang menggelora. Memang sulit-sulit gampang, ketika yang menjadi lawan peperangan itu adalah diri kita sendiri. Apalagi jika hawa nafsu itu yang lebih mendominasi, dan mengendalikan diri dalam melangkahkan kaki. Bukan hanya satu atau dua kasus yang sering kita lihat secara fakta di dunia ini, tapi sudah banyak kejadian-kejadian yang membawa malapetaka, bagi kehidupan manusia yang tidak bisa memerangi dirinya sendiri, dari hawa nafsu yang menggoda.

Di kehidupan sehari-hari, mungkin di sekitar kita, masih sering ditemukan orang yang belum bisa mengendalikan dirinya, dan bahkan bisa saja salah satunya itu termasuk diri kita sendiri. Sebagai contoh seseorang sudah dikaruniai jabatan, kekayaan, kehormatan dan lain-lain, namun ternyata masih bernafsu dan menggebu-gebu menambah yang lebih tinggi. Sampai-sampai berbagai usaha tanpa mengenal lelah diusahakan, hingga menempuh jalan yang tidak seharusnya dilalui. Untuk memenuhi dorongan nafsu yang terlalu kuat tersebut, seseorang berani menempuh cara-cara yang tidak patut, dan bertentangan dengan hati nurani. 

Sebagai orang yang bertaqwa seharusnya mampu mengendalikan diri, tatkala harus menghadapi berbagai tantangan dan atau problem yang selalu datang. Seseorang disebut mampu mengendalikan diri manakala menghadapi masalah atau tantangan tidak tampak emosional, tidak berpikir subyektif dan irrasional. Selain itu, seorang disebut mampu mengendalikan diri ketika bisa melihat antara benar dan atau salah, dan bukan hanya menang atau kalah. Dengan demikian, berarti manusia tersebut telah mampu mengalahkan musuh dalam peperangan ini,  mampu menaklukkan hawa nafsu yang bersarang dalam dirinya agar tidak merajai hati.

Kemampuan mengendalikan diri ternyata bukan pekerjaan mudah, sebaliknya adalah amat berat, bahkan melebihi perang fisik. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai manusia yang berketuhanan untuk selalu intropeksi diri. Agar kita bisa berdiskusi dengan diri sendiri, bahwa apa yang dilakukan perlu perbaikan yang lebih baik lagi. Sehingga timbul kesadaran bahwa hidup tidak sekedar untuk memenuhi hawa nafsu yang membumi, namun untuk bisa mengendalikannya agar bisa terhindar dari pertikaian akal dan hati nurani. Sehingga jalan yang dilalui selalu ada evaluasi untuk kebaikan di masa kini. Penuhilah jiwa dan hati dengan iman dan ketakwaan kepada Allah, agar timbul rasa bahwa setiap gerak dan langkah selalu diawasi, oleh Yang Maha Memiliki. 

Lantas bagaimana dengan diri kita pribadi? Yuk kita sama-sama muhasabah diri. Sebab tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tidak pula ada yang hidup tanpa kesalahan dan dosa hingga hari ini. Jangan pernah merasa bahwa diri sudah menjadi lebih baik, tapi merasalah bahwa diri ini belum menjadi baik. Sehingga selalu timbul sebuah keinginan dan usaha untuk terus belajar memperbaiki diri, guna menjadi lebih baik lagi. Benarkan bahwa perang melawan diri sendiri itu ternyata lebih sulit, dibandingkan perang melawan musuh yang tampak di depan mata. Butuh pengendalian diri yang kuat dalam hal ini. Butuh strategi yang hebat agar hati tidak dikuasai. Sebab hawa nafsu itu memiliki kekuatan lebih dahsyat, yang bisa melumpuhkan diri. Sehingga menuntut diri kita untuk lebih berhati-hati, karena musuh dalam peperangan tersebut sangat lekat dengan tubuh yang kita miliki. Sedikit saja lengah, jangan salahkan kecepatannya yang lebih cepat dari sebuah kilat. Sebelum terlambat, segera atur strategi secara cepat dan tepat. Agar hati yang bertindak sebagai Raja, tidak berkarat dan sekarat. Dan akal selaku Perdana Mentri, tetap bisa menatap dengan mata jernih dalam menjalankan perintah.

Ketahuilah, jika Allah yang telah menjadi tujuan utama hidup di dunia, maka dalam diri manusia itu akan timbul sebuh kesadaran untuk bisa memaksimalkan usaha dalam peperangan ini. Agar dirinya bisa mengambil solusi di atas tempat yang tepat,  terhadap hawa nafsu yang siap menyergap. Sebab salah ambil posisi sedikit saja, maka pelurunya akan bisa membinasakan tubuh manusia itu sendiri. Apalagi jika peluru itu sampai menusuk ke dalam hati, maka kerja akalpun akan ikut terhenti, dan jiwa jatuh terbawa oleh keganasan hawa nafsu yang merajai.



Komentar

  1. Benar banget, perang melawan hawa nafsu itu paling sulit

    BalasHapus
  2. Barokallah keren mba, idem!

    BalasHapus
  3. Muhammad Fadli Alfaris3 Februari 2023 pukul 23.06

    Mba Evie, terima kasih utk tulisannya

    BalasHapus
  4. Thanks kak, semoga Allah selalu menjaga hati kita utk selalu berhati2 dan tidak terdominasi oleh hawa nafsu duniawi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan