Tolak Ukur Keberhasilan Wanita

Duhai wanita, hadirmu laksana surga. Hidupmu begitu istimewa. Tak elok jika ada kata yang selalu menghujami luka. Lemah lembutnya diri merupakan  anugerah Allah SWT. Sehingga Allah menatapmu dengan bahagia. Allah memberimu hadiah yang begitu penuh pesona. Tahukah engkau surat An-nisa, yang artinya wanita. Allah mengkhususkan keberadaannya untukmu, agar Allah merasa engkau istimewa. Wanita bisa menjadi jendela surga, tetapi bisa juga menjadi jendela neraka. Tergantung bagaimana dirimu membawa. Ya, keindahan itu ada pada wanita. Tetapi mengapa mereka kerap mendapat terpaan angin di atas fitrahnya? Apakah mungkin karna wanita juga berpotensi menjadi fitnah dunia. Ataukah karna wanita merupakan perhiasan yang paling indah di mata dunia. Entahlah, aku tak ingin mereka-reka. 

Kusibukkan jemariku membuka cakrawala, membumikan nuansa yang serba beragam penafsirannya. Setelah subuh tadi, seusai sholat dan melantunkan ayat-ayat cinta-Nya, ku buka handphone genggamku. Aku mulai berkelana menyusuri pelataran sosial mediaku. Ada banyak hal yang ku baca. Ada banyak hal yang menggelitik hati. Ku scroll perlahan semua bagian yang kuanggap bernilai dan bermakna. Kubaca dan kuamati satu persatu, semua isi status teman-temanku di sosial media yang ku kunjungi. Sehingga sampailah aku pada salah satu wall seorang wanita, dan aku amat terkesan dengan apa yang ditulisnya. Postingan yang membuatku terenyuh saat membacanya, serasa laksana diri ini terbawa di dalamnya. Entah siapa dia, aku kurang tahu pastinya. Yang aku tahu hanyalah, dia seorang wanita pada umumnya, sama seperti diriku. Dia menuangkan rasa atas apa yang dirasa, tapi bukan sebuah curhatan yang menyayat raga. Lebih kepada kalimat-kalimat tentang wanita, yang merasa tidak aman terhadap dirinya sendiri. Lantas langsung saja ragaku memutar rasa, otakku memutar kata, aku merasa bisa merasakan apa yang dia tuliskan di sosial medianya. 

Wanita oh wanita, kadang bahagiamu selalu menata. Tetapi kadang dukamu merasa. Oleh karena hujan dunia. Rintik yang membasahi, hingga derasnya hujan terkadang menjadikanmu seorang yang diam seribu basa. Bukan karna kau tidak punya rasa, tapi karna kau telah lelah melawan semuanya. Sehingga kau menjadi wanita istimewa. Memiliki kekuatan dalam kelemahan yang terdalam.

Sepanjang perjalanan sepulangku dari pasar, sambil mengendarai motor  pikiranku terus bermain masuk ke dalam alur yang kau bawa. Karna secara tidak langsung, secara diam akupun pernah berada pada posisi tersebut. Hal itu serta Merta menjadikanku tidak enak makan, mengganggu kesehatan, mental, dan pikiran. Yang akhirnya ragaku menjadi lunglai, pikiranku menjadi runyam tak beraturan. Ah, memang tak enak rasanya. Tiba-tiba saja otakku langsung berputar kepada memori masa lalu. Ada asa yang pernah ku rasa. Ya semua secara spontan hadir di dalam pikiranku. Membawaku jauh ke dalam bayangan yang pernah ku temui secara tidak sengaja. Aku berpikir dalam, mengenai apa yang subuh tadi aku temukan. Tulisanmu telah benar-benar menggelitik sukma. Sehingga menjadikanku sekuat tenaga memikirkan hal itu. Aku yakin di luar sana pun, ada banyak wanita yang mempunyai perasaan yang sama sepertiku. Namun dengan kekuatannya mereka mengukirnya dalam jalan yang istimewa. 

Duhai wanita, sebenarnya apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan menurut dirimu? Apakah dengan memiliki karir melesat di luaran sana, sehingga kau mampu terlihat sangat indah dan menjadi seorang yang  luar biasa di mata publik yang melihat. Apakah dengan menjadi seorang ibu, yang seluruh waktunya kau gunakan untuk mengurus anak dan suamimu dengan baik di dalam rumah. Ataukah dengan memiliki double pekerjaan, menjadi seorang ibu rumah tangga tetapi juga menjadi wanita karir di luaran dengan prestasi yang gemilang. Entahlah, pikiranku tergoda oleh tulisan tersebut. Tulisan yang bercerita dimana wanita memiliki perasaan tidak aman terhadap dirinya sendirinya. Rasanya aku ingin membedahnya bersama, bercengkrama, dan berdiskusi dengan yang menulisnya. Tetapi bukan untuk mengghibahnya. 

Dahulu ketika diriku masih di dalam usia 20 tahun, aku pernah berfikir aku harus seperti ini dan menjadi seperti ini. Usia segini aku harus sudah memiliki ini dan memiliki itu. Ah, banyak sekali aneka dreamlist yang ku catat ke dalam note dream kesayanganku. Bahkan ketika masih kuliah, target demi target itu ku susun dengan rapinya. Tak jarang note dreamlist yang tertulis di buku, aku tempel di tembok meja belajarku. Untuk memacu diriku guna mengejar semua yang menjadi asaku. Namun kenyataannya, semua tidak berjalan dengan sempurna. Ada hal-hal yang tidak bisa kuraih dengan mudahnya. Bahkan ada sebagian dari dreamlist tersebut memberi hasil di luar ekspektasi manusia. Semua tidak harus berjalan sesuai harapan dan kenyataan yang ada. Disitulah, terkadang membuat diriku frustasi dan depresi adanya. Terlalu banyak beban yang tak bisa ku keluarkan dengan indahnya. Sehingga tak jarang, aku sering malu kepada Allah. Karna terlalu banyak inginku di dunia. Tetapi aku lupa terhadap standarisasi agama, dan bahagianya wanita dalam  versi sederhana.

Belum lagi ketika aku menikah, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku tak kunjung diberikan anak sebagai amanah. Berlangsung begitu lamanya, tiga tahun, empat tahun, dan seterusnya, aku menunggu dalam doa. Namun Allah belum juga mengabulkannya. Ditambah lagi aku harus menghadapi omongan orang di luaran sana, tentang omongan yang tidak baik tentang diriku. Seketika semua itu sering membuatku termangu dalam bisu, dan berpikir kenapa dan kenapa. Adakah yang salah dalam diriku. Semua itu membawaku pada perjalanan yang panjang, yang selalu membuatku mengintropeksi diri. Semua itu sudah ku lalui kini. Dan menjadi kenangan dan perjalanan yang berarti. Yang membuatku mampu bersyukur pada Sang Ilahi. Dan menemukan tolak ukur keberhasilan dan  bahagiaku dalam versiku sendiri.

Seiring dengan bertambahnya usia, standar dan kriteria tersebut terus bergeser mengikuti alur kehidupanku. Singkat kata, bagiku yang sudah pernah merasakan itu semua, menjadikanku berpikir menjadi lebih logis dalam menentukan tolak ukur keberhasilan seorang wanita. Kini aku berpikir bahwa keberhasilan seorang wanita itu, tidak bisa diukur dari karir di luaran atau di dalam rumahnya. Tidak juga ditentukan oleh seorang wanita itu bisa memiliki anak atau tidaknya. Karna semua yang ada itu adalah Allah yang cipta dan memberikannya. Allah yang menuliskan di dalamnya. Jadi tidak ada seorangpun yang berhak mendoktrinnya. Menurut kacamataku, keberhasilan seorang wanita itu tergantung bagaimana wanita itu sendiri memandangnya. Tidak bisa dikaitkan dengan  hal-hal tersebut. Karena jika keberhasilan wanita hanya berdasarkan tolak ukur dari hal tersebut, itu tidak adil rasanya. Keutuhan dan jati diri seorang wanita itu, tidak hanya bisa diukur dari keberhasilannya menjadi seorang ibu, yang dapat hamil dan melahirkan anak dari rahimnya. Tidak pula diukur dari keberhasilannya menjadi wanita karir dengan segudang prestasi yang gemilang di luaran sana. Atau hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah saja,  yang setiap saat ada dan berada di dekat anak dan suaminya. Atau bahkan mereka yang secara tidak langsung mampu menjalani kedua peran secara bersamaan, sebagai wanita karir di luaran sekaligus menjadi ibu rumah tangga  di dalam rumahnya. 

Karena menurutku tolak ukur keberhasilan seorang  wanita yang sebenarnya itu, adalah keadaan dimana jika wanita tersebut bisa menerima keadaan dirinya sendiri dengan lapang dada. Adanya penerimaan yang baik terhadap potensi yang dimilikinya. Menerima dengan bangga atas apa yang ada di dalam dirinya, sebagaimana yang Allah telah takdirkan untuknya. Apapun dan bagaimanapun keadaan kita sebagai seorang wanita.  Mampu mengghargai atas apa yang telah diperjuangkan dan diikhtiarkan. Walaupun hasilnya Allah berikan tidak sesuai dengan kenyataan. Karena wanita adalah sosok indah yang bisa saja sangat rapuh keadaanya, namun bisa juga menjadi sosok yang sangat kuat di dalamnya. Bagaimana keberhasilan itu, intinya adalah penerimaan yang baik di atas semua cerita. Bahagia menerimanya dengan terus menjalankan aktivitas, yang membuatnya terus maju di jalan Allah SWT. Sehingga apa yang didengarnya dan dilihatnya, tidak lantas membuatnya merasa tak bahagia. Apalagi menjadi putus asa menghadapi kehidupannya.  Sebab bahagia dan keberhasilannya seorang wanita itu tidak bisa hanya diukur dari salah satu hal yang ada.  Namun, semua itu tergantung dari versi mana masing-masing wanita itu mengartikannya. Yang kemudian, mereka bisa menerima keadaan dirinya sendiri dengan penuh kesyukuran kepada-Nya, sebagaimana yang telah Allah tentukan untuk takdirnya. Penerimaan yang membawanya pada jalur positif akan potensinya. Karna menurut DR. Aid Al Qarni, keberhasilan wanita akan terlihat apabila wanita tersebut berdendang bahagia dengan agamanya, gembira dengan keutamaan Allah diatasnya, dan bersuka cita dengan nikmat yang dimilikinya.

Writing colab with Prashinta.

Komentar

  1. MasyaAllah, ini yg dinamakan nikmat Allah manalagi yg kau dustakan,

    BalasHapus
  2. Barokallah buat semua wanita, makhluk lemah lembut namun kuat hatinya

    BalasHapus
  3. Wanita itu istimewa di mata Allah, Sampai2 Allah mengabadikannya mjd surat dlm Al Qur'an. Barokallah utk seluruh wanita di dunia

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan