Jangan Penjarakan Hati Di Atas Dunia

Allah menciptakan sebuah kehidupan dunia untuk diambil sebaik-baiknya pelajaran. Untuk dihirup manfaatnya, agar kita bisa belajar. Tak ada kehidupan yang tanpa tujuan, sehingga hadirnya hanya membawa kesengsaraan juga kesedihan. Ingat, segala sesuatu yang ada di alam sekitar, yang lengkap dengan cerita baik dan buruknya adalah sebuah keniscayaan. Yang Allah ciptakan untuk membentuk jiwa-jiwa manusia, menjadi seorang yang handal dalam menahkodai kapal layar. Bentangan demi bentangan alur perjalanan, dibatas batas pantai dan ombak yang menjulang adalah menjadi sebuah jalan, untuk kita bisa melihat bahwa kehidupan ini tidak hanya sekedar senda gurau, atau sebuah pekerjaan yang sangat melelahkan. 

Batasan kehidupan telah Allah tetapkan sesuai dengan garis kemandirian hati yang kita miliki. Allah memberi soal ujian secara teliti, dengan mengedepankan bagaimana potensi yang akan terbentuk dalam diri. Bukankah kita semua adalah makhluk hebat di dunia ini? Karena Allah telah menciptakan kita sebagai manusia yang paling sempurna ciptaannya. Meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya. Namun disitulah terletak kesempurnaannya. Yang keberadaanya berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Dimana kita diberikan akal, pikiran dan perasaan. Dan untuk apa Allah beri semua itu? Agar kita mampu berdiri dengan tegak, di tengah dunia yang fatamorgana ini. 

Ingatlah ketika Allah menawarkan sebuah amanah, kepada semua ciptaan-Nya sebagai pembawa risalah di muka bumi ini? Apa yang kita temui. Di dalamnya tidak ada satupun ciptaan Allah yang mau mengembannya, termasuk gunung, lautan yang luas. Mereka tidak sanggup memegang amanah itu. Kecuali manusia, menerima amanah itu dengan lugasnya. Sehingga Allah memberikan mandat-Nya kepada kita. Allah ciptakan manusia sebagai khalifatullah fil ard. Pembawa risalah di dalam kehidupan dunia. Secara sempitnya, manusia itu harus bisa memimpin dirinya sendiri, manusia harus bisa mengelola hati dan jiwanya, sebelum berlari ke amanah yang lebih besar lagi. Allah tahu bahwa kita memiliki sejuta potensi, sekalipun ada orang-orang yang meragukan kemampuan yang kita miliki. Sekalipun ada orang-orang yang datang dan pergi untuk menyakiti. Karena Allah yakin akan kekuatan hati dan jiwa manusia itu sendiri. Bahkan di saat malaikat meragukan potensinya, namun Allah memberikan jawaban dengan kelemah lembutannya. Allah tidak mematahkan sama sekali dengan keraguan-Nya, di atas kemampuan kita sebagai manusia.

Ingatlah ketika Allah berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al Baqarah : 30)

Coba lihatlah bagaimana Allah menjawab pernyataan para malaikat, tidak sedikitpun Allah mematahkan isi terhadap potensi yang kita miliki. Sekalipun dalam perjalanannya, kita hidup dalam sebuah pilihan yang kadang terasa menyulitkan. Di saat para malaikat meragukan keberadaan manusia, namun tidak demikian dengan Allah. Karna Allah yakin dengan batas kemampuan diri manusia. Allah yakin bahwa tidak semua manusia menjadi pengrusak di muka bumi. Jika Allah saja yakin terhadap kekuatan yang kita miliki, lantas mengapa kita menjadi ragu dengan kekuatan hati kita sendiri. Apalagi sampai tiba-tiba timbul perasaan ingin menyerah pada dunia, dan merasa seperti kehilangan cerah, ketika kapal yang kita naiki tidak sesuai arah. Mengapa juga kita sibuk menangisi berhari-hari apalagi meratapi tiada henti. Bukankah Allah tahu bahwa kita punya potensi dan kekuatan yang tersembunyi dalam diri, untuk mensiasati dan memperbaiki arah layar agar kapal tidak tenggelam atau berhenti di tengah lautan. Hai kita manusia, cobalah buka mata hati kita. Jangan sibuk memenjarakan hati pada dunia. Tapi lihatlah ke arah sana. Masih banyak orang-orang memiliki masalah, lebih rumit dari kehidupan kita. Tapi sebagian dari mereka, masih tetap mampu berdiri dengan indahnya. Apa rahasianya? Tidak memenjarakan hati di atas dunia. Bukankah manusia hidup di dunia, sudah ada  ketetapan takdirnya.

Jangan sibukkan diri hanya fokus pada luka  yang menganga atau masalah yang ada. Karena hal yang seperti itu, justru akan semakin memenjarakan hati pada luka yang mendalam. Fokuslah pada solusi dan perbaikan diri, agar hati tidak terpenjara dan mati. Sibuklah mengejar kompetensi di atas potensi yang dimiliki. Jalani hari dengan sesuatu kegiatan yang baik di dunia ini. Cari dan mendekatlah pada komunitas, yang mampu membawa kita pada kebaikan hidup ini. Agar hati tidak mati. Sehingga akan muncul sebuah pertahanan jiwa, yang terbentuk dengan baik di dalamnya. Jangan sekali-kali penjarakan hatimu dengan urusan duniawi. Cobalah kita belajar dari sebuah pohon. Kita pernah melihat sebuah pohon, yang dahan rantingnya lebat. Kemudian ranting tersebut, sebagian tertebas oleh parang yang tajam. 

Coba kita lihat pohon yang terluka, ia tidak menunggu permintaan maaf dari parang yang telah melukainya, yang ada justru ia tetap tumbuh di atas pedihnya luka. Sebab ia sadar, bahwa pertahanan jiwa itu lebih penting daripada rasa sakitnya. Karna ia menyadari bahwa saat ia tumbuh besar, maka luka itu akan mengering dan tertutup dengan sendirinya. Ingatlah, itu semua karena ia merasakan selalu ada campur tangan Allah, sebagai kekuatan, untuk  ia berdiri di atas kompetensi yang dimiliki. Ia hanya fokus menggali potensi demi pertumbuhannya nanti, bukan fokus pada luka sayatan yang telah menyakiti. 

Wahai manusia penghuni bumi. Apapun permasalahan yang kerap silih berganti, atau yang kini sedang dihadapi, bertahanlah sampai sejauh mana engkau mampu bertahan menghadapi. Yakinlah pada kemampuan diri  sendiri. Apresiasi diri kita, dan milikilah tujuan hidup. Percaya pada kemampuan yang kita miliki, sebagaimana Allah percaya pada kemampuan diri manusia. Sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya. 

Hidup ini hanya sekali. Terlalu pendek hari-hari, jika kita selalu menangisi segala sandiwara bumi. Jangan pernah penjarakan hati di atas dunia ini. Jika waktu mengharuskan diri kita bertahan, maka jangan pernah bertahan hanya karena terpaksa atau demi manusia semata. Tetapi jika waktu mengharuskan kita untuk bertahan, maka bertahanlah hanya karena Allah saja. Bukan karena siapa-siapa. Agar hati tidak terus terpenjara oleh kisah dunia yang memilukan dan fana. Jika tidak ingin merasakan berkepanjangan dalam rasa kecewa yang mendalam dan tak berkesudahan. Karna yang demikian, kelak Allah yang akan membantu dan menolong kita dalam hal penyembuhannya. Biarkan hanya Allah yang mencampuri segala urusan kehidupan dunia. Hiduplah dalam ketaatan, dan berserah pada Allah yang telah memberi kita kehidupan. Terus belajar dan berterima kasihlah pada diri sendiri yang masih bisa berdiri tegar. Sehingga kita masih bisa merasakan nafas segar. Tegak berdiri dalam tonggak keimanan hingga hari ini. Jadikan hal itu sebagai motivasi yang bisa menghidupkan mimpi itu kembali. 

"...dan kembalilah kepada jalan Tuhanmu, maka Ia akan menunjukkan bagaimana jalan terbaik bagi hidupmu. Sebagai kesudahan dan jalan keluar atas segala persoalan. Cukuplah doa sebagai senjata tajam bagi mereka yang beriman".


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan