Jilbabku💕 Identitas ku

Dulu sebelum saya memakai jilbab, tahunya kalau sudah memakai pakaian serba panjang seperti baju dan kaos/celana panjang sudah baik dan tidak berdosa, walaupun kepala tidak ditutupi. 

Dulu ketika saya belum berjilbab, sering juga ikut-ikutan berkata buat apa berjilbab kalau kelakuan dan akhlaknya tidak baik, hatinya gak dijilbabin, sama saja bohong dong. 

Dulu sewaktu saya masih menjauh dengan jilbab, prasangka saya yang penting itu jadi anak baik dan berpakaian sopan, karena jilbab dalam pandangan saya tidaklah wajib. 

Dulu sebelum kenal ilmu jilbab, ah banyak sekali bermacam dalih-dalih yang terucap, untuk mengalihkan alur cerita tentang kewajiban berjilbab. Perintah kewajiban berjilbab, saya anggap enteng dan soal biasa. Dan ketika hati sudah mulai terpikat dan mendekati jilbab, niatannya pun ternyata masih salah. 

Dulu ketika saya memulai keinginan untuk berjilbab pun, pada awalnya hanya sekedar ikut-ikutan. Lantaran karena saat masih duduk di bangku SMP, saya suka sekali melihat guru agama islam dan matematika yang kalau mengajar memakai jilbab, mereka terlihat begitu anggun, rapi, serta enak dilihat. Style islami mereka membuat hati saya terpikat. Hanya karena sebab itulah saya menjadi ingin berjilbab. Alhasil ketika memulai memasuk SMA pun, saya mulai ikut2an berjilbab. Tanpa tahu ilmunya, tanpa tahu bagaimana yang seharusnya. Tujuannya hanya satu waktu itu, ingin enak dilihat seperti mereka. Yang jelas saya salah niat. 

Dulu saat pertama kali mulai berkenalan dengan jilbab dan memakainya, pakaian ketat serta jeans, dipadu dengan jilbab pendek melilit di leher yang katanya itu jilbab gaul, selalu menjadi pakaian favorit yang amat sangat. Percaya dirinya luar biasa, merasa bahwa diri sudah benar cara memakainya.

Dulu, dulu, dan dulu, ah begitu banyak sekali cerita dan pendapat salahnya tentang jilbab, yang keluar dari persangkaan saya. Astaghfirulloh, faghfirlii... Itu dulu, karena saya belum tahu bagaimana ilmunya dan niatan yg salah di atas pemakaian jilbab. 

Tetapi oh tetapi, seiring waktu yang berjalan, pelan-pelan namun pasti, dengan melewati banyak persinggahan dalam kehidupan, saya baru tahu dan menyadari bahwa semua anggapan itu adalah sebuah kesalahan yg teramat besar. Dan itu adalah bagian dari dosa. Salah kaprah, sebab niatan yg tidak disertai dengan adanya ilmu. Lucu juga ya, padahal secara logika kalau mau kita cerna, mana bisa hati dipakaikan jilbab. Ya kan?😊

Waktu itu ada satu teguran yang tanpa sadar menampar diri saya, saya mendapatkan sebuah teguran dari seorang sahabat ketika masih di  SMP. Dalam sebuah kunjungannya dia berkata, 

"Maafkan saya sebelumnya vi, tapi klo tidak saya sampaikan saya berdosa. Jangan tersinggung ya? Alhamdulillah saya senang sekali, ketika main kesini melihat kamu sudah berjilbab. Tapi ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Ini merupakan rasa cinta dan peduliku sebagai sahabatmu. Kamu tahu gak vi kalau jilbab itu hukumnya wajib. Dirimu itu sekarang memang sudah berjilbab, dan saya ikut bahagia melihatnya. Akan tetapi, ada yang perlu lebih kamu tahu bahwa pakaian jilbabmu yang sekarang kamu pakai itu, cara berjibabmu itu, sesungguhnya kamu tidak dianggap berjillbab oleh Allah. Maaf, memakai jilbab namun masih menonjolkan lekuk tubuh, jilbab yang tidak menutup dada dan pakaian ketat serta jeansmu itu, pakaian yang seperti itu sesungguhnya berjilbab tetapi telanjang. Telanjang di mata Allah. Pakaian takwamu itu tidak terlihat di mata Allah. Dan niatmu memakai jilbab seperti yang pernah kamu ceritakan itu salah. Yang ada kamu tidak akan mendapatkan apa-apa, dan pakaian yang kamu pakai itu tidak terlihat oleh Allah SWT. Kamu tahu gak Vi, berjilbab tapi telanjang itu yang seperti apa?". 

Saat itu saya hanya punya jawaban gelengan kepala. Sambil melongo alias bengong, antara malu dan rasa gak tahu harus jawab apa. Tanpa banyak kata, sahabat saya kembali melanjutkan obrolannya. Obrolan yang penuh nasihat. Dimana saya diperintahkan harus mencari tahu dan belajar tentang bagaimana ilmu jilbab secara benar. Serta belajar untuk memperbaiki niat di awalan. Agar diri dapat sebenar-benar hidayah tentang jilbab. Agar mengerti tentang bagaimana wajibnya jilbab secara keilmuan yang tepat, dan tidak lagi hanya sekedar ikut-ikutan. 

Bermula dari sanalah, dari semua nasihat yang pernah saya dapat, yang bagi saya seperti tamparan. Bagaimana mungkin saya berpakaian, namun Allah menganggap diri ini telanjang. Diri mulai penasaran untuk mencoba mencari jawaban, mulai terfikir pertanyaan tentang benar atau salah semua penampilan, apakah iya semua sia-sia dan diri ini seperti itu di mata Allah. Kala itu hanya satu yang terucap, nauzubillah... Faghfirlii seraya diri memohon ampunan.

fhoto search by google


Sebab nasihat dan teguran itulah semuanya berawal dan bermula, dari rasa penasaran keingintahuan yang kuat tentang penampilan jilbabku yang mengikat. Mulailah nekat dengan bismillah diri ini bertekad untuk menggalinya, walau awalnya sangat terasa berat. Tetapi demi ilmu akhirat dan Allah, sedikit demi sedikit rasa berat itu menjadi ringan, langkah kaki terbimbing untuk mulai mencari tahu dan mendalami ilmu tentang jilbab tentunya. Sehingga pada akhirnya, dalam sebuah pertemuan saya dipertemukan dengan Q.S. Al Ahzab 59, buku saku panduan muslimah, dan 1001 alasan mengapa saya berjilbab. Sebagai perjalanan awal ta'arufku dengan jilbab secara sebenar-benarnya jilbab. 

Secara perlahan saya mulai menggali lebih mendalam, bagaimana seharusnya saya berpakaian, dengan pakaian yang sesuai syariat. Sehingga sayapun mulai mengenalnya secara akrab dan tiada beban. Bahkan berani bilang cinta kepadanya. Dan mengakui bahwa penampilan serta pendapat-pendapat saya dulu, ternyata begitu sangat jahiliyah. Dan mungkin penuh laknat.  InsyaAllah saya tobat tentang jilbab. Bukan sekedar tobat tomat. Dan sekarang inilah diriku. Sayapun berani berkata,,

Jilbabku💕 identitasku...

InsyaAllah sekarang sedikit demi sedikit, akan selalu terus belajar, dan semoga bisa sampai ke jenjang istiqomah. Saya bisa semakin kenal dan sangat cinta, dengan jilbab hingga akhir hayat. Dan inilah pakaian sebaik2 pakaian, pakaian takwa yang Allah inginkan <Q.S. An Nur: 31>.

Sejak itulah, di tahun 2002 tepatnya pada saat kelas 3 SMA mulai ku kejar matahari untuk mendapatkan cinta Ilahi. Saya perbaiki penampilan saya secara perlahan. Demi Allah saya niatkan untuk berjilbab. Tak ada lagi kaos ketat, tak ada lagi jeans dan jilbab melilit leher yang mengikat, fix tak ada lagi jilbab pendek dalam kamus saya. Saya hiptonis sendiri diri saya. Dengan mengakui bahwa cara berjilbab  saya waktu itu, adalah salah kaprah dan memang benar-benar salah. Mulai belajar ilmunya dan mulai belajar menjulurkan jilbab sebagaimana perintah Allah, agar tak salah lagi dalam niat dan langkah. Dan sampai hari ini, alhamdulillah Allah masih berkenan menjaga say untuk menutup aurat sesuai syariat. Waallualam bisawab. Yuk kita sama-sama belajar menutup aurat😊

Begitulah cerita perjalanan diawal saya berjibab, lantas bagaimana dengan cerita kalian sahabat?? Ada yang mau membagi kisahnya, yuk kita bisa saling sapa di komentar dan saling berbagi cerita kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan