Pentingnya Memuliakan Tamu

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

********

Hadits ini memberikan panduan kepada orang yang beriman agar melakukan 3 hal : 

1. Ucapkan ucapan yang baik atau diam. 

2. Muliakan tetangga

3. Muliakan tamu

Membaca hadist di atas jadi teringat sama almarhumah nenek, masih teringat dimana pada masa hidupnya ia selalu menganggap tamunya adalah raja. Jika ia mendengar sanak saudara, kerabat, atau teman yg jauh akan datang bersilaturahmi ke rumahnya, maka ia akan sibuk menyiap segala sesuatunya untuk service istimewa sang tamunya. Sampai cerita2 bahagia yg mengandung gelak tawa tamunya pun ada dalam menunya. Pokoknya service hotel bintang 5 mah lewat begitu saja.

Sementara saya, cucunya yg dulu sewaktu belum tahu tentang bagaiman perintah memuliakan tamu...terkadang bibir jadi cemberut lima sentimeter dikala melaksanakan pekerjaan yang diamanahkannya, yang saya anggap super lelahnya. Jadi inem iya, jadi office girl iya, jadi notulen iya, jadi bodyguard iya, sampai jadi tukang kebun pun iya. Pekerjaan rangkap ceritanya. Dari mengantar nenek belanja ke pasar menyiapkan segala keperluan yang ada, mencatat persiapan belanjaan yang mau dibeli, menyiapkan makanan kecil dan minuman untuk tamunya, sampai membersihkan perkarangan rumahnya. Kebetulan memang saat itu, selepas anak-anak beliau menikah, saya hanya tinggal berdua saja dengan nenek tercinta.

Tapi itu dulu, itu kesalahan buat saya. Karna menganggap pekerjaan itu tiada pahala disisi-Nya. Dan menganggap apa yg nenek lakukan terkesan seperti berlebihan di mata saya. Ternyata, oh saya salah dalam penafsiran. Semua yg nenek lakukan itu beralasan, walau saya yakin pasti nenek tidak tahu dalil ttg memuliakan tamu. Dia hanya mengambil pelajaran dari orangtuanya terdahulu. Dia hanya bilang, "jangan pelit sama tamu, kita harus bisa menghormati tamu, supaya mereka betah berada di rumah kita, tamu itu ibarat seperti raja. Gak setiap hari juga kan mereka bersilaturahmi ke tempat kita". Itu saja yg disampaikannya, jika saya sudah mulai mengeluh kepadanya. Seraya mengingatkan bahwa ada pahala kebaikan di dalamnya.

Barokallah nenek tercinta, pelajaranmu luar biasa. Sungguh berharga. Bagaimana caramu memuliakan tamu dan tetangga, terbukti nyata imbasnya sampai kau tiada. Kebaikan demi kebaikanmu tersiar oleh siapa saja yg pernah merasakannya. Bahkan teman2 kuliahku tempo  dulu, yg pernah merasakan bagaimana indahnya sambutanmu, kemarin lusa mereka bertanya tentangmu, dan aku beritakan bahwa kau telah meninggal dunia. Apa tanggapan mereka, "semoga surga untuk nenek, nenek orangnya baik, dan tidak pelit. Teringat sewaktu kita2 main ke rumah, nenek memaksa kita semua utk menginap di rumahnya, tidak memperbolehkan kita tinggal di hotel, dan dia juga menjamu anak-anak kost seperti kita dengan aneka masakannya yang serba enak-enak dirasa. Seperti raja saja. Dan kamu yang jadi kepala kokinya. Ah, jadi kangen masa-masa itu" 

Doa dan alfatihah, insyaAllah tiada pernah terputus untukmu nek. Semoga Allah benar2 menempatkamu disurga-Nya bersama almarhum kakek tercinta. Sang duo komplit, guru terbaik di dalam perjalanan kehidupan ini, tentang bagaimana bermuamalah terhadap sesama, terlebih pada tamu dan tetangga. Kebaikan demi kebaikan yang tertanam dalam dirimu selalu terkenang, padahal kau sudah lama tiada. Namun, disegala suasana terkadang ada saja kujumpai tentang cerita-cerita kebaikanmu selama di dunia. Entah dari mana datangnya, dan asal mulanya, kadang cerita itu mengalir dgn sendirinya. Bukan dari cucumu tercinta, tetapi dari orang-orang di sekelilingku yg pernah merasakan indahnya kebaikanmu. Bahkan yg membuat saya bangga, di penghujung akhirnya, 3 tahun sebelum kematianmu, engkau selalu saja mengingat kematian utk berjumpa Tuhanmu. Mulutmu selalu menggetarkan kata maaf atas segala sikap, perkataan, dan perbuatanmu, kepada siapa saja setiap tamu yg berkunjung ke rumahmu, bahkan juga kepada tetanggamu. Seolah-olah esok pasti engkau akan tiada menemui ajalmu. Itulah sekelumit kekagumanku pada dirimu, dari sekian banyak kebaikan-kebaikan yang engkau ajarkan kepada cucumu. Hari ini sayapun mengambil banyak ikhtibar dari semua pelajaran itu. Dan sangat bermanfaat untuk cucumu.

#AlfatihahUntukAlmarhumahNenek

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan