Anak Panah Dan Busurnya

Tidak ada yang mampu menandingi lukisan yang teramat indah ini. Allah telah menciptakan alam dan manusia dalam lukisannya yang sangat begitu indah. Maut, sakit, dan ketuaan merupakan bayangan yang melengkapi kesempurnaan itu. Sebab orang tidak akan pernah memahami arti sakit, jika ia tidak pernah merasakan sakit. Orang tidak akan pernah memahami makna perjuangan, jika ia tidak pernah merasakan berjuang.  Semua itu merupakan lukisan yang Allah gurat lewat kesempurnaan-Nya. Agar manusia bisa hidup berdampingan antara manusia yang satu dan yang lainnya, agar manusia bisa menyelami cerita kehidupan seluruh alam.

Bahkan rasa sakit akan memberi banyak pelajaran bagi manusia, dan merupakan pencegahan, serta benteng yang akan mendidik manusia itu untuk lebih sabar, untuk terus belajar tentang keikhlasan, sehingga dirinya menjadi tahan ujian. Karena rasa sakit pulalah manusia mempunyai rasa sedih di sisinya, serta mau berkorban antar sesamanya. Percaya atau tidak, contoh paling ringan seperti ini, pernah tidak kalian merasakan sakit pinggang atau sakit yang lainnya? Kalau pernah coba deh ingat-ingat lagi, bagaimana ikhtiar kalian mengobatinya untuk mendapatkan kesembuhan? Otomatis kalian akan pergi ke klinik, puskesmas, atau bahkan ke rumah sakit kan untuk bertemu seorang dokter. Dan ketika dalam perjalanan hendak menuju tempat tersebut, siapa yang pertama kali memberikan bantuannya kepada kalian? Tentunya bisa saja suami, istri, anak, orang tua, ataupun tetangga terdekat rumah kita. Seperti itulah kira-kira yang dikatakan bahwa rasa sakit itu bisa membuat manusia mau berkorban kepada sesama. Karena sunatullah-Nya hidup memang demikian.

Selain itu, manusia juga akan bisa merasakan kebekuan dan jilatan panah yang menggugah tubuh, ketakutan, dan mengurung diri, jika manusia diabadikan dengan udara sedang secara terus menerus, gerak sel-sel dalam tubuhnya akan menjadi lamban dan pasif. Oleh karena sebab itulah, Allah juga menciptakan alam ini dengan bermacam-macam cuaca sebagai pelengkap kesempurnaan. Untuk menyeimbangkan keadaan tubuh kita, ketika bersandingan dengan alam. Agar keberadaan diri manusia tidak terkukung oleh kebekuan yang sangat dalam karena udara yang ada. Dan kita manusia sebagai bagian dari lukisan-Nya, sudah semestinya patut bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan semua itu. Termasuk menciptakan bakteri baik yang telah menggerakkan otak kita, sehingga kita dapat berfikir dan tanggap dalam menyelamatkan para penderita/orang yang sakit. Dan jika bukan karena gempa bumi dan gunung berapi pula, niscaya bumi yang kita tempati ini akan meledak jutaan tahun yang lalu. 

Itulah kehidupan kita sebagai manusia yang senantiasa berdampingan dan bersanding dengan alam, yang Allah lukis dengan penuh kesempurnaan. Agar kita mampu mengambil hikmah dan ikhtibar di setiap kejadian, yang telah Allah lukiskan. Agar kita tidak selalu berputus asa, dan mengeluh karena segala cerita perjalanan yang telah Allah putuskan. Allah menciptakan semua dengan tujuan yang sangat luar biasa. Banyak manfaatnya. Apalagi untuk pribadi kita manusia. Indah kan ya? Apalagi jika kita melihat lukisan pemandangan alamnya. Laksana lentera yang mampu menerangkan penglihatan mata. Meredupkan isi hati yang sedang bermuram durja. Untuk kembali mensyukuri, dan mengingat betapa besarnya kasih sayang Allah kepada kita di dunia. Ternyata di balik kekurangan itulah terselip kesempurnaan.  Di balik musibah itulah terselip beberapa hikmah. Di balik rasa sakit itulah terselip banyak pelajaran. Allah melukisnya bukan tanpa maksud dan tujuan.  Tapi Allah melukisnya untuk perenungan dan intropeksi diri, agar manusia tidak tenggelam dari buaian alam yang meninabobokkan. Dari kejadian-kejadian alam yang Allah lukiskan, kita dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya diantara kejahatan selalu terselip kebaikan. Sebagaimana yang diungkapkan Imam Ahmad Al Ghazali: 

"Bahwa semakin menjolok ke dalam lengkungan sebusur panah, maka semakin tegar anak panah menuju sasarannya".

Kita semua sudah tahu, bahwa panah adalah sarana perang pada zaman dulu. Bahkan Rasulullah Saw pun menggunakannya. Lantas apa yang bisa kita tarik dari perkataan Imam Al Ghazali itu? Coba lihat anak panah! Anak panah selalu runcing di bagian ujungnya. Dan untuk melepaskannya ia membutuhkan sebuah busur yang ada talinya sebagai alat bantu, yang kemudian di tarik mundur melengkung ke dalam, untuk bisa melepaskan anak panah agar tepat sampai pada tempat sasarannya. Pertanyaan saya, pernahkah kalian merasakan bahwa kehidupan kalian seperti kembali berjalan mundur. Karena perjalananan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan? Pernahkan kalian melihat orang yang awalnya semangat berapi-api, kemudian spontan ia menjadi hilang semangat dan menghilang dari pandangan mata? Atau pernahkah kalian melihat atau bahkan merasakan, bahwa orang-orang yang pernah kalian lihat atau bahkan diri kita sendiri, yang pernah mengalami kemunduran itu, lalu tiba-tiba menemukan semangatnya kembali, sehingga dengan tekad juangnya ia menjadi melesat dengan cepat ke depan dan meraih banyak hasil sesuai apa yang ia inginkan. Pasti pernah melihat dong ya. Itulah ilustrasi ringannya, mengenai perkataan Imam Al Ghazali tersebut.

Kita sebagai manusia dan juga alam, itu diibaratkan seperti anak panah di tangan Allah SWT. Seperti yang sudah saya katakan, bahwa anak panah tidak akan bisa berfungsi secara maksimal tanpa adanya sebuah busur. Dan busur disini, tadi saya ibaratkan dengan alat. Salah satu faktor yang dapat mempercepat diri kita untuk mencapai sasaran yang tepat agar semakin tegar kedudukannya. Karena hidup tidak cukup hanya dengan berkeluh kesah dan banyak berkomentar. 

Disitulah letak kesempurnaan yang tersembunyi di dalam perut kekurangan, yang Allah lukiskan, dengan sebaik-baik penciptaan. Dan tidak ada yang melebihi keindahan dunia beserta isinya ini. Karena dunia beserta isinya yang serba kurang ini, merupakan contoh paling sempurna bagi dunia yang musnah, dan bagi manusia yang meresah. Jadi jangan pernah patah. Berusahalah seperti anak panah dan busurnya. Yang selalu dekat dan terikat. Begitulah hakikatnya diri kita sebagai manusia. Anak panah adalah kita (manusia), sedangkan busur adalah Allah SWT. Karena kita bukan siapa-siapa, dan tidak akan memiliki apa-apa, tanpa pertolongan dan ada campur tangan-Nya.

Lihatlah keindahan Allah dimanapun berada, dimanapun kita berpijak, kasih sayang-Nya mendahului keadilan-Nya. Dan kekuatan-Nya mendahului rahmat-Nya, di setiap peristiwa. Tak pernah sedikitpun, kita melihat Allah berbuat dzolim kepada kita. Meskipun tubuh kita dihinggapi rasa sakit, hidup kita dihinggapi banyak ujian dan permasalahan. Tapi lihat, Allah selalu memberi pertolongan. Dan mengucapkan, "mintalah kepada-Ku, dan berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan".  Maha Besar Allah dan amat jauh dari kedzoliman. Maha Benar Allah dengan segala cintanya yang penuh ketakterhinggaan.

Lantas buat apa kita hidup, dengan terus-terusan mengeluh?

Bersyukur dan menerima dengan penuh senyum keikhlasan, di atas sebuah takdir itu adalah keindahan. Tarik nafas pelan-pelan, perbanyak istighfar dan self talk positif dengan mengucapkan; "Hai ujian aku punya Allah yang Maha Menyelesaikan, jadi aku tidak akan merasakan takut yang berlebihan, apalagi berujung pada keputus asaan". Dan jadilah anak panah yang semakin kuat dan tegar, yang selalu bergantung kepada busurnya. Agar hidup tidak terlempar, di saat yang lain terdampar. Dunia hanyalah kelakar, bukan sebuah akar. Tapi Allah lah yang Maha Menguatkan. Tetaplah menjadi sebuah anak panah yang melekat dengan busurnya. Sehingga terikat dan rekat, untuk tetap menjadi kuat guna menuju tempat yang tepat.

Keep fastabiqul khoirot, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Sejati

🥀Perang Melawan Diri Sendiri

🌈Melukis Pelangi Di Tengah Hujan