Pintu Hidayah #4

Cerbung, part.4

Semilir angin membawa kesejukan ke relung bumi bagi penghuninya malam ini. Hujan deras mengalir dengan derasnya, menyambut sang malam yang akan menghampiri. Tak ada kata yang mampu melukiskan semua kisah hari ini, selain ucap syukur kepada Sang Pemilik Bumi. Karna tak ada satupun yang terbengkalai disini, semua terlihat indah dan ramah menemani setiap perjalanan kisah-kisah umat-Nya yang dicintai. Termasuk aku dan Zahwa. Terbawa dalam kisah bumi yang menjadi inti dari semua perjalanan hidup kami. Adzan magribpun menggema diantara mega merah yang mulai bersembunyi. Menyeringai suara merdu panggilan Sang Ilahi. Pertanda bahwa tubuh ini harus beranjak untuk segera pergi, menemui seruan panggilan Sang Ilahi. Sejuk dan damai rasanya hati, mendengar alunan adzan nan merdu dari masjid di seberang hotel yang kami singgahi. 

"Zahwa, mau sholat jama'ah tidak? Lama banget ambil air wudhunya" Panggilku pada Zahwa yang sejak tadi belum juga keluar dari kamar mandi, sementara alunan adzan sudah menyepi.

"Iya, sebentar aku keluar" Jawab Zahwa dari dalam kamar mandi

Tanpa banyak bicara, Zahwapun langsung keluar mengambil mukena dan menghampiri ku yang sejak tadi sudah berdiri menunggu kehadirannya untuk melaksanakan sholat jama'ah bersama. Dan kamipun tanpa memakai lama langsung berdiri sejajar, menggemakan takbir-Nya seraya memenuhi panggilan terindah-Nya. Dan terbuai dalam khusyuknya singgasana cinta Sang Pemilik Alam Semesta. Hingga kekhusyuan itu berakhir dalam doa, yang menggema dalam kata seraya memohon perlindungan dan pertolongan-Nya. Agar tak ada rasa malas dan lelah yang memenuhi raga, dalam menyambut dan mengerjakan segala perintah-Nya. Dan waktu magrib yang sejuk inipun, kami tutup dengan doa memohon kebaikan dunia akhirat. "Robbana attina fiddunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar".

"Wa, maafin aku ya klo ada salah" Kataku kepada Zahwa sambil mengulurkan tangan lantas memeluknya.

"Sama-sama May, aku juga minta maaf. Apalagi aku selama ini terlalu sering merepotkan kamu dengan segudang curhatan dan pertanyaanku. Yang belum juga ada habis-habisnya" Jawab Zahwa singkat.

"Alhamdulillah, aku justru senang kok ketika kamu mengajukan pertanyaan itu kepadaku. Juga semua curhatanmu, dengan begitu berarti kamu masih menganggap bahwa aku adalah sahabatmu. Tapi aku mohon maaf ya, jika jawabanku masih ala kadarnya karna aku juga sesungguhnya masih belajar. Bukan  ahlinya. Jadi apabila ada jawaban yang kurang berkenan di hatimu aku minta maaf ya Zahwa. Dan apabila  ada pertanyaan yang belum bisa aku jawab, bisa kita cari tahu sama-sama. Lebih ringan bila kaki kita melangkah mencarinya secara bersama-sama" Jawabku kembali.

"Tidak May, justru jawabanmu sangat membantuku. Semua yang kamu sampaikan kemarin cukup mengubah mindsetku tentang cinta. Ternyata selama ini aku telah salah langkah May, aku tidak pernah sedikitpun mendengarkan kata-katamu. Justru yang ada aku kerap kali mengira, bahwa dirimu orang yang kepo atas semua kelakukanku. Aku kadang sering marah padamu, jika kamu mengingatkanku. Kamu kuanggap terlalu ingin ikut campur dalam urusan diriku. Ternyata aku yang salah May. Aku terlalu lama terjerumus ke dalam pergaulan bebasku. Aku menyesal May, aku menyesal. Sekarang aku merasa patah arah May, seperti sudah tak ada lagi yang bisa mengubah hidupku" jawab Zahwa sambil matanya  berkaca-kaca.

"Astagfirullah Zahwa, ngomong apa sih. Aku tidak mengerti dari semua maksud perkataanmu. Memang apa yang sudah terjadi dengan dirimu. Maafkan aku, jika aku selama menjadi teman sekaligus tetangga kamar kostmu kerap kali sering menegur dan mengingatkanmu. Kesannya aku sangat cerewet dan selalu mau tahu urusanmu. Tapi sungguh bukan itu.  Itu semata-mata karna diriku diamanahi oleh mamamu, untuk menjadi sahabatmu. Dan mamamu memintaku untuk mengingatkanmu, apabila ada terlihat yang tidak baik dalam pergaulanmu. Karna mamamu bilang, mamamu sangat sayang kepadamu karna kamu adalah anak wanita satu-satunya. Mamamu selalu mengkhawatir pergaulanmu dan sifat ketomboyanmu.  Itulah kenapa aku kerap mengingatkanmu. Selain engkau adalah sahabatku, yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. Itulah mengapa aku selalu khawatir terhadapmu, dan selalu cerewet kepadamu, kerap menyuruhmu untuk  tidak pulang larut malam, ketika kau sering pergi bersama Riandra. Terlebih ketika aku tahu, jika Riandra itu ternyata beda agama denganmu. Sesungguhnya aku sedih Wa, ketika mengetahui hal itu. Mengapa kau sembunyikan perihal keyakinan Riandra kepadaku Wa? Tapi aku bisa apa, kewajiban ku hanyalah mengingatkanmu. Diriku tidak bisa mengubah dirimu. Karna aku bukan dirimu. Hanya pribadimu sendirilah yang mampu mengubah dirimu. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Begitu firman Allah dalam Q.S. Ar Rad ayat 11. Dan itu berlaku juga untuk masing-masing diri pribadi kita Wa. Jadi jangan pernah patah arah, masih ada Allah di tengah kehidupan kita. Dan masih ada yang bisa mengubah kita, yaitu diri kita sendiri. Ketika kita menggantungkan semua kepada Allah, maka insyaAllah Allah akan membantu kita untuk bisa mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pribadi yang diinginkan Allah. Aku saja belum sempurna Wa, aku juga masih banyak belajar dan masih terus belajar untuk menjadi baik di hadapan Allah. Aku sama sepertimu, sama-sama manusia yang tak luput dari dosa dan pengawasan Allah SWT. Hijrahku juga sepenuhnya belum sempurna, hanya saja Allah berbaik hati membawaku kepada jalan ini, untuk menutupi aib diri yang tidak ku sadari. Maha baik Allah Wa, atas segala kasih sayangnya kepada kita hingga saat ini. Sehingga Allah masih melembutkan hati kita untuk senantiasa tunduk mengingat-Nya" Aku meneruskan perkataan Zahwa sambil mendulang senyum manis dan optimis kehadapannya.

"MasyaAllah May, maafkan aku. Maafkan aku yang selama ini telah banyak lalai. Bahkan kadang melupakan kasih sayang Allah di atas perjalananku. Setelah semua ini, aku baru menyadari bahwa aku butuh Allah. Dan butuh teman sepertimu, aku butuh bantuanmu untuk keluar dari belenggu seperti ini. Aku rindu Tuhanku May. Ajak aku menggapai cinta-Nya malam ini bersamamu. Ajak aku menangis mengingat-Nya, sehingga tubuhku mampu terbelenggu dalam cinta-Nya yang membiru. Aku malu May sama Allah, karna sudah terlalu lama aku mengacuhkan segala perintah-Nya. Sehingga kini aku menuai semuanya, atas  apa yang telah aku tanam di pergaulan bebasku. Aku terlalu bangga pada keelokan dunia. Dunia telah membutakan mata hatiku May. Aku, aku terlalu dalam masuk ke jurang itu. May, maukah kamu menolongku untuk menunjukkan jalan Allah itu? Aku serius May, aku ingin mengenal Allah, aku ingin bisa belajar berjalan di jalan sepertimu. Aku ingin mengubah kehidupanku di atas segala penyesalanku. Aku terlalu banyak dosa May kepada Allah" Lirih Zahwa seketika dengan mengurai airmata, yang sejak tadi berkaca-kaca terbendung di kedua bola matanya.

"Zahwa, masyaAllah. Dengan senang hati aku akan menjadi sahabat hijrahmu. Aku akan berusaha menolongmu sebisa dan semampuku. Kita akan berjalan bersama-sama menapaki tangga demi tangga itu. Karna akupun masih terus belajar hingga saat ini. Aku senang jika dirimu kini mau berjalan bergandengan tangan denganku. Kita sama-sama belajar, kita sama-sama menjemput dan mengejar hidayah itu. InsyaAllah kita akan menjadi orang yang saling mengingatkan dan menguatkan saat kita dekat dan jauh. InsyaAllah. Semoga Allah mempermudah jalan ini Zahwa, dan kau sampai pada jalan yang kau rindukan" jawabku menyambut tangisnya dengan haru.

"Aamiin ya rabbal alamiin. Ya Allah mudahkan jalanku untuk bisa mengubah hidupku. Mudahkan aku untuk bisa belajar tentang agama-Mu, sehingga aku kau tuntun dalam pintu taubat-Mu. Sehingga menurut-Mu, akupun layak mendapatkan hidyah-Mu. Aku ingin bisa mengubah hidupku May" jawab Zahwa dalam doa bersama senyumnya.

"Aamiin, aamiin, aamiin allahumma aamiin. Malam ini aku bahagia Wa, aku menemukan Zahwa yang baru. Ya Allah aku seperti mimpi malam ini. Ternyata itu alasan di balik semua pertanyaan-pertanyaanmu kepadaku. Barokallah sahabatku" sahutku dengan bahagia sambil memeluk Zahwa dengan eratnya.

"Terima kasih May. Kau memang sahabat terbaikku. By the way gimana kelanjutan jawaban dari pertanyaanku tadi sore? Jangan lupa lagi ya, dirimu sudah janji mau menyelesaikannya malam ini" Tanya Zahwa seraya mengingatkanku.

"Sip, jangan khawatir. Aku ingat kok, sudah aku catat dengan huruf kapital di otak kepalaku. Bahkan aku blok hurufnya dengan judul pertanyaan Zahwa, biar gak lupa hahaha. Tapi nanti ya setelah sholat isya saja kita diskusi dan sharingnya. Soalnya tidak terasa lima menit lagi sudah mau masuk waktu isya, dan kalau sudah sholat isya hati menjadi plong rasanya, kita bisa diskusi agak lama" Jawabku menyakinkan Zahwa.

"Alhamdulillah oke, setuju" jawab Zahwa singkat.

Tak lamapun adzan kembali berkumandang dengan merdunya. Memanggil-manggil seluruh penghuni dunia, untuk segera bangkit menunaikan kewajibannya. Allah telah menyeru bahwa waktu isya itu telah tiba. Aku dan Zahwa yang sejak sholat magrib tadi belum juga beranjak dari sajadah, mengucap tahmid seraya bersyukur kepada-Nya. Dan siap untuk segera bergegas menyambut kembali panggilan-Nya. Ya Robb, sungguh sangat indahnya perhitungan malam dan siang yang Kau atur sedemikian rupa. Adzan-Mu menggema dimana-mana, dan tak pernah terputus oleh garis khatulistiwa. Karna Engkaulah Yang Maha Esa, pemiliki seruan alam yang sempurna. 

Jiwa inipun kembali terhanyut oleh panggilan-Nya. Tak bisa  berpaling sedikitpun dari cinta-Nya  yang Maha Mulia, karna hanya Dia sang pemilik raga. Dan sesungguhnya hidup dan matiku, hanyalah untuk-Nya. Tak ada yang lain yang lebih berhak atas jiwa ini, kecuali Allah SWT. Terima kasih Robb, atas segala nikmat dan rahmat-Mu yang selalu mengelilingi sepanjang hidup kami. Maafkan kami, jika terkadang  masih sering berpaling dari-Mu. Maafkan kami  jika lalai masih sering menggantung di jiwa raga ini. Sungguh, ampunan dan kasih sayang-Mu selalu kami rindu. Karna tak ada satupun manusia di dunia ini, yang hidup tanpa dosa di hadapan-Mu. Kami adalah hamba-hamba  yang lemah tanpa adanya pertolongan-Mu. 

Gemercik derasnya hujanpun mulai mereda, meninggalkan asa yang masih tersisa. Bersama doa-doa yang terangkai dalam kata, merajut kalimat cinta membahana. Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang Engkau dustakan?

To be continue.....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan