Katakanlah: Yang Sudah, Ya Sudah!

Hidup adakalanya seringkali berlaku jauh dari apa yang kita harapkan. Harapan yang kita tanam, tumbuh menjadi tak sesuai dengan ekspektasi yang menggembirakan. Perjalanan harian terasa menjadi suram. Niat baik ditenggelamkan oleh zaman, sehingga perahunya terombang-ambing oleh lautan kehidupan. Adakah kedamaian, jika itu yang tersemai. Adakah senyuman lebar, jika itu yang tertuai. Ah, rasanya semua tak mudah untuk tergambarkan. Perjalanan hidup seringkali membuat aneka ragam senyuman. Namun menyimpan sejuta  pertanyaan. Bahkan kadang tangispun tak mampu terbaca kedatangannya. Seketika tangis itu tiba-tiba sudah mengalir saja dengan derasnya. 

Hai jangan lemahkan perjalanan, hidup ini bukan harus selalu mengalah lalu kita berkata menyerah. Jalani saja sesuai arah, ikuti saja kemana Allah akan menuntun menuju lembah. Jadi diri sendiri itu lebih baik, daripada berpura-pura baik. Namun akhirnya menggigit sakit, karena hati yang berpenyakit. Itu akan menjadikan duniamu lebih sempit dan semakin menghimpit. Jangan pernah menjadi penentang zaman, yang menghancurkan lawan dengan melemparkan percikan api yang memukau. Jika ingin melumpuhkan, lumpuhkan saja dengan sejuta kebaikan. Jangan pernah dengan cercaan, jangan pula membalasnya dengan komentar kasar dan arogan. Apalagi melemparkan perkataan yang tak selaras dengan kenyataan. Itulah kehidupan, sandiwaranya kadang terasa kasar menyakitkan, kadang membuat gemetar ketakutan, kadang menjadikan tubuh seketika lunglai, tersungkur dalam penghambaan. 

Ingatlah wahai engkau, bahagia itu bukan tidak ada, bahagia itu bukan orang yang cipta. Namun, semua bisa menjelma jika hati bisa berdamai dengan sisi dunia yang membawakanmu cerita. Belajarlah menghargainya, bahwa setiap takdir kehidupan itu seperti lentera. Yang keberadaannya mampu memberi cahaya. Dimana cahaya itu tidak seketika datangnya. Dan tidak pula muncul tanpa ada prosesnya. Yakinlah bahagia itu selalu ada, walau dunia masih mengajak kita berjalan dan kadang masih sering berkata, belum ya? Sudahlah, sabar saja menunggu kabar terbaik dari-Nya. Dalam doa dan ikhtiar, yakinlah bahwa bahagia itu ada pada diri kita. Semua hanya kita yang bisa cipta dengan segala pertolongan-Nya.

Mencoba untuk berdamai dan menenangkan diri agar tidak teringat akan peristiwa yang lalu, mungkin adalah salah satu jalan ninja untuk bisa menghadapinya. Jalan terbaik yang lebih mudah dan sederhana untuk dirasa juga dicerna. Sebuah proses bijak untuk berdamai dengan cerita, yang selalu dipenuhi dengan tanda tanya. Sehingga ada satu yang hampir saja terlupa, bahwa tidak setiap pertanyaan akan menghasilkan jawaban yang mampu menggembirakan hati kita. Karena hidup di dunia tidak hanya berteman dengan bayang-bayang. Akan tetapi, berdampingan dengan manusia secara keutuhan. Yang keberadaannya masing-masing memiliki beraneka ragam watak, karakter, dan kebiasaan. 

Sudahlah, yang sudah ya sudah. Apapun cerita kehidupan, berdamai saja dengan keadaan. Sadari bahwa peristiwa itu memang pernah dialami. Menyadari bahwa itu sudah terjadi, dan kalaupun kita memaksa kembali ke masa itu lagi, bisa jadi tak akan mengubah apapun yang memang sudah menjadi ketetapan-Nya dalam perjalanan hidup kita ini. Dan begitulah cara terbaiknya, yaitu berdamai dengan keadaan. Jika kita ingin menciptakan sebuah kebahagiaan. Minimal untuk diri kita sendiri, agar tidak terus terjerat oleh prahara bumi. Katakan saja dalam hati, yang sudah ya sudah. Kita harus memaksa diri belajar sabar dan ikhlas disini. Boleh saja teringat sesekali, tapi bukan untuk dikeluhkan lagi. Tapi untuk memperkuat pertahanan diri, bagaimana mempertajam diri dalam mengelola rasa rapuh, yang kembali mencoba mengajak kita bermain lagi. 

Sebab memaksa diri untuk melupakan, itu sama saja dengan membunuh diri dan menyakiti hati secara perlahan. Percaya atau tidak skema kehidupan, semakin kita menghindar dan mencoba melupakan, sekuat apapun diri kita mempertaruhkan, jika memang sudah menjadi ketetapan-Nya, ia tidak akan mudah pudar hanya dengan hitungan jam dan hari. Yang ada justru sebaliknya, semakin kuat keinginan menghindari dan melupakan, maka rasa capek itu akan semakin kian mengakar, yang akhirnya membawa pada lemahnya badan. Sudahlah jangan paksakan diri lagi. Jadilah diri sendiri. Allah menciptakan manusia dengan berbagai potensi, untuk kita bisa menyelesaikan segala cerita kehidupan yang menghampiri. Jangan pernah takut dengan segala sandiwara bumi. Sebab semua tak ada yang kekal abadi.

Jika suatu waktu ingatan lama itupun kembali menghampiri lagi, cukup tarik nafas, tersenyum, kemudian perbanyaklah istighfar. Perkuat kesadaran diri, bahwa Allah sedang menguji melalui alam pikiran yang kita miliki. Indahkan saja hari dengan senyuman setulus hati, kelola jiwa dengan damai. Bawa alunan memori itu menjadi teman, dan kembali katakan.. "yang sudah ya sudah, disini aku sudah bisa berdamai dengan keadaan. Dan aku tidak akan tergoyahkan lagi." Berlarilah ke depan untuk sekedar menata hati, jiwa, dan pikiran. Namun bukan menjauhi karena berlari dari sakit hati. Sebab hidup itu ibarat pelajaran. Yang harus terus diasah dan dicerahkan, agar diri kita tetap bisa bertahan di tengah ganasnya mega yang tak bertuan. Jangan sampai raga terkulai, hanya karena sandiwara kehidupan. Sebab setiap cerita manusia, itu semua sudah terukir sesuai rancangan-Nya. Dan itulah yang kemudian menjadi takdir dalam kehidupan. Ayo,, kita sama-sama tersenyum lebar. Lihatlah, masih ada semburat yang mampu membuat diri kita berharga dan bahagia disini. Masih banyak cita yang belum terpenuhi. Masih banyak asa yang butuh perjuangan membumi. Jangan pernah berhenti atau patah hanya karena satu alunan cerita hidup ini, teruslah berpacu dengan aura positif yang masih kita miliki. 

Writing collab with Prashinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan